"Apa kamu senang sekarang El karena telah menghancurkan pernikahan yang telah Henry impikan selama ini? Juga kesempatan besar untukmu menikahi Victorino?" tanya Lord Foxmoore, daddynya.
"Ya, aku senang, Dad. Aku justru akan merasa bersalah jika membiarkan begitu saja Henry menikah dengan wanita yang sama sekali tidak mencintainya!" jawab Elena dengan penuh keyakinan, untuk memancing kemarahan daddynya, Elena kembali menambahkan, "Dan mengenai Rino, kami hanya berpura-pura menjalin hubungan demi bisa mencari kesempatan untuk membongkar semua kejahatanmu, Dad. Aku hanya tidak menyangka kalau aku ternyata anak harammu dengan selingkuhanmu!"
Sontak saja hal itu membuat amarah Lord Foxmoore semakin naik, diluar dugaan pria itu melayangkan tamparan kerasnya ke pipi Elena,
"Dad!"
"Honey!" pekik Henry dan Lady Foxmoore secara bersamaan.
Dengan raut wajah yang terluka, sambil memegang pipinya yang memerah, Elena setengah berlari meninggalkan mereka. Ia telah lelah dengan semuanya, dengan keluarganya. Selama ini ia hanya diam saja saat menjadi boneka cantik keluarganya, saat orangtuanya memamerkannya ke sana dan ke sini demi bisa menarik investor untuk perusahaannya.
Tapi saat mengetahui kalau ia adalah anak haram, anak yang dihasilkan dari perselingkuhan daddynya, ia tidak sabar ingin meninggalkan keluarga itu. Namun ia akan membuat hari terakhirnya di keluarga itu akan meninggalkan kesan yang mendalam untuk keluarganya, bukan kesan yang baik, tapi kesan yang akan memastikan ia terusir dari keluarganya itu.
Jadi, Elena segera bergegas ke halaman belakang, dimana para bangsawan, rekan bisnis keluarganya, juga tamu elite lainnya sedang menikmati udara bebas, ia akan memilih secara random seorang pria untuk memuluskan rencananya itu.
Karena jika hanya meminta pindah dari rumah itu sudah bisa dipastikan baik kedua orangtuanya maupun Henry akan mencegahnya. Tapi tidak jika ia menyebabkan skandal besar yang akan semakin mencoreng nama baik keluarganya itu. Setidaknya itulah balasan yang akan Elena berikan pada keluarga yang telah menyembunyikan identitas aslinya itu.
Hingga matanya tertuju pada seorang pria yang sedang berdiri seorang diri di samping kolam kecil tempat Elena dan Henry sering bermain di masa kecil mereka. Pria yang sepertinya sedang berbincang dengan seseorang melalui ponsel pribadinya.
Setelah menghela napas panjang dan menguatkan tekadnya, Elena melangkah mantap ke arah pria itu. Profile wajahnya tidak terlihat jelas karena tempat pria itu berdiri sangat minim penerangan. Hanya postur tubuhnya yang tinggi dan tegap itu saja yang terlihat.
Kembali menguatkan dirinya, Elena menepuk pelan pundak pria itu hingga berbalik ke arahnya. Lama mereka saling menatap karena Elena masih harus menguatkan dirinya untuk melakukan hal gila itu.
"Apa aku mengenalmu, Manisku?" tanya pria itu dengan suara lembut dan senyuman menggodanya. Bahkan meski sudah sedekat itu, wajahnya masih tetap tidak terlihat jelas, seharusnya begitu juga dengan wajah Elena, pria itu pastinya tidak akan bisa mengenalinya.
Jadi, alih-alih menjawab, Elena melingkarkan lengannya di leher pria itu sebelum mendaratkan ciuman pertamanya di bibir pria itu yang awalnya hanya diam terpaku, sebelum akhirnya membalas ciuman Elena dengan rakus.
"El, Apa kamu teringat dengan keluargamu?" tepukan lembut Liam dibahunya menyadarkan Elena dari lamunannya.
Namun alih-alih menjawab pertanyaan Liam, isakan Elena malah semakin keras hingga terdengar memilukan. Ia bukan hanya teringat pada keluarganya, tapi juga sangat merindukannya. Elena sangat menyesali keputusan impulsifnya saat memancing kemarahan orangtuanya agar mereka mengusirnya. Tapi setelah mereka mengusirnya, alih-alih merasa tenang dan senang, Elena malah dihantui perasaan bersalahnya.
