Home / Thriller / Secret Agent Or Teacher / 2. Penyelamatan Angel

Share

2. Penyelamatan Angel

Author: Appachan
last update Last Updated: 2025-05-26 15:10:00

Mobil Lexus LS500 merah itu melaju kencang di sepanjang jalanan sunyi. Di kursi penumpang, Azena duduk sambil menatap tablet di tangannya, sementara Jonathan fokus mengemudi, matanya sesekali melirik ke layar yang sama.

“Fokus menyetir, Jo. Aku tidak ingin mati konyol dan mobil baruku lecet,” tegur Azena dengan nada tajam.

Jonathan hanya mendengus, namun tetap menurut. “Baiklah, Bos.”

“Kamu sudah menemukan lokasi Angel?”

“Ya. Dia ada di hutan dekat bar Nightrise,” jawab Azena tanpa mengalihkan pandangan dari layar tablet.

“Kalau begitu, kita langsung ke sana.”

Jonathan menekan pedal gas lebih dalam, mempercepat laju mobil menuju tujuan mereka.

Sementara itu, Evangeline—agen setim Azena tengah berlari sekuat tenaga menembus hutan yang lebat. Nafasnya tersengal, keringat membasahi pelipisnya. Di belakang, beberapa pria bertubuh kekar dengan pakaian serba hitam terus mengejarnya.

“Aku tidak peduli ke mana arahku sekarang. Yang penting menjauh dari mereka,” pikir Evangeline sambil terus berlari.

Informasi yang tak sengaja ia dengar di bar tadi terlalu penting. Ia tahu itu bisa jadi kunci dalam kasus yang sedang timnya tangani. Tapi sialnya, ia ketahuan sedang menguping.

“Sial. Kalau begini terus aku pasti tertangkap,” gerutunya, sambil menoleh ke belakang memastikan jaraknya masih aman.

Ia berhenti sejenak, bersandar di batang pohon besar sambil mengatur napas. “Astaga… aku benar-benar kelelahan. Kenapa Jonathan lama sekali datangnya?”

Ia menyeka keringat di dahinya, lalu bergumam lirih, “Benar kata Jo, aku masih amatiran soal penyamaran. Dan bodohnya, aku tidak membawa senjata.”

Evangeline menggerutu dalam hati. Niatnya hanya ingin menyendiri sejenak di bar malah membawanya pada percakapan rahasia yang melibatkan proyek misterius. Dan sekarang, ia harus lari demi nyawanya.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar samar. Evangeline menajamkan telinganya. “Mereka makin dekat.”

Tanpa pikir panjang, ia memanjat pohon besar di dekatnya. Untung saja pakaian yang ia kenakan memungkinkan gerak yang lincah. Ia bersembunyi di balik dahan dan dedaunan, menahan napas.

Beberapa detik kemudian, dua pria berbadan besar berhenti tepat di bawah pohon tempat Evangeline bersembunyi.

“Kemana wanita itu? Cepat sekali hilangnya,” kata salah satu dari mereka, kesal.

“Kita harus temukan dia. Kalau bos tahu dia mendengar percakapan kita, kita akan tamat,” timpal pria lainnya.

“Kita lanjutkan pencarian. Temukan wanita itu hidup-hidup!”

“Baik Bos.”

Setelah beberapa menit mencari di sekitar, mereka akhirnya pergi, berpencar masuk lebih dalam ke hutan.

Evangeline mengintip dari balik dedaunan. “Syukurlah, mereka pergi…”

Ponselnya tiba-tiba bergetar. Ia buru-buru mengangkatnya.

“Halo?!”

“...”

“Aku di hutan. Cepat ke sini sebelum aku berubah jadi mayat! Sialan!”

“...”

Sambungan terputus. Evangeline menatap ponselnya dengan kesal.

“Bajingan tengik ini!” umpatnya sambil mengepalkan tangan.

Beberapa menit kemudian, ia melihat dua sosok familiar muncul dari kejauhan—Jonathan dan Azena.

Dengan cepat ia turun dari pohon dan menghampiri mereka.

“Akhirnya kalian datang juga! Kenapa lama sekali?!”

“Pertanyaan itu tidak penting sekarang. Kita pergi dari sini,” potong Azena tegas.

Tanpa buang waktu, ketiganya berlari menyusuri jalan keluar dari hutan, dipimpin oleh Azena. Setelah beberapa menit berlari, mereka tiba di tepi jalan tempat mobil terparkir.

