Share

2. Danau Cinta

Author: Ideabadar
last update Last Updated: 2023-04-19 18:04:00

Danau Kenanga adalah danau cinta menurut Adam. Jika orang lain melihat ketenangan dan air yang bening di danau Kenanga, Adam melihat kecantikan dari kekasihnya di permukaan air di Danau Cinta.

Orang yang sakit dan hanya bangun karena cinta.

Lagi-lagi, Syarif tak mengerti apa sebenarnya yang membuat Adam bisa mencintai begitu dalam. Sejak Adam mengenal kekasihnya, Naura. Tidak ada yang salah dengan cinta mereka, Adam sejak dulu mencintai Naura dengan cinta apa adanya.

Sayang, kehidupan itu tidak akan bisa diteruskan tanpa harta. Itu adalah kenyataan. Cinta Adam harus kandas dan Naura menikah dengan lelaki lain yang mungkin saja dijodohkan oleh orangtuanya. Naura pun tak berani menolak, saat hari perpisahan itu. Syarif menjadi saksi.

Hari dimana Adam kehilangan kehidupannya dan dimulainya Adam yang hidup namun tak lagi memiliki keinginan seperti manusia umumnya. Dia seperti mayat hidup yang berjalan setiap ahad, sisa hari lainnya. Tidur di kamar dan menjalani masa pesakitannya. Hari itu adalah ...

Hari Ahad.

***

Hari Ahad. Seperti biasa, Adam tak sabar menunggu hari ini. Hari dimana dia selalu bertemu pujaan hatinya, Naura. Seperti matahari yang tak sabar menunggu terbit, seperti bulan yang tak sabar menunggu malam, atau seperti kelelawar yang tak sabar petang menyapa. Kebahagiaan Adam membuncah setiap hari Ahad, karena wajah pualam nan cantik Naura akan kembali bisa ditatapnya.

Adam memakai baju terbaiknya, mengendarai sepeda jengki tua peninggalan almarhum Ayahnya. Adam Zulqarnain namanya, umurnya kini sudah 23 tahun. Sepanjang perjalanan, tak peduli jalanan terjal, Adam akan selalu tersenyum. Naura menunggunya, persis di danau Kenanga, tempat pertama kali mereka bertemu dan tempat mereka saling bicara setiap Ahad datang.

Mereka saling jatuh cinta, cinta tak tertahan, cinta sampai tak ada kenangan, karena mereka berjanji untuk bersama menggapai kebahagiaan.

Duh, indahnya.

Danau Kenanga sudah nampak disana, Adam melihat sosok wanita memakai jilbab krem duduk di kursi bambu di bawah pohon jambu, Adamlah yang menanam pohon jambu merah dan juga membuatkan kursi disana. Agar Naura betah, agar Adam bisa berlama menatap wajah pualam Naura ditimpa cahaya mentari yang menelisik dari balik daun-daun jambu.

Tak ada kebahagiaan tertinggi bagi Adam, kecuali senyum indah Naura, senyum yang apabila dilihat Adam maka seolah dunia dan seisinya ini tunduk kepadanya.

Adam terus tersenyum, bahagia hatinya membuncah. Disandarkannya sepeda jengkinya di bawah pohon jati, 10 meter dari pohon jambu di dekat danau tempat Naura sedang menatap air disana.

Silau air nampak bergoyang memantul dari sinar matahari, Adam berjalan perlahan mendekati Naura.

”Assalamu’alaikum Naura,” Adam memberi salam dengan kelembutan dari balik pohon jambu. Naura begitu indah wajahnya terlihat dari samping, Adam terpukau sekali lagi, wajah pualam yang begitu indah, lebih terang dari mentari, lebih lembut dari permukaan air di danau.

”Wa’alaikumsalam Adam, duduklah,” suara lembut Naura benar-benar membut hati Adam bergetar hebat. Seolah, jantungnya hendak loncat, sekujur tubuhnya benar-benar merasakan perasaan yang tak bisa digambarkan oleh pelukis sekalipun. Setiap hari, Adam hanya ingin hari Ahad, dimana dia bisa mendengar suara Naura atau melihat wajahnya yang membuatnya tergila-gila.