Inikah balasannya kepada keluarga yang selama ini telah memberikan kenyamanan untuknya? Yang memberikan rumah untuk berteduh dengan segala kemewahan yang menyertainya.
Hanya karena merasa bosan terus dipamerkan orangtuanya kepada hampir seluruh rekan bisnisnya, juga sebagai bentuk protesnya atas niat menghalalkan berbagai macam cara orangtuanya demi bisa menikahkannya dengan Don Victorino, Elena membuat skandal itu. Skandal yang sangat memalukan untuk keluarganya, karena skandal itu telah sampai ke telinga Sang Ratu. Entah akan semarah apa Sang Ratu padanya atas skandal memalukan itu?
Selama ini Elena menjadi salah satu Lady kesayangan Sang Ratu, hingga tidak sedikit pria lajang yang sangat ingin meminangnya. Namun orangtuanya hanya ingin membidik status yang lebih tinggi dari keluarganya, kalau bukan seorang pangeran berarti minimal harus seorang Duke atau Duque, dan Victorino lah target yang tepat untuk mereka. Seorang pria lajang yang tidak hanya memiliki kedudukan sosial yang tinggi, tapi juga harta kekayaan yang melimpah, siapa yang tidak akan gelap mata karenanya.
Elena menghapus airmatanya saat merasakan Liam duduk di sebelahnya, lengan pria itu mengusap lembut punggungnya seolah ingin menenangkannya, "Apa kamu mau aku mengantarmu ke keluargamu sekaligus kamu bisa mengenalkanku sebagai suamimu kepada mereka?" tanyanya.
Dan akan menambah lagi skandal yang akan Elena torehkan pada keluarganya itu? Tentu saja Elena tidak akan melakukan itu. Cukup satu kali saja ia mengecewakan keluarganya dan juga Sang Ratu, ia tidak akan mau menambah daftar kesalahannya lagi.
Jadi setelah menghela napas dalam-dalam, Elena pun memutuskan untuk tidak akan menarik keluarganya ke dalam masalah ini. Ia akan menghadapinya seorang diri, karena bagaimanapun juga, ia lah yang telah dengan ceroboh membiarkan seorang pria asing menikahinya, hanya karena pria itu terlihat begitu menawan.
"Tidak, aku ... Aku tidak memiliki keluarga ... " jawab Elena,
'Di sini ... ' lanjutnya dalam hati dengan lirih, dengan rasa sakit di hatinya pada tiap oatah kata yang ia ucapkan. Ia tidak sedang berbohong kan? Karena ia telah terusir dari keluargnya, bahkan daddynya dengan tegas mengatakan kalau mulai saat itu tidak ada hubungan lagi di antara mereka.
Teringat pada kenangan terakhirnya pada keluarganya itu membuat Elena kembali terisak sedih, dan Liam menyalah artikan kesedihan Elena sebagai kesedihan seorang wanita yang hidup sebatang kara. Dengan lembut Liam menarik Elena ke dalam pelukannya, hingga Elena yang semula tengah berjongkok menjadi terduduk di sebelahnya. Gulungan ombak seketika itu membuat celana pendeknya basah dan ia mengabaikannya.
Entah kenapa ia merasa nyaman berada di dalam pelukan Liam, rasanya seolah ia telah berada di tangan yang tepat.
