“Lepaskan tanganmu! Aku mertuamu. Ingat?” seru Fortin menghentakkan tangan Calvin.Dengan tatapan membunuh, Calvin menjauh dari mertuanya. “Kamu tidak pantas berbuat kasar pada putrimu, sekarang dia adalah istriku jadi aku memiliki hak untuk melindunginya dari siapapun yang ingin menyakitinya termasuk dirimu.”Tawa Fortin menggema di dinding rumah merespon sikap posesif menantunya terhadap putrinya. “Apa yang telah putriku lakukan terhadapmu sehingga kamu memiliki perasaan padanya? Apakah dia membuatmu kasihan, dia memang ahli melakukannya.”“Papa cukup!” tegur Kenny dengan suara bergetar, tak menyangka jika papanya tega mempermalukannya di depan Calvin.“Apa yang kamu inginkan?” tanya Calvin pada Fortin.Tak ingin papanya menimbulkan masalah lebih besar, Kenny langsung menahan perkataan papanya agar tetap bungkam.“Dia tidak menginginkan apa pun, dia hanya datang menjengukku dan tanpa sengaja aku membuatnya marah.” Kenny mewakili papanya menjawab pertanyaan Calvin.“Marah hingga tega
Keesokan paginya, Kenny terbangun dengan handuk basah di kening. Dia mengambil handuk tersebut dan hendak bangun, tetapi seketika kepalanya berputar serta berdenyut sakit.Pintu kamar terbuka dan Calvin terkejut melihat istrinya berusaha bangun dengan menahan rasa sakit. Dia segera meletakkan nampan berisi makanan lalu menopang tubuh Kenny, membantunya untuk bangun.“Tidurlah kembali, kamu masih sakit,” ujarnya.“Apa yang terjadi?” tanya Kenny dengan suara lirih.“Semalam kamu demam, beruntung menjelang pagi suhu tubuhmu sudah normal kembali,” jawab Calvin.“Apakah semalam kamu tidak tidur karena aku?” Kenny merasa tidak enak hati.“Sudah kewajibanku merawatmu dan memastikan keadaanmu baik-baik saja.” Calvin tidak merasa terbebani dengan hal tersebut.“Maaf jika aku selalu merepotkanmu. Apa yang bisa aku lakukan untuk membalas semua kebaikanmu?” Kenny bertekad untuk tidak merepotkan Calvin lagi dengan semua masalahnya.“Makan dan minumlah obatmu sehingga cepat sembuh,” balas Calvin ya
“Tubuhku selalu bereaksi berlebihan, aku tidak bisa mengendalikannya saat berdekatan denganmu,” ucap Kenny jujur.“Seorang teman tidak akan merasakan hal seperti itu,” sindir Calvin merasakan hal yang sama seperti apa yang Kenny ucapkan.Kenny menunduk merasa malu karena apa yang dirasakan, tetapi Calvin menangkap dagunya hingga mata mereka kembali terkunci.“A-aku istrimu,” gumam Kenny lirih.“Aku tidak mendengarnya,” goda Calvin meminta Kenny mengulang ucapannya dengan suara yang lebih keras.“Selain temanmu, aku juga istrimu,” tegas Kenny mulai berani menyatakan status.Mata Calvin menelusuri wajah istrinya dan melihat perubahan kulit Kenny yang memerah. Melihat hal tersebut, Calvin mulai mengerti apa yang Kenny rasakan.“Jadi perubahan ini bukan karena kesehatanmu yang menurun?” Calvin memastikan keadaan istrinya.Malu untuk bersuara, Kenny hanya menggeleng pelan.Calvin mengumpat dalam hati karena tergoda dengan sikap polos istrinya, dia mengusap pipi Kenny yang memanas dan memer