Adam melangkah pelan dan duduk di ujung kursi panjang bambu itu, berjarak dua meter dari Naura. Keduanya memandang air jernih danau Kenanga, setiap Ahad, itulah yang dilakukan kedua sejoli tersebut.

”Kau sudah makan Adam?” Naura masih lurus menatap air danau, tak memandang Adam yang memakai peci hitamnya yang sudah nampak kusam keputih-putihan. Peci itu sudah usang tentunya.

”Tak penting makan atau tidak bagiku Naura..., Asalkan, bisa melihat senyummu yang indah dan wajahnya yang suci, itu sudah cukup bagiku,” Adam kembali menatap sekilas Naura, desiran halus menyelubungi hatinya.

”Kau selalu begitu Adam..., Kau harus menjaga kesehatanmu,” Naura mendesah seolah ada beban pikiran yang sedang ditanggungnya. Naura amat mencintai Adam, mereka menautkan hati mereka dan bertemu setiap Ahad. Tak melakukan apapun, hanya berbincang dan menatap indahnya danau yang jernih dan ditimpali sinar mentari dari ufuk timur. Melepas kerinduan.

Keheningan tercipta, satu detik, satu menit, bahkan 30 menit. Tak ada suara kecuali suara binatang dan kecipak air yang tercipta karena Adam melemparnya dengan batu yang diambil di bawah kursi bambu yang didudukinya.

”Adam...,” Naura menatap wajah Adam dari samping, wajah itu tampan namun seperti pemuda desa umumnya, kecoklatan karena sehari-hari bekerja. Peci hitam selalu dipakai pemuda itu.

”Naura mau bilang rindu kan?” Adam kembali mengambil satu biji batu dan melemparkannya ke permukaan danau, tercipta lingkaran air yang berirama karena memantul dan batu itu jatuh ke pantulan keempat. Indah.

Adam masih terus tersenyum menatap danau, meski tak melihat wajah Naura dia merasa sudah berada di surga karena berdekatan dengan kekasih hatinya, Adam hanya berharap bahwa selama-lamanya dia akan selalu bersama Naura.

Hanya bersamanya saja, dia akan bahagia, itulah keyakinannya.

Naura kembali menatap wajah Adam yang terus saja tersenyum, sepertinya dia mulai resah, ada sesuatu yang sedang dipikirkannya. Naura ragu hendak berujar, namun dia segera memberanikan diri dan mengepalkan tangannya untuk menguatkannya berbicara pada Adam.

”Adam..., Mulai Ahad depan tak usah kau tunggu Naura lagi. Adam...” suara Naura tercekat dan ada tetesan airmata yang tak bisa ditahannya lagi.

Adam terkaget, seperti tak percaya dengan apa yang barusan dia dengar, ”A... Apa yang kau katakan Naura? Aku... Aku tidak mengerti?”

Tetes airmata kembali menyusul dari mata Naura, Naura berusaha mengusapnya dan terus berusaha tegar, dia ingin masalahnya cepat selesai dan harus tegar.

”Adam...” suara Naura bergetar.

Adam kini menatap Naura yang tertunduk, jilbab kain di sekitar dagu Naura basah oleh airmata.

”Adam pemuda yang shaleh, banyak wanita yang akan menemani Adam nantinya....” Airmata Naura semakin tak bisa dibendung.

Adam berdiri, kedua kakinya bergetar hebat, dia benar-benar tak percaya. Naura mengatakan sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sama sekali di pikirannya, ada apa dengan hari ini, ada apa dengan Ahad ini?

”Tidak Naura, tidak... tidak..., jangan berkata apa-apapun lagi Naura, jangan bergurau di hari Ahad Naura, hari agung bagi kita. Tidak Naura... jangan menangis Naura,” Adam menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali, kedua tangannya hendak terhulur kearah Naura, kedua tangannya gemetaran.

”Tidak Adam. Dengarkan Aku... jangan pernah menunggu lagi di hari Ahad. Ini yang terakhir, lupakan Naura,” wajah Naura masih menunduk.