Entah kenapa ia merasa nyaman berada di dalam pelukan Liam, rasanya seolah ia telah berada di tangan yang tepat. Ucapan Liam selanjutnya semakin membuat Elena mempercayakan hidupnya pada suaminya itu,"Mulai sekarang kamu tidak perlu bersedih lagi, Wifey. Karena sekarang kamu telah memiliki aku, dan aku akan selalu melindungimu sebagai seorang suami sekaligus seorang ayah untukmu," bisik Liam. Meski terdengar pelan, namun jelas terdengar ketegasan di dalam suaranya.Hati Elena terasa teduh dan terharu saat mendengarnya, tiap patah kata yang LIam ucapkan barusan seperti siraman air di hatinya yang terasa gersang, dan ia akan mengingat betul janji pertama yang Liam ucapkan untuknya itu, "Terima kasih ... " ucap Elena lirih. Ia menahan dirinya untuk tidak mengalirkan airmatanya lagi."Itu sudah menjadi kewajibanku sebagai suamimu, My Wifey. Dan karena kita sama-sama telah sepakat untuk terus melanjutkan pernikahan dadakan kita, maka kamu pun akan memiliki keluarga lagi, Mommy, Daddy dan
Malam harinya, Liam kembali mengajak Elena ke Kafe tempat mereka bertemu. Namun kali ini mereka tidak datang sendiri, tapi datang bersama sebagai pasangan pengantin baru. Dan tanpa Elena sangka, ternyata Liam membuat pesta kecil di Kafe itu, untuk merayakan pernikahan kilatnya dengan Elena, sekaligus memproklamirkan kepada penduduk lokal juga pelayan Kafe kalau saat ini ia tidak lagi single."Astaga, ini tidak perlu, Liam," desah Elena. Ia merasa malu karena malam itu telah menjadi pusat perhatian pengunjung lainnya.Apalagi dengan tatapan menyelidik Fynn yang terus terarah padanya, pria itu pasti menunggu penjelasan darinya, namun dengan adanya Liam, mereka tidak dapat berbincang lama tanpa membongkar identitas Elena pada pria itu.Ya, mereka sedang duduk di bar, tepat di depan Finn yang sesekali sibuk meracik minuman pengunjung lainnya."Perlu. Mereka harus mengetahui istri dari pemilik Kafe ini," kekeh Liam."Jadi, Kafe ini milik kamu?""Ya, sekarang kamu pun secara resmi menjadi p
“Aku tidak sedang cemburu, Wifey. Aku hanya tidak ingin siapapun menyentuh apa yang sudah menjadi milikku. Sekarang jawab pertanyaanku, apa hubunganmu dengan Fynn? Ada hubungan apa di antara kalian?”"Dan itu sebutannya apa yang lebih tepat kalau bukan cemburu?"Apa Liam akan mengelak lagi? Atau itu hanyalah khayalan Elena saja? Liam cemburu padanya? Suatu hal yang paling mustahil terjadi."Mengamankan apa yang sudah menjadi milikku."See? Ternyata memang Elena saja yang terlalu banyak menduga-duga. Lagipula dengan wajah dan tubuh seindah itu, mana mungkin Liam tertarik padanya, di saat pastinya banyak wanita yang bersaing memperebutkan perhatiannya."Oh ya ya ... Mengelaklah sesukamu, Liam. Lagipula tadi aku hanya becanda saja, bagaimana pria sepertimu yang aku yakin sekali tidak akan pernah kekurangan wanita cantik bisa cemburu padaku yang tak terlihat ini."Gerakan dansa Liam terhenti dan Elena nyaris tersandung kaki pria itu,"Kamu bukan hantu, Wifey.""Yang bilang aku hantu siapa
"Kita akan bercinta di sana, karena aku sudah tidak dapat menahannya lagi.""Astaga Liam, bagaimana kalau ada yang melihat?""Sebaiknya kamu lihat ke sekelilingmu, apa yang sedang mereka lakukan?"Dan Elena pun terdiam. Karena beberapa pasangan lainnya tengah memadu kasih di tempat yang mereka rasa cukup aman. Yang pastinya akan menjadi sebuah skandal yang sangat memalukan jika Elena yang melakukannya."Tidak, aku tidak mau di sini! Lebih baik kita kembali ke Villa saja," pintanya dengan panik."Tidak akan ada yang mengganggu kita, Wifey." bujuk Liam yang tidak paham sama sekali apa yang sedang menjadi dilema untuk Elena.Elena menghentak kasar tangannya hingga terlepas dari genggaman tangan Liam, bersamaan dengan langkah kakinya yang terhenti, "Aku tidak mau! Melakukan hubungan itu di tempat umum seperti ini, di mana siapapun dapat melihat kita? Aku tidak dapat melakukannya, Liam!"Bahkan saat tengah luar biasa marah atas ide gila Liam itu, suara Elena masih terdengar sangat lembut
