Kenzo baru saja memarkirkan mobilnya di tempat khusus parkir para siswa di sekolahnya.
"Ra, ingat nanti sepertinya sekolah akan pulang cepat karena Nalla dan yang lain akan ikut olimpiade,kamu tunggu kakak, kakak ada satu jam tambahan soalnya,"ujar Kenzo pada Narra yang duduk di sampingnya.
"Yah Kak, Narra akan bosan nunggunya."
"Kamu kan bisa nunggu di perpustakaan Ra, pak Bimo tetap nutup perpustakaan sampai jam 3 seperti biasanya,"usul Nalla
"Ih ... enggak mau, mending nunggu di kantin aja, " Narra melepas seatbeltnya lalu melirik Kenzo di sampingnya. "Kak buka kuncinya. "
"Oh iya. "
Narra segera keluar dari mobil, sementara Nalla masih membereskan buku yang ia baca sepanjang perjalanan ke sekolah tadi.
"La ... semangat nanti ya! " ujar Kenzo menyemangati adiknya yang akan pergi lomba olimpiade matematika.
"Iya Kak, terimakasih doakan ya supaya lancar. "
Kenzo tersenyum lalu ia mengambil sesuatu dari kantong celananya."kesinikan tangan kanan kamu, " ujar Kenzo.
Nalla mengerutkan keningnya bingung."Kenapa kak? "
"Sini aja si .... "
Nalla mengangguk lalu mengulurkan tangan kanannya ke depan.
Kenzo tersenyum lalu tiba-tiba ia memasangkan sebuah Bracelet berwarna hitam ke tangan Nalla."Ini apa kak? Kok Nalla di pakein gelang mainan kayak gini sih? "tanya Nalla bingung
Kenzo terkekeh pelan,adiknya yang satu ini memang beda dengan kembarannya, Nalla hampir buta fashion. Bahkan semua yang ia pakai adalah pilihan Narra.
"La, ini bukan gelang mainan, ini berbahan kulit, harganya aja 4 jutaan."
"Masa sih?"tanya Nalla tak percaya sambil mengamati benda di pergelangan tangannya.
"Udah pakai aja, itu gelang keberuntungan kakak di olimpiade tahun lalu. "
Hati Nalla menghangat, kakaknya ini memang sangat perhatian padanya.
Di saat perhatian ayahnya hampir terfokus pada Narra, kak Kenzo lah yang selalu merangkulnya."Makasih kak. "
"Ya udah ayo keluar,biar kakak antar kamu ke kelas. "
Nalla mengangguk lalu segera membuka pintu dan keluar dari mobil kakaknya di susul oleh Kenzo.
"Ken .... " Seru seseorang memanggil Kenzo.
"Kenapa Dik? " Tanya Kenzo pada Dika teman sebangkunya.
Dika melirik ke arah Nalla lalu tersenyum."Hai La. "
Kenzo sedikit berdecak lalu membelai rambut adiknya. "Kamu ke kelas dulu gak apa-apakan? "
Nalla tersenyum tipis lalu mengangguk.
Sepeninggal Nalla, Kenzo menatap sahabatnya."Ada apa? "
"Ya elah Ken, kenapa kamu suruh si Nalla pergi dulu sih?"kesal Dika
"Jangan macam-macam sama adik-adikku. "
"Ck ... itu kamu di panggil pak Jodi suruh ke kantor sekarang!"
"Ada apa lagi sih tuh guru BK?"
"Katanya malam minggu kemarin ada yang ngelaporin kamu nge-DJ lagi di club. "
"Nah itu yang lapor juga pasti ke club kan? "
"Makanya katanya dia yang ketangkep duluan terus bawa-bawa kamu. "
"Ck ... Menyebalkan. " gerutu Kenzo lalu segera pergi menuju ruang BK untuk menemui guru yang di maksud.
Sementara Nalla memasuki kelasnya, di sana sudah ramai teman-temannnya yang mengerumuni Narra.
"Gue udah nonton vlog terakhir lo Ra, gila viewersnya udah hampir satu juta."
