Home / Romansa / Secret Identity / 10 || Sumber Masalah

Share

10 || Sumber Masalah

Author: Ayzahran
last update Last Updated: 2021-03-08 01:54:53

Seorang pria dengan kisaran umur empat puluhan tengah mondar-mandir di ruangan kerjanya. Tampak dari interior bangunan itu terlihat sangat mewah. Beberapa mahakarya luar biasa terpajang berjejer di sana.

Seseorang mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam. Lelaki muda berpakaian semi formal dengan sebuah amplop berwarna cokelat di tangannya. Dia menunduk hormat dan menaruh di atas meja.

Pria itu membuka amplop dengan cepat. Tatapannya memandang serius pada sebuah foto yang diambil secara diam-diam. Foto itu yang diambil saat Rara duduk di halte beberapa hari lalu. Pria itu kembali melihat foto berikutnya. Alisnya menukik melihat sosok laki-laki yang terasa tidak asing bersama Rara.

“Bukankah dia putra tunggal Mahesa Wijaya?”

“Benar, Pak. Dia Aldebaran.”

“Kenapa gadis ini bisa bersamanya?”

“Gadis itu bekerja sebagai asisten pribadinya. Sebelumnya, gadis itu bekerja di perusahaan RAM Corp, tetapi Aldebaran memecatnya hanya karena kesalahan kecil.”

Tampak rahang pria itu mengetat. Dia meremas foto yang ada di tangannya.

“Masih ada satu lagi, Pak!” Lelaki muda itu berseru seraya menunjuk satu foto yang tersisa dalam amplop.

Pria itu mengambil satu foto yang lain. Kali ini dia begitu terkejut melihat gambar dalam foto itu.

“Ini?” Matanya menunjukkan kemarahan. Pria itu menggebrak meja.

“Awasi terus gadis itu, laporkan setiap gerak-geriknya. Bila perlu anak Mahesa itu juga. Kau boleh pergi!”

Pria itu segera melangkah keluar dengan selembar foto yang ia genggam erat. Langkahnya berhenti di ruang tamu, ia mengedarkan pandangan ke segala arah. Desain interior ruangan identik dengan kemegahan yang didominasi warna putih dan emas.

Dari kejauhan langkah sepatu terdengar dari balik salah satu ruangan. Pandangan pria itu terkunci pada sosok yang ia cari, segera dia mendekat dengan tatapan penuh kemarahan.

PRAKS!

Tamparan keras menyapu pipi mulus itu dan meninggalkan jejak merah muda.

“What's going on, Dad?” Dia meringis memegang pipinya yang terasa perih.

“Ini apa?” Pria itu menunjukkan fotonya bersama Aldebaran. Wanita itu adalah Monika, anak dari David Bailey—pengusaha terkaya sekaligus pemilik perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara dan beberapa perusahaan properti lainnya.

“Apa kau masih menjalani hubungan dengan pria itu? Bukankah ayah sudah melarangmu?!” David meninggikan suara. Tatapannya menyorot murka.

“Ya, hubungan diam-diam selama dua tahun lalu. But we broke up because of you, Dad!” Monika menahan tangisannya seraya menarik foto dari tangan David. “Kali ini Monik akan memperbaiki hubungan itu!”

“Kau tidak boleh melakukan itu!” Suara bariton David menahan langkah Monika.

Monika menyusut gumpalan air yang menggenang di sudut mata. “Sorry, Dad. Monik tetap akan melakukannya!”

“Kau sudah bertunangan!” David kembali mengeraskan suaranya.

Tangan Monika mengepal. Dia menghela napas berat. Monika tidak ingin berdebat, suasana hatinya sedang tidak baik. Dia mengambil langkah cepat masuk ke dalam lift yang langsung menuju lantai tiga di mana kamarnya berada.

David terlihat marah, dia tidak bisa membiarkan hubungan Monika dengan anak teman relasi bisnisnya kandas, itu akan berpengaruh pada perusahaannya.

David memanggil seorang pria bertubuh kekar yang berjaga di depan pintu utama dengan menggerakkan jari telunjuk.

“Pastikan Monika tetap berada di rumah sampai aku kembali!”

