Share

Scootharts

Author: Mii Natha
last update Last Updated: 2022-02-02 11:07:47

"Usiaku sudah 19 tahun. Bagaimana bisa aku masuk ke sekolah? Sudah terlalu tua untukku, bukan?" Bisik Gale cemberut. Dia berdiri dengan kesusahan karena beban di tangannya.

Di depannya adalah gerbang besi raksasa saat Gale menyadari suatu hal yang ia lupakan. Caesar turun dari kereta kuda diikuti dirinya dengan bawaan penuh di tangan kanan kirinya. Kusir yang mengendarai kereta memastikan penumpangnya sudah turun dan segera pergi. Dia menarik tali kekangnya dan segera, kuda yang menjadi penariknya berlari cepat, mengeluarkan suara ketukan tak berirama. Kereta kuda itu semakin menjauh dan menghilang di antara pepohonan lebat.

Jika sebelumnya Gale berpikir sekolah sihir, Scootharts akan berada di kota besar, pemikirannya meleset jauh. kenyataannya, Scootharts yang dimaksud berada di tengah hutan, dikelilingi oleh pohon-pohon rimbun. Tidak ada yang lain selain hijau dan hitamnya kegelapan. Akan jauh lebih baik jika berada di pinggiran kota. Setidaknya bukan hanya kesunyian yang melingkupi sekitarnya.

"Tidak masalah. Scootharts tidak memandang umur. Selagi Kau ingin belajar, mereka akan menerimamu. Juga, yang menentukan kelulusanmu adalah kemampuan. Jadi, jika tidak berhasil melaluinya, bersiaplah tinggal di sini selamanya," jawab Caesar ringan. Tidak menyadari kecemasan Gale karena kalimat terakhirnya, dia bergerak ke arah gerbang raksasa.

Dalam pemikiran Gale, selama dia tidak bisa lulus dari Scootharts, dia juga tidak akan bisa kembali ke dunianya. Semakin dia memikirkannya, kulit kepalanya menjadi mati rasa dipenuhi kemungkinan-kemungkinan buruk.

Gerbang besi raksasa itu terbuka dengan sendirinya. Suara deritan tajam terdengar menyakiti telinga. Begitu terbuka lebar, memperlihatkan bagian dalamnya yang sunyi. Ditambah dengan hiasan air mancur berbentuk makhluk bertelinga panjang dengan mata besar melirik ke arah gerbang, membuat siapa pun merasa diintimidasi. Daripada disebut sekolah, suasananya lebih terasa seperti rumah hantu.

Caesar tampak tidak terpengaruh oleh suasananya, seolah sudah terbiasa. Dia dengan santai melanjutkan langkahnya tanpa menoleh. Gale yang ditinggalkan, mencoba mengikuti dengan langkah susah payah. Bawaan di kedua tangannya memberatkan dirinya.

Satu langkah Gale melewati gerbang, ia dihentikan oleh suara lengkingan dari atas kepalanya. Tanpa perlu mendongak, si pembuat lengkingan menampakkan dirinya. Itu adalah patung burung elang yang sebelumnya bertengger di atas gerbang.

Elang itu menghalangi langkah Gale, mengamati dengan mata tajamnya. Sayap kakunya bergerak perlahan, tampak akan hancur kapan saja. Warna merah bersinar dari matanya dan menyorot Gale dari atas ke bawah seperti laser.

"Identitas dikonfirmasi," suara datar dan serak mengejutkan Gale datang dari burung elang yang ada di depannya. Kemudian berbalik kembali ke tempat sebelumnya bertengger dan diam tak bergerak, menjadi patung.

Gale menggelengkan kepalanya bingung dan melanjutkan langkahnya, menyusul Caesar yang sudah jauh di depan. Gerbang raksasa di belakangnya tertutup dengan keras, membuatnya sedikit berjingkat kaget. Begitu berhasil menyusul, Gale membuka mulutnya, bertanya, "apakah ini benar-benar Scootharts? Mengapa sangat sepi?"