"Iya, tapi yang subscribe belum ada 1 juta ih kesel banget. "eluh Narra.
"Gak apa Ra, kan Youtube lo baru berapa bulan juga, belum ada satu tahun kan, itu udah bagus banget."
"Eh coba deh lo cover lagu, pasti banyak yang suka. "
"Gue nyanyi, enggak deh, yang ada nanti banyak dislike nya,kecuali,"Narra langsung melirik Nalla."La kamu nyanyi ya, tapi kamu dandan kayak aku, gimana?"
Nalla langsung menggeleng."Enggak,"jawabnya yakin
"Yah La, kan suara kamu bagus mirip sama suara Marion Jola."
Nalla berdiri."Udah ya, aku mau ke kantor guru, udah waktunya berangkat."
Nalla menatap teman-temannya."Teman-teman doakan Nalla ya!"
"Yoi La, semoga sukses dan menang, kami yakin lo pasti bisa!"
Nalla tersenyum lalu mengangguk sebelum pergi dari kelasnya.
..Saat menunggu guru yang akan membawa mereka ke tempat olimpiade bersama siswa yang lain, Nalla mendengar dari ruang BK di sebelah kantor ada yang menyebut nama kakaknya.Penasaran Nalla bergeser mendekat ke ruang BK tersebut."Kamu tahu Ken, tempat itu bukan tempat yang boleh di kunjungi murid SMA seperti kamu."
Kenzo menghela nafasnya, "Tapi Pak saya di sana kerja bukan minum-minum ataupun mabuk seperti Rendi."
"Tetap saja, anak seusia kamu harusnya fokus belajar bukan bekerja apa lagi di tempat tak pantas seperti itu,dan lagi pula keluarga kamu kaya raya, bahkan papa kamu adalah donatur terbesar di sekolah ini."
"Yang kaya kan papa saya Pak, bukan saya. "
"Susah ya ngomong sama kamu, sudah kali ini saya abaikan masalah ini, ingat kalian 2 minggu lagi ujian, fokus lah dengan ujian kalian."
"Keluar kembali ke kelas masing-masing,dan kamu Rendi, ingat hukuman kamu, seminggu ke depan bersihkan toilet pria di koridor 3 setiap pagi sebelum jam masuk. "
"Baik Pak. "
Rendi dan Kenzo segera keluar dari ruang guru BP.
"Gila lo Ren, bawa-bawa gue segala. "
"Yah cari temen Ken,apa lagi kalau temannya itu lo, otomatis tuh guru enggak berani macam-macam."
"Ya untung gue beneran di club malam itu."
"Keberuntunga buat anak sholeh seperti gue. "ujar Rendi membanggakan dirinya sendiri.
"Kak Ken ...."
Kenzo dan Rendi langsung menoleh ke arah Nalla.
"Aku ke kelas duluan Ken. " pamit Rendi.
"Ck ... "Kenzo berdecak lalu menatap adiknya kemudian tersenyum."belum berangkat?"
"Sebentar lagi," Nalla melirik ke pintu ruang BK."Kakak kenapa di panggil pak Jodi? "
"Bukan apa-apa. "
Nalla menggeleng."Kakak masih nge-DJ?Kalau ketahuan papa gimana? Kan enggak boleh?"
"Enggak akan ketahuan kalau kamu tidak mengadu. " ujar Kenzo sambil mengusap kepala adiknya.
"Tapi ...."
"Sudah jangan di pikirkan, " Menatap ke arah gelang di pergelangan tangan kanan Nalla, Kenzo tersenyum."Fokus ke lombanya ya!Semoga juara!"
Nalla mengangguk."Makasih kak. "
"Ya sudah kakak balik ke kelas dulu."
Nalla mengangguk tepat saat guru memanggilnya.
"Nalla ayo yang lain sudah ke depan, kita berangkat!"
