Share

3. Diskusi Misi

Penulis: Appachan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-26 15:12:42

Ruang rapat di kantor Departemen Pertahanan tampak elegan. Meja putih panjang membentang di tengah ruangan, diapit kursi-kursi ergonomis yang tersusun rapi. Sebuah layar proyektor besar menampilkan data-data penting dari laptop yang terhubung, menyajikan investigasi terbaru mereka.

Azena dan Jonathan duduk dengan ekspresi serius, menyimak penjelasan Evangeline yang berdiri di depan layar.

“Berikut adalah poin-poin utama hasil penyelidikan kita,” ujar Evangeline tenang namun tegas.

“Pertama, sejumlah besar pemuda dan pemudi menghilang secara misterius, mayoritas dari mereka adalah pelajar. Kedua, ada indikasi kuat kasus ini terkait perdagangan manusia, dengan korban berusia muda. Ketiga, setiap operasi penangkapan selalu gagal karena pelaku seolah mengetahui rencana kita jauh sebelum dijalankan.”

Azena menatap layar dalam diam, sorot matanya tajam saat melihat poin ketiga. Ia kemudian bersandar, jari-jarinya mengetuk pelan permukaan meja.

“Artinya satu—ada pengkhianat di antara kita,” gumamnya pelan, namun cukup jelas terdengar.

Jonathan dan Evangeline langsung menoleh, tercengang.

“Pengkhianat? Maksudmu… seseorang dari dalam?” tanya Jonathan dengan nada tidak percaya.

“Pikirkan kembali,” ujar Azena, menoleh pada mereka. “Rencana kita bersifat rahasia dan hanya diketahui oleh segelintir orang. Tapi tetap saja bocor. Tidak mungkin tanpa campur tangan orang dalam.”

Jonathan mengernyit, menatap poin ketiga pada layar seakan mencoba memproses ulang semuanya.

“Tapi Ze… Ini kantor Departemen Pertahanan. Rasanya mustahil seseorang bisa menyusup dan mengkhianati dari dalam,” ujar Evangeline, nada suaranya ragu.

“Bukan tidak mungkin,” timpal Jonathan. “Yang Azena katakan masuk akal.”

Evangeline menunduk, bergumam, “Jadi… mungkinkah…?”

Azena mengangguk pelan. “Kemungkinannya ada. Ini baru asumsi. Tapi asumsi pun bisa menjadi awal dari kenyataan.”

Mereka bertiga terdiam. Ketegangan menguap di udara, masing-masing larut dalam pikiran masing-masing.

“Tapi siapa?” tanya Evangeline lirih.

“Entahlah,” jawab Azena singkat, namun penuh tekanan.

Keheningan kembali menyelimuti ruang rapat itu, sampai akhirnya Azena berkata, “Lanjutkan, Angel.”

Evangeline yang sempat melamun, segera kembali fokus. Ia memutar tubuh menghadap layar proyektor.

“Informasi yang kudapat di lapangan hari ini tampaknya ada kaitannya. Mereka membicarakan tentang sebuah ‘proyek percobaan’. Aku tidak tahu proyek apa karena mereka menggunakan kode. Sayangnya, aku tak sempat mencatatnya. Yang pasti, mereka juga membahas transaksi perdagangan manusia. Dan yang paling mengejutkan—mereka berada di bawah naungan kelompok mafia.”

Jonathan menghela napas panjang. “Itu menjelaskan kenapa operasi polisi pun selalu gagal. Mereka dilindungi.”

Evangeline menoleh ke Azena. “Jadi, apa rencana kita sekarang, Ze?”

Azena terdiam sejenak. Pikirannya bercabang antara tanggung jawab yang tak bisa ditunda, dan rencana liburannya yang sudah lama ia nantikan.

“Kita tidak bisa bertindak gegabah. Rencana berikutnya… hanya kita bertiga yang tahu,” ucapnya tegas.

“Lalu, bagaimana dengan tiga anggota tim lainnya?” tanya Jonathan.

“Mereka hanya akan diberi Rencana A. Sedangkan Rencana B, tetap menjadi rahasia kita bertiga. Kita tidak bisa mengambil risiko.”

Evangeline menatap Azena ragu. “Dan rencana B itu…?”

“Aku belum menyusunnya secara rinci. Untuk sekarang, kita awasi lingkungan sekitar, dan terus pantau pergerakan kelompok mafia itu.”

Evangeline Jonathan mengangguk, penuh keyakinan. Mereka tahu, Azena bukan orang sembarangan dalam menyusun strategi. Hampir semua kasus yang ditangani Azena sebelumnya selalu berhasil. Tapi kali ini, tantangannya berbeda.

“Mulai besok, aku akan mengambil cuti. Aku percayakan ini pada kalian berdua.”

“Apa? Serius?” seru Evangeline, terbelalak.

“Kenapa tidak?” tanya Azena ringan.

“Kamu tidak bisa meninggalkan kami di tengah kasus seperti ini, Zena. Kamu tidak serius, kan?”