Pengalaman pertama bagi Calvin dan Kenny membuat keduanya sama-sama lelah, bahkan setelah mencapai puncak bersama untuk pertama kali, keduanya langsung tidur lelap.Mereka tidak menyadari jika percintaan tersebut berhasil meruntuhkan dinding yang selama puluhan tahun menutup hati keduanya, serta melepaskan gairah yang selama ini terkungkung dan terpenjara.Kenikmatan dan sensasi luar biasa yang mereka rasakan menimbulkan rasa penasaran sampai sebesar apa kenikmatan yang mampu mereka reguk hingga keduanya sepakat melakukan hal yang berbeda.“Malam ini sepertinya akan turun hujan,” gumam Kenny menatap langit yang mendung dan gelap.“Jika hujan, udara di kamar akan terasa lebih dingin dan lembab,” balas Calvin.“Apakah kamu tidak bisa menyalakan mesin penghangat?” tanya Kenny.“Mesin penghangat di kamar sedang rusak dan sedang aku kirim ke kota untuk diperbaiki karena ada beberapa part yang susah aku dapatkan,” jawab Calvin.“Aku bisa mengerti jika kamu belum mempersiapkan semuanya karen
“Calvin …!” desah Kenny di sela ciuman mereka.“Apakah kamu keberatan?” Calvin menjauhkan bibir lalu menatap mata Kenny untuk memastikan apa yang istrinya inginkan.“Bu-bukan begitu, tetapi di sini terlalu terbuka. Aku merasa kurang nyaman.” Kenny kembali mengedarkan pandangan memastikan tidak ada orang yang melihat mereka.“Rumah ini jauh dari rumah para pekerja, yang sering datang ke sini hanya papa dan mama, tapi saat ini mereka sedang pergi. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan.” Calvin berusaha menyakinkan istrinya.“Apakah kamu yakin?” tanya Kenny.“Sangat yakin,” jawab Calvin tanpa ragu.Kenny terdiam tetapi ekspresinya tidak menolak.Dengan hati-hati Calvin mengusap dada istrinya lalu perlahan membuka satu per satu kancing bajunya. Tubuh Kenny meremang ketika Calvin meloloskan pakaian, turun dari bahu dan punggungnya.Udara dingin langsung menyapu permukaan kulit, namun tangan Calvin yang bergerak menyapu punggung telanjangnya mampu mengusir udara dingin tersebut. Tenggorokan
Calvin mengusap permukaan kulit Kenny disaat wanita itu tidur meringkuk di pelukannya. Jarinya menelusuri kulit telanjang istrinya yang bersinar karena tempaan cahaya api dari perapian.Ingatannya kembali ke percintaan mereka, tidak menyangka dirinya bisa hilang kendali bahkan lupa kondisi Kenny yang seharusnya masih butuh banyak istirahat. Kenny begitu menggoda, memberinya kenikmatan yang luar biasa.“Maafkan aku,” gumamnya pelan menyadari telah membuat istrinya kelelahan.Perlahan dia menarik selimut menutupi tubuh mempesona istrinya, lalu ikut terlelap tanpa melepaskan pelukan.Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa tidur nyenyak dengan hati yang penuh kedamaian dan otak yang tenang. Rasa cemas dan gelisah yang selama ini menghantui, lenyap seketika.*Kenny membuka mata dengan berat ketika suara ponsel milik Calvin mengganggu tidurnya. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke rumah.Tak langsung menanggapi suara tersebut, perhatiannya terali
Saat siang hari, sebuah mobil asing berhenti di depan rumah orang tua Calvin. Kenny yang sedang duduk di teras mengamati dengan seksama siapa tamu mertuanya tersebut.Seorang wanita turun dari pintu kemudi lalu membuka pintu belakang dan ternyata orang tua Calvin yang keluar dari pintu tersebut.Cameron yang melihat menantunya duduk di teras, melambaikan tangan dan menyapanya. “Halo Sayang, apakah kamu baik-baik saja selama kami pergi?”“Ya, aku baik-baik saja. Maaf aku tidak bisa membantu membawa barang-barang itu Ma,” tunjuk Kenny ke bagasi mobil.“Tidak apa-apa, Juan dan Yuri yang akan membawanya masuk,” ujar Cameron menunjuk suaminya dan wanita yang mengemudikan mobil tersebut.Kenny melirik ke arah wanita yang ditunjuk mertuanya dan melihat tatapan sinis dari wanita itu, namun dia mengabaikan hal tersebut karena tidak ingin berpikiran negatif, mungkin saja dia salah mengartikan tatapan wanita itu.Merasa udara semakin dingin dan Calvin tak kunjung pulang dari kota, Kenny memutusk