Caesar bersenandung tanpa arti. Jelas tidak berniat untuk memuaskan rasa penasaran pria di belakangnya. Dua pasang tungkai panjang itu masih bergerak melewati jalan berlumut. Di kanan kiri adalah bangunan rusak yang memberikan kesan 'kerusakan setelah pertempuran'.

Mereka terus bergerak mencapai bangunan yang memiliki gaya mirip dengan lainnya. Itu akan menjadi bangunan besar dan mewah jika saja tidak hancur di sana sini. Memasuki bagian dalamnya, perasaan akrab menyelimuti tubuh Gale. Perasaan yang sama ketika ia dibawa ke dunia ini.

Matannya membelalak penuh ketidakpercayaan. Begitu dia berada di dalam, pemandangan di sekitar berubah. Yang tadinya ia kira akan penuh dengan pecahan batuan, sekarang adalah tanah luas beralaskan ubin putih gading. Air mancur dengan patung seorang wanita cantik memegang kendi berada di tengah-tengahnya. Serta makhluk-makhluk berbeda jenis darinya berkeliaran, menunjukkan lingkungan kehidupan yang sebenarnya.

Mulut Gale terbuka lebar. Di atasnya dua sosok makhluk terbang. Yang dikejar bergerak dengan kecepatan penuh hingga meninggalkan embusan angin, sedangkan yang mengejar berteriak, "berhenti di sana". Setelah itu kilatan biru seperti petir muncul, mengejar sosok paling depan yang menjerit ketakutan.

Kedua makhluk itu terbang mengeliling sebuah kastel besar di ujung. Kastel yang sangat mewah, tampak seperti milik kerajaan dan bukan bangunan sekolah. Kristal-kristal halus menghiasi dindingnya dengan penuh warna. Atapnya membentuk kerucut dengan simbol hexagram pada ujung kerucutnya. Gale terus menatap dengan mulut terbuka lebar. Mereka bergerak melewati jembatan putih bersih yang menghubungkan ke pintu masuk kastel.

"Selamat datang."

Suara halus yang menghantarkan kelembutan datang dari arah depan. Gale menarik pandangannya dan mendapati seorang wanita berambut biru tersenyum ke arahnya.

"Kejayaan selalu bagi Federlin." Caesar yang tidak pernah terlihat begitu sopan, memberikan salam yang terdengar asing di telinga Gale. Dia melepaskan topinya dan meletakkan di dadanya. tubuh tegapnya sedikit membungkuk. Rambut merah terangnya berkibar tertiup angin sebelum kembali tertutupi dengan topi cowboy hitam.

"Kejayaan selalu bagi Federlin," balas wanita berambut biru itu dengan salam dan gerakan yang sama. Dia kemudian menegakkan tubuhnya dan berbincang singkat dengan Caesar, "Akhirnya Kau kembali ke sini, Caesar. Kau semakin tampan setelah bepergian." Wanita itu mengedipkan matanya genit pada Caesar, yang melotot jijik, sebelum beralih pada Gale.

"Oh, Kau pasti Ervent yang dimaksud Yang Mulia Lui." Anggukan samar diberikan Gale. Ini pertama kalinya dia mendengar sebutan yang mulia yang ditujukan pada Lui.

"Perkenalkan, aku Charlie Fradleniz. Kepala sekolah Scootharts." Dia memberi seringai kecil sebelum melanjutkan, "aku biasanya tidak akan repot-repot menyambut para murid baru. Tapi karena kau spesial, aku datang secara khusus untukmu."

Gale berpura-pura tidak mendengar kalimat terakhirnya yang memiliki makna tersendiri. Diam-diam ia bergerak sedikit menjauh, namun tetap mengikuti di belakang Charlie, yang memberi isyarat untuk mengikuti.

Mereka bertiga baru memasuki kastel saat suara lain memanggil salah seorang di antara mereka, "Hei, Caesar."

Sang pemilik nama serta dua lainnya menoleh, menanggapi panggilan. Pria berwajah lembut yang memanggil Caesar melambaikan tangannya, meminta Caesar untuk datang. Pria itu sedikit tersenyum dan mengangguk pada Gale saat pandangan mereka bertemu.