Sebenarnya ia tidak sedang mengelak, karena malam itu ia memang sedikit mabuk, dan setengah akal sehatnya sudah pasti akan terlelap, dan setengahnya lagi tidak bekerja dengan baik.Ya, pasti karena itu."Kalau tahu akan seperti ini, seharusnya aku membiarkan kamu setengah mabuk sebelum kita melakukan perjalanan panjang ini.""Jadi, kita non stop ke Miami?""Kenapa pertanyaanmu itu terdengar seperti sebuah keluhan? Kamu tidak kuat melalui perjalanan panjang selama delapan jam?" tanya Liam."Sejujurnya ya. Umm, bisakah kita berhenti di suatu tempat, aku butuh merenggangkan kakiku agar tidak bengkak," pinta Elena."Sudah pasti kita akan berhenti nantinya, Wifey. Kita akan bermalam di salah satu hotel nanti."Saat itu Elena pun bernapas dengan lega. Ia selalu merasa tidak nyaman jika hanya berdiam di satu tempat saja dalam waktu yang lama."Syukurlah. Tapi kenapa harus bermalam? Istirahat satu atau dua jam saja sudah cukup kok untukku.""Aku ingin kita sampai di rumahku tepat sebelum maka
Miami, salah satu kota yang menawarkan penduduknya limpahan sinar matahari. Kota yang kaya akan budaya, bisnis yang berkembang pesat, makanan kelas dunia, dan lebih banyak lagi pesona yang kota ini tawarkan, termasuk juga pantai indahnya, serta kehidupan malamnya yang semarak.Rumah keluarga Liam sendiri terletak di barat daya downtown Miami, Coral Gobles. Salah satu kota tertua di South Florida. Rumah yang terlihat begitu mewah dan Artsy. Jelas sekali Arsitek dan Interior Decorator rumah itu begitu menguasai arsitektur yang berseni tinggi. Rumah dengan desain Mid-Century Modern itu menggunakan material beton, kayu eboni, dan kaca di hampir di seluruh bagian rumah. Sehingga terkesan modern, maskulin dan sophisticated.“Sudah siap bertemu dengan keluargaku?” tanya Liam sebelum menggandeng lengan Elena yang tengah mengagumi rumah mewahnya itu.Elena membetulkan letak kacamatanya sebelum mendesah pelan dan menjawab, “Siap tidak siap, aku harus siap.”Liam pun tergelak,. “Astaga, aku sep
Selesai membersihkan dirinya, Elena tidak menemukan Liam di balkon, tempat terakhir Liam terlihat. Bahkan di ruang santai kamar mereka pun suaminya itu tak terlihat juga.Mengira Liam telah lebih dulu turun untuk makan, Elena pun keluar dari kamarnya menuju dapur, aroma makanan seketika menyeruak masuk ke dalam lubang hidung Elena, membuat perutnya terasa bergolak bersamaan dengan rasa lapar yang tiba-tiba saja ia rasakan."Kenapa kamu menikah dengan wanita asing? Wanita yang bahkan asal-usulnya kamu sendiri pun tidak mengetahuinya! kenapa kamu bisa seceroboh itu, Liam? Bagaimana kalau ternyata wanita seorang buronan? Seorang penjahat? Atau bagaimana kalau dia seorang pelacur? Astaga Liam, apa kamu sudah kehilangan akal sehatmu?"Terdengar cecaran pertanyaan seorang wanita yang membuat langkah kaki Elena terhenti. Mungkinkah wanita itu adalah mommynya Liam?Buronan? Penjahat? Pelacur? Ya Tuhan ... Elena sungguh tidak menyangka keluarga Liam mengira ia serendah itu."Siapa dirinya, dan
"Wanita itu bukanlah seorang wanita penghibur. Karena aku yang pertama dengannya! Jangan bilang aku bodoh karena tidak bisa membedakan mana wanita yang masih suci dan mana yang tidak!""Apa kamu yakin?" Tetap saja mommy Yvette meragukannya."Aku bukan anak kecil lagi Mom yang tidak bisa membedakan wanita yang masih virgin dan yang sudah tidak virgin lagi. Apa selama ini Mommy tidak pernah mendengar reputasiku sejauh menyangkut wanita?""Tentu saja Mommy pernah mendengarnya. Reputasi sialan yang membuat Mielda ragu untuk melanjutkan hubungan kalian ke jenjang yang lebih serius lagi!""Apa Mommy yakin reputasi itu yang membuat Mielda pergi dariku?" Elena dapat menangkap nada sinis di dalam pertanyaan Liam pada mommynya itu."Ya, memangnya alasan apa lagi? Kamu tidak hanya tampan, tapi juga salah satu billionaire paling berpengaruh di negara ini. Wanita mana yang tidak akan tergoda padamu, Liam? Tapi Mielda sepertinya berbeda dengan para wanita yang mengejarmu itu, atau barisan mantan ke