Menjelang malam, Calvin pulang dengan alat pemanas ruangan yang baru. Wajahnya terlihat sangat lelah dan kurang istirahat.“Apakah kamu sudah makan? Aku sudah memasak untukmu,” kata Kenny pada suaminya.“Aku masih kenyang, makanlah dulu, aku akan memasang alat ini,” tunjuk Calvin ke arah barang yang dia bawa.“Kamu bisa memasangnya besok jika lelah, setelah makan kamu bisa beristirahat,” bujuk Kenny.“Aku belum ingin makan karena tadi sempat makan sebelum sampai rumah. Kamu yang harus makan agar kesehatanmu tidak terganggu, aku akan menyusul jika sudah selesai.” Calvin memberi alasan.Sadar jika sikap Calvin berubah seakan sedang menghindari dirinya, Kenny mengangguk mengalah mengikuti perkataan suaminya.“Baiklah, aku akan makan dulu,” ucapnya lalu pergi ke ruang makan, sedangkan Calvin masuk ke kamar dan sibuk dengan alat pemanas ruangan.Kenny makan sangat lambat, sengaja menunggu Calvin menyelesaikan pekerjaannya, tapi sampai makanannya habis, pria itu tak kunjung menyusul ruang m
Kenny menangis di depan gundukan tanah merah yang masih basah, dia masih tidak percaya jika nasib papanya akan berakhir tragis. Calvin masih setia berdiri di samping istrinya sambil memeluknya, menunggu Kenny mengikhlaskan kematian papanya.“Udara sudah mulai dingin, sepertinya akan turun hujan. Apakah kita bisa pulang sekarang? Ingat kesehatan dan janin yang sedang kamu kandung,” ujar Calvin lembut mengingatkan istrinya.“Apakah kamu berpikir jika papa sudah bahagia sekarang?” tanya Kenny seolah tak mendengar perkataan suaminya.“Ya, papamu sudah bahagia. Dia sudah bersama mamamu dan berharap kamu pun juga bahagia di dunia ini,” ujar Calvin.Kenny menengadahkan wajah menatap langit yang mendung. “Kamu benar, papa dan mamaku sudah bahagia di sana. Ayo kita pulang sekarang.”Dengan hati-hati, Calvin menuntun istrinya masuk ke mobil lalu membawanya pulang.Beberapa hari berlalu Kenny masih tenggelam dalam kesedihan, dia lebih banyak diam dan sangat jarang tersenyum. Hal tersebut membuat
Kenny berusaha lari sekencang-kencangnya agar tidak tertangkap papanya, namun kakinya terasa berat. Dia menoleh ke belakang untuk tahu seberapa jauh jaraknya dengan papanya, hal tersebut membuat keseimbangannya hilang, kakinya tersandung dan hampir jatuh, tubuhnya oleng ke depan dan menabrak seseorang dengan keras.Trauma tentang penculikannya di masa lalu membuatnya berusaha memberontak dari cengkeraman orang yang ditabraknya, dia tidak ingin tertangkap dan dijual lagi oleh papanya.“Kenny, ini aku,” ujar orang itu berusaha menenangkan.Mendengar suara yang tidak asing itu, indra penciuman Kenny langsung menangkap aroma yang selalu dia rindukan. Dia menegakkan wajah dan menatap pria yang memeluknya erat. Air mata yang membuat penglihatannya kabur, tidak menghalanginya untuk mengenali pria tersebut.“Calvin …” gumamnya pelan, lalu pingsan di pelukan suaminya.Fortin yang melihat tatapan membunuh Calvin, menghentikan pengejarannya dan memilih untuk kabur.Jika saja Kenny tidak sedang p