"Kau pergi dulu. Aku akan segera menyusul," Caesar berkata pada Gale sebelum beralih pada wanita berambut biru dengan delikan tajam, "Jangan lakukan sesuatu yang aneh."

Charlie tidak membalas kata-katanya dan hanya memberikan "hoho" mencurigakan. Caesar berpura-pura tidak mendengar dan berlalu menghampiri pria berwajah lembut yang memanggilnya.

"Sekarang hanya ada kita berdua. Ayo kita lanjutkan." Saat Gale mengamati kepergian Caesar dengan raut enggan, Charlie berseru gembira. Tanpa peringatan Charlie meraih tangan pemuda di sebelahnya dan menariknya. Gale sedikit tersentak dan mencoba menarik tangannya kembali namun tidak berhasil. Tangan yang mencengkeramnya erat terlihat ramping. Sayangnya tenaga yang diberikan melebihi ekspetasi Gale. Jika dia terus memberontak, bisa dipastikan tulangnya akan patah. Jadi, pilihan terakhir yang diambil Gale adalah mengikuti wanita berambut biru ini dengan pasrah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Secret of Federlin   Tertangkap

    ''Tangkap pria berjubah biru dan rubah itu!'' Gale tidak tahu bagaimana ia bisa terjebak di situasi ini. Awalnya, saat mendengar seruan dari pria berjubah hitam, ia berniat melarikan diri. Namun, mendengar rengekan kecil dari rubah berekor delapan itu, membuat Gale tak tega meninggalkannya. Dan sepertinya, makhluk itu mengerti jika Gale berniat menolongnya. Terbukti saat Gale mengangkat tubuhnya. Ia diam saja dan tidak menyerang seperti sebelumnya. Setelah bermenit-menit berlari menaiki tangga serta orang-orang berjubah hitam yang mengejar di belakangnya, Gale mulai menyesali keputusannya. ''Sial, kenapa juga aku ikut campur dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya denganku. Dan juga, kenapa tangga ini rasanya semakin panjang?'' Gale menghentikan langkahnya, terengah-engah dan merasa kelelahan. Ternyata rubah yang kelihatannya kecil, bisa menjadi beban yang sangat berat. Derap kaki terdengar semakin dekat dari mereka. ''Hei!'' Gale menggoyangkan rubah yang bersembunyi di balik j

  • Secret of Federlin   Rubah Putih

    ''Butterfly's Eye terjual kepada ruangan VVIP nomor 7.''Ruangan VVIP nomor 7 adalah tempat dimana Gale dan lainnya berada. Tak perlu dijelaskan siapa yang menawarkan harga tinggi untuk mendapatkan benda itu. ''Dasar gila! Untuk apa Kau membeli barang tak jelas semahal itu,'' umpat Caesar saat mendengarkan harga yang ditawarkan Fallona untuk mendapatkan Butterfly's Eye.Fallona mengibaskan rambutnya, tak sedikit pun tersinggung karena umpatan Caesar. ''Diamlah! Kau saja yang tidak tahu kegunaannya. Lagipula uangku sangat cukup untuk membeli lima benda itu.''Tak lama, pelelangan berakhir setelah MC memberikan kata penutup. Gale menyandarkan tubuhnya pada bantalan sofa dan menghela napas puas. Dia menatap Fallona yang kembali setelah mengurus pengiriman barang beliannya.''Omong-omong benda apa yang Kau beli itu?''''Kau penasaran?'' Fallona menjawab dengan nada main-main. Setiap kali Gale bertanya, wanita itu tidak bisa untuk tidak menggoda Gale terlebih dahulu.''Namanya Butterfly's