"Iya Pak. "Kembali menatap kakaknya. "Nalla pamit kak, doakan ya. "
Kenzo tersenyum lalu mendekat untuk mengecup puncak kepala adiknya penuh sayang."Semangat ya kakak yakin kamu pasti bisa! "
Nalla mengangguk lalu pergi menyusul guru tadi. Kenzo menatap kepergian adiknya, ia tersenyum,Nalla tak jauh beda sepertinya, pendiam dan tak pernah mengeluh, tapi ia tahu jika Nalla memiliki banyak impian, banyak keinginan yang tak pernah ia ungkap pada siapapun.
"Semangat adikku. " gumam Kenzo.
Kenzo tak kembali ke kelasnya, ia pergi menuju gudang belakang, duduk di kursi dalam ruangan itu sendiri, mengambil sesuatu di dalam laci lalu memantiknya dengan korek api.
Kenzo merokok, dia kembali memikirkan segalanya, semua rahasia yang ia ketahui tentang keluarganya.
Rasanya ia ingin menanyakan hal itu pada papanya, karena tak mungkin hal itu ia tanyakan pada sang mama yang pasti akan terluka jika ia mengungkap semua yang ia ketahui."Keluarga ini terlalu sempurna jika harus aku hancurkan karena rasa penasaranku akan kebenaran yang mereka sembunyikan selama ini." lirih Kenzo kemudian, ia menghisap rokok di tangannya dan mengeluarkan asapnya melalui hidungnya.
Berkali-kali Kenzo menghela nafasnya, ia ingin mengetahui yang sebenarnya tapi ia tak yakin apakah ia sanggup jika hal itu benar adanya dan ia juga tak sanggup kehilangan keharmonisan keluarganya.
.
.
myAmymy
Nalla melingkarkan tangannya pada pinggang suaminya, saat ini mereka berada di bandara, hari ini Kenzo akan kembali ke Indonesia setelah 9 hari dia berada di London, bersama Nalla,menikmati bulan madu mereka untuk yang pertama kalinya sejak pernikahan mereka."Ya Tuhan, sayang rasanya berat sekali, ingin rasanya waktu terus berhenti di sini.""Kak ...,"protes Nalla, ia tahu suaminya masih berat menerima keputusannya,mereka baru saja merasakan indahnya jatuh cinta tapi karena egonya, Kenzo terpaksa menerima keputusannya untuk berpisah sementara waktu. Ya, hanya sementara.Nalla mencintai Kenzo tapi ia ingin sekali mewujudkan mimpinya sekali seumur hidupnya.Tiba-tiba Nalla teringat sesuatu."Kak ...,"ujarnya lalu melepas pelukannya pada pinggang Kenzo sebelum ia melepas kalung di lehernya."Apa itu?kenapa kamu melepas kalungmu?"Nalla tersenyum."Dulu kakak memberikanku
Kenzo tersenyum menatap wajah istrinya yang masih terlelap meski matahari sudah cukup tinggi, bagaimana tidak istrinya masih terlelap meski hari sudah siang, Kenzo semalaman tak kenal lelah menyalurkan kerinduannya, belum lagi di tambah tadi pagi setelah subuh ia tak membiarkan istrinya melanjutkan tidurnya.Kenzo mengecup kening istrinya, hidung, pipi lalu bibir dan sedikit memagutnya dengan lembut."Mmhhh ... Kak ...,"gumam Nalla dengan suara seraknya."Ssstt ... tidur lagi saja,tak apa.""Mmmhh ... aku lelah sekali."Kenzo tersenyum."Sorry, aku sangat merindukanmu."Nalla memaksakan senyumnya, entah kerinduan seperti apa yang Kenzo maksud, yang jelas tak sama dengan yang ada di pikirannya."Mau sarapan apa?"tanya Kenzo"Mmmh ... Kakak yang mau masak? Biar aku bangun, "ujar Nalla sambil berusaha bangkit."Eh, tidak usah, semalaman kamu sudah melayaniku, jadi biarkan hari ini aku yang akan melayanimu sayang,"ujar Kenzo