Begitu masuk ke dalam mobil, Jonathan langsung melajukan kendaraan dengan cepat. Evangeline duduk di belakang, menutup matanya, mencoba menenangkan diri.

“Bagaimana bisa kamu dikejar mereka, Angel?” tanya Jonathan.

Evangeline membuka matanya dan duduk tegak.

“Aku dapat sesuatu. Informasi penting. Mereka sedang membicarakan proyek. Aku tidak tahu detailnya karena keburu ketahuan.”

“Proyek?” ulang Azena.

“Iya. Mereka menyebut ‘proyek pengembangan’ dan berbicara dengan kode, sepertinya sangat rahasia.”

“Kode apa?” tanya Jonathan.

“Aku tidak sempat mencatat. Hanya ingat frasa ‘pengembangan’. Mereka sangat serius. Ini pasti berkaitan dengan kasus kita.”

Azena termenung sejenak, lalu memberi instruksi cepat.

“Jo, langsung ke kantor departemen. Kita bahas di sana.”

Tanpa membantah, Jonathan mengangguk dan menambah kecepatan. Kini, misi mereka baru saja memasuki babak yang lebih serius.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Secret Agent Or Teacher   32. Misi Baru

    Suasana pagi di halaman utama mansion Hailey begitu tenang, hanya diselingi desir angin dan suara anak panah menghantam target. Azena fokus menarik busur, matanya menajam, lalu melepaskan anak panah dengan presisi. Panah menancap tepat di tengah sasaran. Dua pengawal berbadan tegap berdiri tak jauh darinya, mengawasi dengan seksama."Bagus sekali, Nona Azena," puji salah satu pengawal.Azena hanya mengangguk tipis, tanpa mengalihkan pandangannya dari target. Ia kembali menarik anak panah berikutnya, namun gerakan di sudut matanya membuatnya berhenti. Kakeknya, yang selama ini menjadi sosok paling penting dalam hidupnya dan juga satu-satunya yang menjaga dirinya, berjalan mendekat dengan tongkat di tangan.Azena segera menurunkan busurnya. "Kakek.""Latihanmu semakin sempurna, Azena," ujar sang Kakek dengan senyum bangga."Tapi sepertinya ada hal yang lebih penting pagi ini."Azena mengangguk, meletakkan busur dan anak panahnya. "Baik, Kek."Mereka berdua berjalan menuju sebuah gazebo

  • Secret Agent Or Teacher   31. Penyelidikan Pengkhianat

    Malam telah larut, namun kamar Azena masih terang benderang. Ia duduk di meja kerjanya, di hadapan layar tablet yang menampilkan berbagai data misi dan laporan. Namun, pikirannya tidak tertuju pada deretan angka dan kode di tablet itu. Matanya menerawang, menatap kosong ke dinding, seolah mencoba menembus pikiran yang ada dibenaknya.Pengkhianat. Kata itu terus berputar di kepalanya. Siapa pengkhianat sesungguhnya di departemen intelejen atau justru di timnya sendiri.Satu per satu wajah anggota timnya melintas di benaknya, Evangeline gadis yang ceria, ekspresif, terkadang terlalu banyak bicara, namun loyal. Jonathan pria yang tenang, cerdas, ahli teknologi, dan selalu bisa diandalkan. Jonathan adalah pilar yang kuat dalam tim. Rachel gadis yang teliti, dan seorang analis data yang brilian. Ia selalu memastikan setiap detail misi tercover. Daniel pria yang kuat, sigap, dan ahli dalam pengintaian lapangan walaupun terkadang ceroboh dan bertingkah konyol, tapi keahliannya cukup bisa di

  • Secret Agent Or Teacher   30. Hari melelahkan

    Azena segera menghubungi sopirnya, meminta mobilnya dibawa ke bengkel utama seperti yang diminta Alex. Dalam waktu singkat, terdengar deru mesin mobil Azena yang menjauh, diikuti keheningan sesaat di mansion. Azena kembali fokus pada Edward dan Alex yang masih sibuk dengan denah dan skema."Jadi, apa langkah selanjutnya?" tanya Azena, mendekati layar besar.Edward menunjuk ke beberapa titik di denah mobil. "Alex akan fokus pada penguatan struktur dan pemasangan kaca anti peluru. Sementara aku akan memprioritaskan integrasi sistem elektronik. Aku perlu memastikan semua kamera, mikrofon, dan pelacak tersembunyi dengan sempurna dan terhubung ke sistem kontrol di laptop mu.""Dan jam tangan?" Azena menatap jam tangan vintage yang tergeletak di meja Edward."Aku sudah pilih salah satu," Edward mengangkat jam tangan kulit berwarna cokelat tua. "Desainnya klasik, tidak mencolok, dan ada cukup ruang untuk menyematkan perangkat. Aku akan mulai mengerjakannya setelah ini."Alex mengangguk setuj