  • Secret of Federlin   Pelelangan

    Pusat kota adalah tempat terbuka yang penuh keajaiban. Begitu Gale turun dari kereta, dia disambut dengan sorakan-sorakan yang datang entah darimana. Merpati-merpati putih terbang di langit biru dengan memancarkan cahaya keemasan di ujung ekornya.''Sepertinya akan ada suatu pertunjukan,'' sahut Fallona saat melihat merpati terbang di atas kepalanya. Tangannya terangkat, menjangkau merpati putih itu. Hebatnya, merpati itu menurut dan bertengger tenang di bahunya.''Pertunjukan?''''Ya. Burung merpati ini sebagai pengingat jika sebuah pertunjukan akan berlangsung di sini.''Gale mengangguk, tanda mengerti. 'Mungkin aku bisa menontonnya nanti.'''Bagaimana kalau kita ke tempat pelelangan alat-alat sihir? Ada sesuatu yang ingin kudapatkan,'' kata Fallona sembari melepaskan merpati putih yang bertengger di bahunya. Gale memberikan suara persetujuan, sedangkan Caesar memutar matanya malas. Mereka bertiga melewati kerumunan, yang mana menyebabkan Gale hampir terseret. Untungnya, Caesar seg

  • Secret of Federlin   Lama Tidak Bertemu

    Kereta tiba-tiba berhenti selama tiga menit sebelum kembali bergerak. Sepertinya itu adalah pengecekan yang disebutkan oleh Fallona. Gale melihat keluar jendela dan menemukan jika kereta memasuki lingkungan yang tampak familiar di ingatannya. Dia sudah pernah kesini sebelumnya. Tepatnya sehari setelah ia datang ke Federlin.Tidak ada yang berubah dari tempat ini. Masih sama indahnya seperti sebelumnya. Pohon-pohon biru yang akrab masih berdiri tegak di sepanjang jalan yang dilalui. Ini adalah kali kedua Gale datang kemari, namun tetap saja ia takjub melihat keunikan warna dari daun-daun pepohonan itu.Manusia-manusia kerdil yang berjalan sambil membawa kayu di punggung, menghentikan langkah saat kereta kuda melewati mereka. Kepala-kepala kecil itu, satu persatu menoleh ke belakang menatapi kepergian kereta itu.Sangat jarang untuk melihat kereta kerajaan masuk ke desa ini. Hal ini membuat mereka saling memandang satu sama lain dengan raut penasaran di wajah berkerut mereka. Ada rasa a

  • Secret of Federlin   Sekarang Kau Mengerti, kan?

    Gale ragu-ragu menatap Caesar, sebelum matanya beralih ke Fallona. Dia dengan hati-hati membuka mulut dan mengeluarkan suara kebingungan, ''emm, itu.....''Fallona berdecak sebal, mengerti pertanyaan tersirat Gale. Jari telunjuknya yang ramping dan lentik menunjuk ke arah Caesar. ''Jangan terus-terusan menatapnya! Aku tidak tahu darimana asalnya pria ini, yang tiba-tiba datang dan ingin menggangu rencana kencan kita berdua. Sialan!''''Ke- kencan?'' wajah Gale sontak memerah mendengar kata kencan yang meluncur halus dari mulut Fallona tanpa hambatan. Di sampingnya, Caesar memberikan senyum mengejek. ''Kau sebaiknya bangun dari mimpimu terlebih dahulu. Oh, tidak, tidak. Kau benar. Aku memang berniat merusak 'rencana kencan' yang Kau sebutkan itu. Bukankah sudah kewajibanku menjauhkan seorang anak yang tidak tahu apa-apa dari pengaruh buruk?''Suara gertakan gigi yang jelas terdengar. Hanya mendegar suaranya saja, membuat Gale membayangkan gigi-gigi itu akan rontok di detik selanjutnya

  • Secret of Federlin   Rencana untuk Besok

    ''Omong-omong, apa yang terjadi dengan Sydney? Aku belum melihatnya selama beberapa hari,'' tanya Gale penasaran dengan keberadaan Sydeny yang tidak muncul di hadapannya selama beberapa hari terakhir ini.Bukan berarti dia senang jika bertemu dengan wanita gila itu. Hanya saja ia heran, mengingat kelakuan wanita itu yang entah mengapa sangat terobsesi untuk melukai Gale tidak menampakkan batang hidungnya sedikit pun.Fallona yang mendengar pertanyaan Gale menyesap teh terlebih dahulu sebelum menanggapi pertanyaan Gale. Dia menopang dagunya dengan gumaman pelan, seolah berpikir. Namun, tentu saja Gale tahu jika wanita itu hanya berpura-pura.Mengetahui rencananya gagal, Fallona hanya tertawa singkat sebelum memutuskan untuk benar-benar menjawab pertanyaan Gale, ''sebenarnya aku juga tidak terlalu tahu. Tapi kudengar dia dikeluarkan dari Scootharts, lagi.''Dengan penasaran Gale menatap Fallona saat mendengar penekanan pada kata terkahirnya. ''Lagi?''''Oh, Kau tidak tahu? Benar juga, K