Azena tersenyum tipis. “Aku percaya pada kalian. Lagi pula, aku tidak benar-benar pergi. Aku hanya tidak ingin ikut terjun langsung. Tapi aku akan tetap memantau dan membantu jika dibutuhkan.”

“Tapi Ze… Aku dan Jonathan belum tentu mampu mengatur semuanya,” ujar Evangeline gelisah.

“Sia-sia membujuk dia,” sela Jonathan, menghela napas. “Aku sudah mencobanya tadi. Percuma. Dia keras kepala.”

Azena menanggapi dengan smirk, mengetahui betul maksud tatapan Jonathan yang penuh protes.

Evangeline menyerah. “Baiklah. Kalau begitu, kami akan datang ke ruang kerjamu besok pagi.”

Azena berdiri. “Bagus. Sekarang pulanglah. Istirahat. Kita butuh kepala yang segar besok.”

Mereka bertiga meninggalkan ruang rapat. Lorong kantor terasa lebih sunyi dari biasanya. Hari sudah mulai sore, sebagian besar staf telah pulang. Di basement, mereka berpamitan dan menuju mobil masing-masing.

Azena menaiki mobil Lexus LS500 merah miliknya. Tapi ia tidak langsung pulang.

Ia melajukan mobilnya menuju taman kota—tempat favoritnya saat ingin menenangkan diri.

Sesampainya di sana, Azena turun dan menyusuri taman yang mulai sepi. Langit mulai gelap, dan lampu taman menyala redup. Di kejauhan, terlihat danau dengan permukaan air yang memantulkan cahaya rembulan.

Azena mendekat dan duduk di tepi danau. Angin malam berhembus pelan, menyapu rambutnya yang tergerai.

Tempat ini menyimpan kenangan. Banyak kenangan.

Dan setiap kali ia duduk di sini, bayangan masa kecilnya bersama kedua orang tuanya selalu muncul.

Wajahnya yang tenang perlahan berubah. Matanya mulai berkaca-kaca.

“Ayah… Ibu…” bisiknya lirih.

“Aku… merindukan kalian…”

Setetes air mata jatuh membasahi pipinya.

Dan untuk sesaat, di tengah semua tekanan, Azena mengizinkan dirinya rapuh. Karena di balik ketegasan dan strategi yang ia susun, ada luka lama yang belum sembuh—dan rindu yang belum sempat tersampaikan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Secret Agent Or Teacher   33. Merindukan Sang Ketua

    Suara dentingan sendok beradu dengan cangkir kopi berbaur dengan obrolan pelan dari meja-meja lain. Evangeline mengaduk teh lemon nya, sementara Jonathan menyeruput latte-nya, tatapannya menyapu jendela kafe yang menampilkan hiruk pikuk jalanan di siang hari. Mereka duduk di sudut kafe "The Haven" yang nyaman, jauh dari keramaian, seolah dunia di luar sana bisa menunggu."Jadi, laporan intelijen terbaru menunjukkan pergerakan mencurigakan di sektor timur, Jonathan," ujar Evangeline pelan namun santai. "Indikasinya mengarah pada sindikat 'Black Swan' lagi. Mereka jauh lebih terorganisir dari perkiraan kita."Jonathan mengangguk. "Ya, aku sudah melihatnya. Analisis data kita menemukan pola anomali di transaksi keuangan mereka. Modus operandinya mirip kasus yang kita tangani tahun lalu, tapi kali ini mereka lebih lihai menyamarkan jejak." Ia meletakkan cangkirnya. "Bagaimana menurutmu, Angel? Apa ada kemungkinan ini hanya pengalihan?"Evangeline menyandarkan punggungnya ke kursi, jemarin

  • Secret Agent Or Teacher   32. Misi Baru

    Suasana pagi di halaman utama mansion Hailey begitu tenang, hanya diselingi desir angin dan suara anak panah menghantam target. Azena fokus menarik busur, matanya menajam, lalu melepaskan anak panah dengan presisi. Panah menancap tepat di tengah sasaran. Dua pengawal berbadan tegap berdiri tak jauh darinya, mengawasi dengan seksama."Bagus sekali, Nona Azena," puji salah satu pengawal.Azena hanya mengangguk tipis, tanpa mengalihkan pandangannya dari target. Ia kembali menarik anak panah berikutnya, namun gerakan di sudut matanya membuatnya berhenti. Kakeknya, yang selama ini menjadi sosok paling penting dalam hidupnya dan juga satu-satunya yang menjaga dirinya, berjalan mendekat dengan tongkat di tangan.Azena segera menurunkan busurnya. "Kakek.""Latihanmu semakin sempurna, Azena," ujar sang Kakek dengan senyum bangga."Tapi sepertinya ada hal yang lebih penting pagi ini."Azena mengangguk, meletakkan busur dan anak panahnya. "Baik, Kek."Mereka berdua berjalan menuju sebuah gazebo