  • Secret Agent Or Teacher   29. Memulai Rencana

    Pagi harinya, Azena bangun lebih awal, guna mempersiapkan segala sesuatu yang telah menjadi diskusi semalam. Ia memutuskan untuk menemui Edward yang sudah berada di ruang kerja sementara yang disediakan untuknya, sebuah ruangan yang dulunya perpustakaan pribadi Hailey namun kini telah disulap Edward menjadi lab mini dadakan dengan laptop, peralatan elektronik kecil, dan beberapa gadget yang belum diketahui oleh Azena.Azena mengetuk pintu dan masuk. Edward sudah sibuk dengan tablet dan beberapa chip kecil di meja."Pagi, Ed," sapa Azena, membawa dua cangkir kopi. "Aku bawakan kopi."Edward mendongak, tersenyum. "Pagi, Ze. Wah, kebetulan sekali. Terima kasih." Ia menerima salah satu cangkir. "Aku sudah mulai menyusun daftar komponen. Untungnya beberapa bagian kunci bisa dipesan secara online dan tiba cepat. Tapi ada beberapa komponen khusus yang harus aku buat sendiri.""Bagaimana dengan mobilku?" tanya Azena. "Aku bisa mengantarmu ke garasi mobil untuk melihat-lihat.""Boleh, nanti

  • Secret Agent Or Teacher   28. Diskusi Malam

    Malam harinya, suasana makan malam di mansion Hailey terasa hangat. Azena, Julian, dan Edward, Jeremy dan kedua orang tua Julian duduk di meja makan yang luas, ditemani hidangan lezat yang disiapkan koki mansion. Edward, yang sudah berganti pakaian santai, terlihat lebih rileks."Jadi, Azena," Edward membuka percakapan setelah suapan terakhirnya, "mengenai alat-alat itu, aku sudah punya gambaran kasar." Ia meletakkan garpunya dan menatap Azena serius. "Untuk pena perekam suara, aku bisa buatkan model yang persis seperti pena mahal yang biasa kamu pakai. Jadi tidak akan ada yang curiga. Mikronya akan sangat sensitif, bisa menangkap percakapan bahkan di ruangan yang cukup bising. Untuk transfer datanya, kita bisa pakai sistem enkripsi. Jadi, hanya ponselmu yang bisa mengakses rekaman itu."Azena mengangguk, matanya berbinar. "Kedengarannya sempurna, Ed." "Tapi, pakai pena yang biasa saja."Edward mengangguk mengerti, "baiklah.""Untuk modifikasi mobilmu," lanjut Edward, "kita akan butu

  • Secret Agent Or Teacher   27. Edward

    Azena melangkah masuk ke ruang tamu utama mansion Hailey, rambutnya masih sedikit lembap dan kulitnya terasa hangat setelah berjemur di tepi kolam renang. Ia mengenakan baju santai setelah berganti pakaian. Di sofa besar, Azena melihat Julian sedang berbicara dengan seorang pria. Pria itu adalah Edward, sepupu Azena yang ia minta Julian untuk menghubunginya. Edward baru saja tiba dari luar negeri, khusus datang memenuhi panggilan Azena."Edward?!" seru Azena, terkejut sekaligus senang melihatnya sudah tiba. Ia mempercepat langkahnya menghampiri.Edward tertawa, bangkit berdiri dan memeluk Azena singkat. "Azena! Astaga, sudah lama sekali kita tidak bertemu. Kamu makin cantik saja, sepupuku."Julian, yang sedari tadi hanya tersenyum tipis, akhirnya angkat bicara. "Dia baru saja tiba dan langsung ke sini. Aku sudah sampaikan kalau kamu ingin bertemu secepatnya.""Terima kasih sudah datang jauh-jauh, Ed," ucap Azena tulus. "Aku tahu kamu pasti sibuk.""Tidak masalah, Ze. Julian bilang ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status