  • Secret of Federlin   Tongkat Sihir

    Pagi hari berikutnya datang setelah hari melelahkan berakhir. Aktivitas pagi hari tetap berjalan seperti biasa, tidak terpengaruh oleh suasana pertandingan hari kemarin. Begitu juga dengan kelas pembelajaran serta kewajiban yang harus dilaksanakan.Mengingat tentang kelas, ini adalah hari pertama Gale di kelas barunya. Dia tidak bisa menahan perasaan gugup, apalagi mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Sambil menghembuskan napas, ia berpikir untuk menenangkan dirinya, setidaknya masih ada Jean.Namun, harapannya seketika harus dipatahkan oleh kenyataan di hadapannya. Gale memasuki ruang kelas barunya, memilih bangku di paling ujung belakang dan mengamati sekeliling, berusaha menemukan sosok kecil yang dikenalnya. Setelah beberapa saat kepalanya menoleh ke kanan kiri, dia tetap tidak bisa menemukan Jean.Beberapa sosok yang familiar memang tertangkap matanya, entah dari kelas sebelumnya ataupun yang menjadi anggota timnya saat pertarungan kemarin. Berbeda dengan saat ia pertama kali t

  • Secret of Federlin   Keputusan Terakhir

    Di sisi lain bangunan, di sebuah ruangan luas dengan sinar matahari mengintip dari celah tirai, dua sosok terlihat saling berhadapan, terlibat dalam percakapan serius. Salah satu duduk di kursi dengan menyilangkan kakinya, sedangkan yang lain berdiri tegak. Udara tegang mengisi ruang kosong di antara mereka, meskipun keberadaannya lebih didominasi oleh sosok yang berdiri diam. Charlie menyanggah dagunya saat ia tersenyum menenangkan. Tidak ada keseriusan di wajahnya seperti yang dimiliki oleh sosok di seberangnya, seolah ia hanya akan membicarakan tentang ramalan cuaca sembari menikmati teh lavendernya. ''Jangan terlalu tegang seperti itu. Bagaimana kalau duduk dulu dan makan beberapa camilan?'' Kemudian tawanya mengalun pelan, merasa geli dengan tawarannya. Menghadapi candaannya, Sydney tidak terpengaruh sedikitpun. Dia tetap berdiri tegak seperti patung dengan ekspresi sedingin lapisan es. Bahkan punggungnya lurus seperti anak panah. ''Baiklah, aku tidak akan bercanda lagi,'' set

  • Secret of Federlin   Kemenangan

    ''Kau tahu, kan, jika elemenku dengan seorang Caesar Hardenlez sangat berbeda. Elemen miliknya adalah sihir penyerang sedangkan milikku hanya sebagai pertahanan, yang artinya elemenku tidak digunakan untuk menyerang. Dan lagi, Kau ingat, peraturan tidak memperbolehkan kita untuk membunuh di arena pertarungan ini. Karena itu, jika sihir elemen penyerang digunakan untuk membuat jebakan seperti itu, sudah bisa dipastikan mereka akan mati. Elemen sihirku adalah yang paling tepat jika ingin membuat jebakan.''Gale mengangguk paham setelah mendengar penjelasan dari Jean. Sebelumnya, saat Caesar bergerak mendahuluinya dan membuat lingkaran api yang memerangkap lawan mereka, Gale cukup terkejut. Dia pikir, Caesar mengubah rencana dan bergerak langsung untuk menyerang sendirian.Namun, tidak lama, lingkaran api itu menghilang dan digantikan dengan elemen sihir milik Jean. Hal ini membuat Gale bertanya-tanya, mengapa Caesar tidak langsung membereskannya. Dan penjelasan lengkap dari Jean menjawa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status