“Baik, Tuan.” Pria itu menjawab santun.

David mengeratkan dasinya lalu beranjak ke luar.

***

Rara tengah sibuk mengatur pakaian yang akan dipakai Aldebaran untuk pemotretan. Syutingnya baru saja selesai. Saat ini mereka berada di salah satu brand fashion ternama. Aldebaran diminta menjadi model untuk pakaian terbaru mereka.

Rara hampir kewalahan mengerjakan sendirian. Aldebaran terus saja memerintahkannya melakukan berbagai hal. Rara juga harus menyiapkan makan siang. Pria arogan itu tipe pemilih dalam makanan. Tidak boleh terlalu berminyak, tingkat level satu untuk rasa pedas dan tidak boleh pakai bawang. Aldebaran benci dengan bau bawang.

Rara menarik napas sejenak sebelum membawakan jus buah jambu yang baru saja dia beli. Rara mengangguk mantap ketika memastikan tidak ada yang kurang.

Tak jauh dari posisinya, Aldebaran sedang melakukan sesi pemotretan. Rara hanya memandang dari kejauhan. Tiba-tiba, ponsel Rara berdering. Nama Ivan tertera di layar.

“Halo, Van!”

“Lagi di mana, Ra?” tanya Ivan dari seberang sana.

“Aku lagi ....” Rara menahan kalimatnya.

“Nona Rara, kau dipanggil!” Salah seorang perempuan menepuk bahu Rara dan mengarahkan jari telunjuk ke arah Aldebaran.

Rara mengangguk pelan. Perempuan itu lantas pergi. Rara melanjutkan lagi pembicaraannya lewat telepon.

“Van, maaf, ya. Aku akan meneleponmu lagi.” Rara memutuskan panggilan dan berlari kecil menemui Aldebaran.

“Pak Al panggil aku?”

“Sudah kausiapkan makananku?” tanyanya dengan raut datar.

“Sudah, Pak!” sahut Rara cepat.

Rara membiarkan Aldebaran melangkah lebih dulu. Dia harus akui, Rara sangat rapi dalam menyajikannya. Aldebaran mengambil tempat untuk duduk.

“Tidak sia-sia aku mengeluarkan uang untuk memperkerjakanmu!”

Rara menarik sudut bibirnya. Dia tidak ingin menanggapi. Jika melihat kenyataannya, Aldebaran yang membutuhkan Rara, dia sengaja memecat Rara di perusahaan hanya karena tidak suka ada orang yang berani menentangnya. Rara baru tahu kemarin saat tidak sengaja mendengar percakapan dua asisten Firman.

Saat itu Rara baru saja keluar dari toilet.

“Aku salut sama asisten baru Pak Al. Dia bisa tahan dengan sikapnya yang arogan. Beberapa orang yang pernah bekerja dengannya memilih berhenti karena tidak tahan dengan sikapnya,” jelas Fandi pria bertubuh kurus dengan tinggi sama dengan Ivan.

“Kalau itu aku, sudah pasti menyerah lebih dulu!” sahut Riko, pria yang tubuhnya sedikit lebih berisi.

Rara kembali membuyarkan lamunannya. Aldebaran baru saja selesai makan.

“Pak, apa aku boleh pulang lebih awal? Hari ini aku mau menemui kekasihku.”

Aldebaran mengangkat pandangan dari ponsel, beralih menatap Rara lalu menoleh ke arah Firman.

“Apa jadwal lainnya?”

“Tidak ada. Tapi hari ini rapat dewan direksi dan kau diminta Pak Mahesa untuk datang ke perusahaan,” jelas Firman.

“Pak Al belum menjawab pertanyaanku,” timpal Rara kemudian.

Aldebaran menatap dingin, dia bangkit dari duduknya dan berjalan melewati Rara begitu saja. Rara menghela napas. Pria arogan itu tidak mengizinkannya pulang. Padahal dia tidak perlu ikut ke perusahaan.

Rara menyeret langkah malas menyusul Aldebaran. Apa dia harus menunggu pria arogan itu sampai rapat selesai? Benar-benar mengesalkan. Rara membuka pintu di belakang kemudi. Dia duduk di sebelah Aldebaran.