5 tahun kemudian …Musim dingin melingkupi peternakan Nelson membuat hewan-hewan tak bisa keluar dari kandang, begitu juga pemiliknya. Calvin menghabiskan waktu lebih banyak di rumah dan itu sangat merepotkan Kenny.Seperti pagi ini disaat mereka seharusnya sarapan, keduanya masih terkunci di dalam kamar. Wajah Kenny memerah penuh keringat hingga lupa jika saat ini sedang musim dingin, nafasnya memburu kasar ketika Calvin terus bergerak di atasnya.Selama beberapa minggu terakhir pria itu tak pernah bisa jauh darinya, apalagi setelah memasuki musim dingin, sikap Calvin semakin parah. Awalnya Kenny merasa senang ketika suaminya mengikutinya kemanapun dia pergi, tapi semakin lama dia merasa kesal karena akhirnya berujung seperti saat ini.“Aroma tubuhmu sangat menggoda, kamu benar-benar menjadi canduku.” Jantung Calvin berdetak cepat saat mengatakannya.Kenny terpekik ketika Calvin menaikkan tempo gerakan, miliknya terisi sangat penuh, dinding-dinding syarafnya terdesak hingga rasanya i
Kenny merenggangkan tubuh yang terasa pegal setelah melayani keinginan suaminya selama semalaman suntuk. Silau cahaya matahari yang sudah meninggi yang masuk dari jendela kamar, membuatnya harus meletakkan tangan di atas mata untuk melindunginya.Saat menoleh ke samping dia menemukan ranjang tempat Calvin berbaring telah kosong, tetapi dia tersenyum melihat buket bunga yang tergeletak di sana sebagai pengganti.Dia mengambil bunga itu lalu mencium wanginya, aromanya begitu menenangkan dan membuat hormonnya bersorak senang.“Calvin ternyata sangat romantis,” gumamnya sambil mengambil catatan kecil di buket tersebut.“Maafkan aku harus bangun lebih dulu dan tidak menunggumu. Aku tidak tega membangunkanmu karena telah membuatmu kelelahan semalam. Aku harus ke peternakan tetapi akan aku usahakan untuk menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat karena aku tidak sabar ingin bersamamu kembali. Aku mencintaimu.”Suara Kenny menggema membaca catatan kecil dari suaminya. Dia menatap nama suaminya t
Tangan Kenny yang tadinya di dada Calvin kini berpindah mencengkram bahu pria itu ketika jari hangat menelusup masuk ke dalam dirinya, menyentuh lembut dan membangunkan syaraf yang tertidur.Kenny menyandarkan kening di ceruk leher suaminya, nafasnya tersengal tercekat merasakan sensasi panas yang merambat ke sekujur tubuh. Air dingin yang mengguyur tubuhnya tak lagi terasa dingin, gairah membuatnya terbakar.“Calvin …” desahnya meminta sesuatu yang tak dimengerti.“Aku suka mendengar suaramu memanggil namaku dengan nada seperti ini,” bisik Calvin lalu menaikkan dagu istrinya dan melumat bibirnya.Kenny menyambutnya dengan penuh gairah, bibir mereka bergerak menari di bawah guyuran air. Bahkan sesekali Kenny mengecap air tersebut untuk membasahi tenggorokannya yang kering sambil mengisi oksigen ke paru-paru.Pekikkan kecil lolos dari bibir Kenny yang setengah terbuka ketika bibir Calvin merambat ke dada dan mengecap puncaknya. Jari lentiknya menelusup masuk ke sela rambut suaminya dan
“Aku bisa menjelaskan semuanya,” ujar Calvin berjalan mendekati istrinya cemas.Ceysa menahan langkah Calvin. “Izinkan aku bicara berdua dengan Kenny.”Calvin menatap istrinya ingin tahu apa yang diinginkan. Dia tidak akan membiarkan Ceysa melakukan keinginannya jika Kenny tidak bersedia. Namun melihat ekspresi Kenny yang tidak menolak, dia pun mengizinkan Ceysa mendekati istrinya.Ceysa mendekati Kenny dan berkata, “Apakah kita bisa ke taman sambil minum teh? Aku akan menjelaskan semuanya.”Dengan anggukan kecil Kenny menyetujui ajakan Ceysa, mereka pergi ke taman untuk berbicara.Setelah duduk Ceysa berbicara terlebih dahulu. “Ada yang ingin Olsen bicarakan dengan Calvin, jadi kami datang ke sini. Aku harap kamu tidak salah paham karena aku dan Calvin tidak memiliki hubungan spesial, hubungan kami hanya sebatas sahabat.”“Aku tahu, Calvin sudah menjelaskan semuanya padaku, tetapi tetap saja kamu membuatku tidak nyaman saat berdekatan dengan suamiku. Aku masih butuh waktu untuk berad