Nalla menatap kumpulan merpati di depannya,merpati-merpati itu berkumpul dan sesekali menghindar dari orang-orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.Nalla tersenyum,pandangannya tertuju pada seekor merpati yang terus mengejar satu merpati lainnya. Sepertinya itu jantan dan betina,begitu pikir Nalla.Nalla lalu menatap jam di tangannya, rupanya dia sudah duduk lebih dari satu jam di tempat itu,iapun menutup buku di tangannya, sebuah novel bergenre romance kesukaannya.'Ada banyak alur cerita yang indah yang bisa ku baca, tapi tak ada yang seperti kisahku.'Batin Nalla.Dulu Nalla ingin bertemu seseorang yang tiba-tiba membuatnya jatuh cinta suatu hari nanti. Tapi... Kesempatan itu tak akan pernah datang padanya.Nalla menjalani cinta karena pikirannya yang meminta hatinya agar menerima kehadiran cinta yang di paksa masuk ke dalamnya. Bukan cinta seperti yang dulu ada dalam impiannya .Nalla membuka
Hari ini adalah hari keberangkatan Narra ke Paris, semua keluarga bersiap mengantarnya ke Bandara, termasuk Nalla."Ra ... aku pasti akan sangat merindukanmu,"ujar Nalla di dalam kamar mereka berdua"Jangan melow deh La, lagian kita emang akan berpisahkan, kamu sendiri yang gak mau kuliah bareng aku di Paris."Nalla tersenyum tipis, ia ingin meraih mimpinya sendiri."La, apa tidak apa kalau kak Ken kamu tinggal, aku ingat banget tuh cewek yang kegeeran sama kak Ken, pede boros banget, coba kalau ....""Udah Ra, jangan cerita lagi, ayo turun nanti telat loh. ""Oh iya ...."Narra menghela nafasnya panjang, "Aku pasti akan sangat merindukan kamar ini La, 17 tahun kita nempati kamar ini berdua."Nalla tersenyum dan mengangguk setuju, Narra benar, tinggal menunggu hari untuk dirinya pergi dari rumah ini dan meninggalkan semuanya, Kenzo, entahlah ia pikir ia perlu menata hatinya lagi, meyakinkannya tentang sebuah c
Narra keluar dari mobilnya, dia tersenyum menatap sebuah goodie bag di tangannya, pagi tadi dia membuat sebuah kue brownies bersama nenek Nabila."Semoga Zavin suka,"ujarnya yakin.Narra lalu masuk ke dalam rumah mewah milik orang tua Zavin."Di mana Zavin? "gumam Narra, ia lalu semakin masuk ke dalam mengabaikan para pelayan yang tengah mengerjakan pekerjaannya.Sementara Zavin di kamarnya tengah duduk di ranjangnya, di depannya ada sebuah koper berisi beberapa barang-barangnya."Pokoknya momi tetap gak setuju kamu lanjut kuliah di sana, kalau kamu nekad pergi, momi akan benar-benar kecewa padamu,jangan pernah temui momi lagi.""Mom ... jangan memberi Zavin pilihan yang sulit.""Zavin, Momi ingin yang terbaik untukmu."Zavin menggeleng."Bukan yang terbaik buat Zavin, tapi buat Momi.""Zavin ...."Mommy Gaby menarik nafasnya panjang dan menghembuskan perlahan, ia tak mau terbawa emosinya."Zavin, momi mohon
Kenzo masih berdiri di samping istrinya, masih menggenggam tangan Nalla yang masih begitu lemah. Saat ini, Nalla tengah di periksa keadaanya pasca sadar oleh dokter."Bagaimana dok? "tanya KenzoDokter tersenyum."Semua baik-baik saja ... kondisinya stabil, tinggal memulihkan bekas operasinya."Nalla yang tadinya hanya menatap lurus ke langit-langit langsung menatap dokter."Operasi?"Perlahan Nalla melepaskan tangannya dari genggaman Kenzo dan meraba perutnya, dia baru ingat tentang bayinya dan kecelakaan yang menimpanya.Nalla terdiam, perutnya tak lagi besar, dia terus terdiam, mengingat rasa sakit yang ia rasakan saat kecelakaan itu.