“Jangan pasang tampang seperti itu ketika sampai di perusahaan,” katanya tegas.

Rara memperbaiki posisi duduk. Dia menarik otot wajahnya menampakkan sedikit senyuman. 

Aldebaran memasang earphone, lalu memejamkan mata. Itu hal yang selalu dia lakukan setiap berada dalam mobil. 

Pandangan Rara ke arah luar, dia memandang rembulan yang bersinar terang di singgasananya, di kelilingi perhiasan jubah malam yang meneduhkan netra. Rara menurunkan sedikit kaca mobil, senyumnya tersimpul indah—membiarkan angin malam menerpa wajahnya. Sungguh menyegarkan.

"Naikan kacanya! Aku tidak suka ada polusi yang masuk. Bukankah pendingin mobil ini jauh lebih baik?!" sentak Aldebaran masih dengan mata terpejam. 

Rara hanya bisa mendengus kesal seraya menaikan kembali kaca mobil. []

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Secret Identity   EPILOG

    Rara telah bersiap dengan balutan gaun pengantin. Dia benar-benar tampak cantik dan anggun. Aldebaran melamarnya dengan cara tak terduga. Lamaran yang dilakukan Aldebaran sampai viral di berbagai media sosial. Akun i*******m milik Rara dan Aldebaran dibanjiri komentar positif dan ucapan selamat. Momen itu juga ditayangkan di TV nasional selama hampir seminggu. Bahkan beberapa pihak berbondong-bondong menawarkan endorse untuk pernikahan mereka. Hari pernikahan mereka juga sengaja ditayangkan secara langsung dari salah satu stasiun TV dengan rating tertinggi. Rara merasa gugup. Berkali-kali Rara menghela napas. Jantungnya seakan mencelos menunggu akad nikah mereka dimulai. "Kau sangat cantik, Ra!" Monika mendekat seraya memuji. Dia tersenyum tulus melihat dari pantulan cermin. "Terima kasih, Kak! Aku sangat gugup." "Al tidak kalah lebih gugup darimu. Dia masih terus berlatih mengucapkan ijab kabul agar tidak salah." Rara tersenyum h

  • Secret Identity   EXTRA PART

    Rara menggeliat, meregangkan otot-otot. Matanya mengerjap lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Di sinilah Rara, masih tidak percaya berada di kamar sendiri. Seperti mimpi yang panjang baginya.Rara menyibak selimut, merapikan tempat tidurnya. Rara bergegas keluar mendapati Nirmala dan Monika di ruang makan sedang mempersiapkan sarapan."Pagi adikku, Sayang!" Monika menyapa. Tidurmu nyenyak?"Rara mengangguk. "Sangat nyenyak. Bagaimana dengan Kak Monika?""Aku juga. Aku akan merasa nyaman jika tinggal lama di sini!""Tinggal lah selama mungkin. Aku sangat senang jika Kak Monika tinggal di sini!""Benarkah? Apa boleh, Bu?" Monika melirik ke arah Nirmala."Tentu saja. Kau tidak perlu meminta izin.""Kalau dengan ayah, juga boleh?" Monika melempar tatapan ke arah Rara.Nirmala diam sejenak. Rara dan Monika menunggu jawaban Nirmala. "Tergantung usahanya mendapatkan hati ibu kem

  • Secret Identity   77 || Akhir Dari Segalanya (END)

    Aldebaran dan Rara merencanakan janji untuk bertemu setelah Rara melakukan pekerjaan Aldebaran. Mereka akan bersama-sama mencari wanita tua itu. Sebelumnya, Rara dan Aldebaran sudah mencari tahu kue yang dibeli Firman. Dari ucapan Firman, dia tidak membeli di tempat yang Aldebaran maksud dan penjual kue itu bukan wanita tua melainkan wanita muda. Saat ini, Rara sibuk melakukan syuting iklan terakhir sebelum akhirnya dia mengambil libur panjang untuk beberapa bulan ke depan. Aldebaran meminta Rara untuk tidak menerima tawaran karena dia ingin mengajak Rara berlibur membawa Nirmala yang sejak dulu ingin sekali pergi ke Korea. Nirmala sangat gemar menonton drama dari Negeri Gingseng itu. Aldebaran ingin memberikan kejutan sebagai Rara dengan mengajaknya ke sana. "Bu, apa yang bisa Rara bantu?" tanya Aldebaran setelah membereskan kamar Rara. Dia sudah memutuskan tinggal bersama Nirmala. "Rara bantu ibu pergi ke pasar. Ada beberapa bahan masakan yang harus dibeli.