Adam mundur dua langkah, kakinya yang gemetaran membuatnya tak bisa menahan tubuhnya, seperti ada suara petir di siang bolong. Adam jatuh ke belakang di rerumputan hijau di pinggir Danau Kenanga.

”Tidak Naura....”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sedalam Cinta Naura (Apakah Kamu Bahagia?)   72. Akhir Kisah Adam

    Hari-hari berlalu. Dunia terus berjalan, mereka yang terus hidup menjalani hari-harinya. Orang yang sudah meninggal akan menghadapi ujiannya selanjutnya yaitu pertanyaan dari para Malaikat dan tentunya mendapatkan buah dari perbuatannya saat di dunia dahulu.Mereka yang sudah meninggal dan meninggalkan dunia ini, mereka tidak akan mengganggu kehidupan mereka yang masih hidup.Kehidupan terus berjalan. Dua tahun berlalu begitu saja.Diandra bersama Ibunya tengah menghadiri sebuah pernikahan yang cukup megah. Mereka melihat dua pengantin yang sudah melalui akad. Kini, mereka sedang menerima tamu.Di samping pasangan itu, ada lelaki yang sudah menjadi koki yang cukup lama melayani hotel di Mata Air Surga. Dia adalah pak Firman, hati ini adalah hari yang paling membahagiakan bagi puternya, Nada Naura. Nada Naura menikah dengan lelaki yang shalih dan juga seorang pengusaha, dia bernama Rendra.Diandra kemudian mengucapkan selamat dan mendoakan Rendra dan Nada. Setiap orang akan berjalan d

  • Sedalam Cinta Naura (Apakah Kamu Bahagia?)   71. Tidak Mungkin Kembali

    Cinta yang sudah membuat Naura tak bisa lagi menentukan jalan hidupnya. Jika Adam masih memiliki cinta untuknya. Itu sudah cukup bagi Naura, seluruh hidupnya adalah penderitaan. Maka, ketika Adam sudah tak bisa bersamana. Dia hanya perlu untuk pergi dari dunia ini.Tangan Naura mulai menghilang di dalam derasnya aliran sungai. Adam mencoba berenang sekuat tenang. Beruntung dia dulu selalu berlatih berenang bersama dengan Syarif di danau. Itu mereka lakukan sejak kecil dan selalu bermain di danau.Adam terus berenang kearah Naura meskipun aliran airnya sangat deras. Adam harus bisa mencapai Naura, apapun yang terjadi. Dalam pikirannya sekarang adalah bahwa Naura harus selamat.Jemari Naura yang tersisa akhirnya hilang dalam permukaan air yang deras, Adam langsung menahan napasnya dan menyelam ke dalam air dan melihat di dalam air, Naura seperti sudah pingsan atau matanya menutup.Dalam derasnya aliran air sungai itu, air sungai yang dialirkan dari Danau Kenanga ke pemukiman desa dan pe

  • Sedalam Cinta Naura (Apakah Kamu Bahagia?)   70. Aku Mencintaimu

    Perasaan seorang wanita mendekati hari pernikahan, sungguh sangat dilema. Semua hal bagaikan bunga dan rembulan, indah pada setiap apapun yang sedang dipikirkannya.Tersenyum sendiri beberapa kali, dan hampir tak bisa lagi menahan kebahagiaannya. Bingung hendak meluapkan ekspresi kebahagiaan. Ah! Semuanya akan segera berbeda jika Diandra menikah dengan seorang lelaki. Dia akan menyerahkan seluruh hidupnya pada lelaki tersebut.Bahkan, segala hal berubah. Setiap apapun yang ingin dilakukan oleh Dindra, maka dia harus berkomunikasi terlebih dahulu dengan suaminya.Kadang, ada rasa ketidaksiapan dalam hal menikah, namun jika mengingat bahwa hati itu butuh seseorang untuk selalu menguatkannya ketika lemah dan sedih. Maka, menikah adalah satu-satunya jalan menemukan kebahagiaan dengan menemukan sosok yang tepat untuk saling berbagi apapun.Di semua kecemasan yang sedang dipikirkan Diandra, ada kebahagiaan yang terselip dalam hatinya. Diandra merasakan bahwa dia sudah tepat menemukan Adam.