  • Secret Agent Or Teacher   31. Penyelidikan Pengkhianat

    Malam telah larut, namun kamar Azena masih terang benderang. Ia duduk di meja kerjanya, di hadapan layar tablet yang menampilkan berbagai data misi dan laporan. Namun, pikirannya tidak tertuju pada deretan angka dan kode di tablet itu. Matanya menerawang, menatap kosong ke dinding, seolah mencoba menembus pikiran yang ada dibenaknya.Pengkhianat. Kata itu terus berputar di kepalanya. Siapa pengkhianat sesungguhnya di departemen intelejen atau justru di timnya sendiri.Satu per satu wajah anggota timnya melintas di benaknya, Evangeline gadis yang ceria, ekspresif, terkadang terlalu banyak bicara, namun loyal. Jonathan pria yang tenang, cerdas, ahli teknologi, dan selalu bisa diandalkan. Jonathan adalah pilar yang kuat dalam tim. Rachel gadis yang teliti, dan seorang analis data yang brilian. Ia selalu memastikan setiap detail misi tercover. Daniel pria yang kuat, sigap, dan ahli dalam pengintaian lapangan walaupun terkadang ceroboh dan bertingkah konyol, tapi keahliannya cukup bisa di

  • Secret Agent Or Teacher   30. Hari melelahkan

    Azena segera menghubungi sopirnya, meminta mobilnya dibawa ke bengkel utama seperti yang diminta Alex. Dalam waktu singkat, terdengar deru mesin mobil Azena yang menjauh, diikuti keheningan sesaat di mansion. Azena kembali fokus pada Edward dan Alex yang masih sibuk dengan denah dan skema."Jadi, apa langkah selanjutnya?" tanya Azena, mendekati layar besar.Edward menunjuk ke beberapa titik di denah mobil. "Alex akan fokus pada penguatan struktur dan pemasangan kaca anti peluru. Sementara aku akan memprioritaskan integrasi sistem elektronik. Aku perlu memastikan semua kamera, mikrofon, dan pelacak tersembunyi dengan sempurna dan terhubung ke sistem kontrol di laptop mu.""Dan jam tangan?" Azena menatap jam tangan vintage yang tergeletak di meja Edward."Aku sudah pilih salah satu," Edward mengangkat jam tangan kulit berwarna cokelat tua. "Desainnya klasik, tidak mencolok, dan ada cukup ruang untuk menyematkan perangkat. Aku akan mulai mengerjakannya setelah ini."Alex mengangguk setuj

  • Secret Agent Or Teacher   29. Memulai Rencana

    Pagi harinya, Azena bangun lebih awal, guna mempersiapkan segala sesuatu yang telah menjadi diskusi semalam. Ia memutuskan untuk menemui Edward yang sudah berada di ruang kerja sementara yang disediakan untuknya, sebuah ruangan yang dulunya perpustakaan pribadi Hailey namun kini telah disulap Edward menjadi lab mini dadakan dengan laptop, peralatan elektronik kecil, dan beberapa gadget yang belum diketahui oleh Azena.Azena mengetuk pintu dan masuk. Edward sudah sibuk dengan tablet dan beberapa chip kecil di meja."Pagi, Ed," sapa Azena, membawa dua cangkir kopi. "Aku bawakan kopi."Edward mendongak, tersenyum. "Pagi, Ze. Wah, kebetulan sekali. Terima kasih." Ia menerima salah satu cangkir. "Aku sudah mulai menyusun daftar komponen. Untungnya beberapa bagian kunci bisa dipesan secara online dan tiba cepat. Tapi ada beberapa komponen khusus yang harus aku buat sendiri.""Bagaimana dengan mobilku?" tanya Azena. "Aku bisa mengantarmu ke garasi mobil untuk melihat-lihat.""Boleh, nanti

  • Secret Agent Or Teacher   28. Diskusi Malam

    Malam harinya, suasana makan malam di mansion Hailey terasa hangat. Azena, Julian, dan Edward, Jeremy dan kedua orang tua Julian duduk di meja makan yang luas, ditemani hidangan lezat yang disiapkan koki mansion. Edward, yang sudah berganti pakaian santai, terlihat lebih rileks."Jadi, Azena," Edward membuka percakapan setelah suapan terakhirnya, "mengenai alat-alat itu, aku sudah punya gambaran kasar." Ia meletakkan garpunya dan menatap Azena serius. "Untuk pena perekam suara, aku bisa buatkan model yang persis seperti pena mahal yang biasa kamu pakai. Jadi tidak akan ada yang curiga. Mikronya akan sangat sensitif, bisa menangkap percakapan bahkan di ruangan yang cukup bising. Untuk transfer datanya, kita bisa pakai sistem enkripsi. Jadi, hanya ponselmu yang bisa mengakses rekaman itu."Azena mengangguk, matanya berbinar. "Kedengarannya sempurna, Ed." "Tapi, pakai pena yang biasa saja."Edward mengangguk mengerti, "baiklah.""Untuk modifikasi mobilmu," lanjut Edward, "kita akan butu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status