  • Secret Identity   76 || Menerima Keputusan

    Mahesa marah besar begitu mengetahui Ivanka adalah pelaku utama dari kecelakaan yang menimpa Aldebaran. Ivanka sudah dibekuk polisi seminggu yang lalu. Angga sendiri yang melaporkan ibunya setelah semua usaha Angga meminta ibunya menyerahkan diri diabaikan Ivanka. Angga tidak punya pilihan dan terpaksa membuat bukti untuk menjerat Ivanka.Pemberitaan mengenai kasus kecelakaan Aldebaran mengudara selama berhari-hari, para media terus saja membahas motif dan alasan Ivanka melakukan semua itu. Bahkan fans setia Aldebaran merutuki Ivanka dan meminta pihak kepolisian untuk menjatuhkan hukuman mati sebagai efek jera agar tidak ada lagi orang seperti Ivanka yang tega merencanakan pembunuhan pada anak dari suaminya sendiri.Saat ini Ivanka telah duduk di meja persidangan. Sementara Angga duduk di meja saksi memberikan pernyataan. Ivanka tidak bisa mengelak, semua barang bukti mengarah padanya. Kaki tangan Ivanka juga sudah mengakui perbuatan mereka.Ivanka akhirny

  • Secret Identity   75 || Akhirnya Terungkap (Part 2)

    "Akhirnya kau datang juga, Al!" Aldebaran menatap tajam. “Berani sekali kau datang ke rumah ini! Bukankah aku sudah melarangmu untuk tidak menginjakkan kaki di sini?!” “Aku kemari karena mengambil barangku yang tertinggal!” Ivanka berjalan ke arah sofa panjang yang ukiran gagangnya terbuat dari kayu jati. Ivanka menjuntaikan sebuah liontin seraya tersenyum. “Kenapa itu ada padamu?!" suara Aldebaran merendah, terdengar penuh penekanan. "Duduklah! Setidaknya berbincanglah denganku. Kau selalu saja bersikap dingin dari semenjak pertama kali kita bertemu!" Ivanka berujar. Dia memberi isyarat menunjuk dengan dagu ke arah secangkir kopi yang sudah dia siapkan. Ivanka mengangkat cangkir menyeruput kopinya dengan nikmat. "Aku tidak meracunimu. Aku hanya ingin kita berbaikan dan bisa duduk bersama, berbincang hangat layaknya ibu dan anak." Aldebaran meneguk setengah kopi miliknya. "Kau puas? Sekarang kembalikan! Sejak

  • Secret Identity   74 || Akhirnya Terungkap (Part 1)

    Sehari sebelum kecelakaan terjadi.... Ivanka mendatangi RAM Corp setelah berbelanja di butik langganannya. Jam makan siang sebentar lagi dan Ivanka ingin mengajak Mahesa makan di luar. Sudah lama dia tidak jalan berdua dengan Mahesa karena terlalu sibuk dengan bisnis. Ivanka mengumbar senyum pada beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Suara heels pigalle foliies 100 milik Ivanka mengetuk-ngetuk lantai marmer hingga terdengar menggema berirama. Ivanka menunjukkan keanggunan saat menaiki lift menuju lantai utama. Senyum Ivanka kembali terukir begitu sampai di depan meja sekretaris Mahesa. “Nindya, apa Pak Mahesa ada? Katakan aku ada di sini!” titah Ivanka membusungkan dada dengan elegan. “Ada, Bu! Pak Mahesa sedang berbincang dengan Pak Mudi.” “Aku ingin masuk!” “Maaf, Ibu! Pesan Pak Mahesa, dia tidak ingin di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status