  • Sedalam Cinta Naura (Apakah Kamu Bahagia?)   69. Adam dan Naura

    Seorang wanita nampak menggendong bayi mungil di pinggir Danau Kenanga. Dia duduk di kursi yang kini telah terlihat indah dan diperbaiki dengan baik. Di bawah pohon jambu dia menghirup udara yang demikian sejuk. Itu adalah Naura, hari-harinya kini terasa hidup dengan melihat bayi mungil yang digendongnya.Bayi dari Sanda dan Firla. Dunai ini memang aneh, dia tak melahirkan namun dia yang merawat bayi mungil tersebut. Dunai memang segala sesuatunya penuh kejutan, tidak ada yang tahu detik berikutnya apa yang akan terjadi.Seorang wanita yang sangat muda mendekati wanita yang menggendong bayi tersebut.”Mbak Naura ya?” sapa wanita tersebut.Naura menoleh dan melihat gadis muda tersebut. Senyumnya sangat manis dan dia pun meminta izin untuk duduk di dekat Naura. Mereka meninkmati angin segara dari pinggir Danau Kenanga.”Aku sudah mendengar kisah cinta mbak Naura dan pak Adam. Kisah cinta kalian sungguh luar biasa.”Kalimat tersebut membuat Naura yang masih mendekap bayi tersebut kaget.

  • Sedalam Cinta Naura (Apakah Kamu Bahagia?)   68. Hanya untuk Adam

    Adam sudah tahu apa yang terjadi dan dia sudah mendapatkan kabar soal kecelakaan maut yang menimpa Sandi dan isteri keduanya. Namun, Adam kaget karena mendapatkan kabar bahwa bayi lelaki yang bersama mereka selamat. Itu adalah sebuah keajaiban.Bayi kecil itu tak bisa tidak, membuat Adam untuk segera menggendongnya. Bayi yang tidak tahu apa-apa dan sudah kehilangan kedua ibu dan ayahnya. Adam mencoba menyunggingkan senyumannya pada bayi lelaki yang masih menangis itu. Bayi itu memahami, dia menatap Adam dengan pandangan bersinar. Dia diam dan menatap kedua mata Adam.Hingga, Naura dan ayahnya datang. Mereka melihat Adam yang menggendong bayi kecil itu dan duduk di kursi di koridor rumah sakit.”Hai... Sayang,” Naura menyentuh kulit bayi tersebut, matanya berkaca melihat bayi selucu itu harus terpisah dari kedua orangtuanya.Bayi laki – laki menggemaskan itu masih dalam dekapan Adam, Naura membungkuk dan jemarinya menyentuh pipi bayi tersebut. Tanpa terasa, airmata Naura pun jatuh perl

  • Sedalam Cinta Naura (Apakah Kamu Bahagia?)   67. Hidup dan Kematian, Itu Sangat Dekat

    Hidup itu seperti sebuah air yang menempel pada daun talas, dia cukup lama hinggap di daun tersebut tanpa menembus daunnya. Dia bertahan menunggu air datang lagi dan dengan daya beratnya, air itu akan tumpah.Mereka tidak akan lama berada disana, air itu akan jatuh juga ke bumi. Seperti juga apa yang terjadi pada manusia yang tinggal di dunia ini. Semuanya akan kembali.Hakikat kehidupan, dan semua yang ada di dunia ini. Semuanya hanyalah fana, sebentar lagi, semua juga akan binasa. Seorang manusia hanya dituntut bijak dan menerima segala ketentuan yang sudah digariskan Tuhan padanya.Tangan Naura bergetar sambil tetap memegang telepon yang baru saja diangkatnya. Dia mendapatkan panggilan dari suaminya, sudah sangat lama suaminya tidak menghubunginya bahkan sudah lama suaminya itu tidak pernah menganggapnya ada.Jika mereka bertemu, seperti manusia yang bertemu dan tidak saling mengenal. Mereka seperti bukan suami isteri lagi, ketika bertemu hanya sekedar lewat. Masalah yang datang be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status