Perkataan Calvin bukan hanya sebatas ancaman, siksaan itu dimulai ketika sesuatu merayap menyentuh tempat berharga dimana harta karun Kenny tersembunyi. Mata sayu Kenny menatap manik mata Calvin yang berbaring miring di sebelahnya.Desahan kecil terus lolos dari bibir Kenny tanpa bisa ditahan, ketika jari suaminya menelusup masuk menyentuh dinding sensitifnya. Tubuhnya menggeliat seirama dengan gerakan tangan Calvin yang menari di dalamnya.Goncangan, gesekan dan hentakan menjadi perpaduan yang sempurna yang mampu membawa Kenny ke puncak yang dirindukan. Tidak ada pria manapun yang bisa menyentuhnya seperti Calvin menyentuhnya saat ini karena dirinya hanya milik pria itu.Denyutan muncul, ketika dirinya tak mampu lagi membendung ledakan gairah. Tangannya mencengkeram bahu Calvin menyambut ledakan tersebut, tubuhnya melengkung indah diakhiri dengan teriakan siksa nikmat ketika gelombang itu datang.Tubuh Kenny terkulai lemas dengan nafas tersengal, pemandangan tersebut memberi fantasi
“Ada hal yang selama ini belum aku ceritakan padamu yang mungkin akan membuatmu berpikir ulang tentang pernikahan kita,” ujar Kenny memulai pembicaraan.“Aku rasa hal tersebut sangat membebanimu sehingga kamu berpikiran seperti itu. Katakan tentang hal yang membuatmu harus berpikir lama sebelum memberitahukannya padaku!” pinta Calvin.Kenny meremas jari tangan, tanda jika dirinya cemas dan gugup. Melihat hal itu, Calvin menggenggam tangan itu untuk memberi kekuatan dan dukungan.Dengan berkaca-kaca, Kenny menatap mata Calvin dan berkata, “Selama aku terapi di rumah sakit, aku memeriksakan kandungan karena mamamu berharap banyak padaku. Dokter menyatakan jika aku akan sulit untuk hamil karena bermasalah dengan rahim dan gangguan hormon.”Untuk sesaat Calvin membeku mendengarnya, membuat Kenny yakin jika pria itu tidak akan menerimanya. Air matanya menetes keluar dan semakin deras, membuatnya menangis terisak.Calvin memeluk dan mengusap punggungnya, berusaha menenangkan. “Kenapa selama
“Kamu mengingat semuanya?” Kenny kembali memastikan.“Ya, terutama tentang kecemburuanmu terhadap Ceysa,” ungkit Calvin.“Harus aku bilang berapa kali, aku tidak cemburu,” kilah Kenny sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya tetapi rengkuhan Calvin semakin erat sehingga usahanya sia-sia saja.“Jika terus bergerak di atas tubuhku seperti ini, kamu tahu siapa yang sedang kamu bangunkan.” Peringatan dari Calvin membuat Kenny seketika membeku, bahkan kini dia bisa merasakan sesuatu mendesak bagian bawah tubuhnya.Melihat ekspresi menggemaskan istrinya, Calvin tersenyum lalu mengecup singkat bibir Kenny.“Lepaskan aku, Calvin! Ada banyak pekerjaan yang harus aku lakukan,” Kenny membuat alasan.“Sekarang aku tahu bagaimana seorang pria harus berjuang demi cintanya,” ucap Calvin membuat mata Kenny menatap penuh arti.“Cinta …?” gumam Kenny sangat pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Calvin.“Aku hidup dalam tatanan sopan santun yang kental, menghargai hak setiap orang dan tid