Home / Romansa / Sekertaris Kesayangan Tuan Seno / Bab 4. Kau Pembunuh Ibuku!

Share

Bab 4. Kau Pembunuh Ibuku!

Author: Bulanbintang
last update Last Updated: 2022-09-21 21:40:48

Memang belum berdiskusi sebelumnya sehingga jawaban yang seharusnya tidak diucapkan justru terucap. Agatha gugup karena mulutnya yang dengan mudah sekali berbicara jujur seperti tadi. Dia bingung bagaimana dirinya harus menjelaskan apa yang telah dia ucapkan tadi, Agatha hanya bisa memandangi Pak Seno berharap kalau bosnya itu membantunya karena saat ini hubungan mereka menjadi sepasang kekasih.

"Jadi kamu pernah tidur dengan seorang pria? Lalu apa putra saya mengetahuinya?" tanya Ayah Pak Seno.

"Ayah sudah cukup! Maksudnya Akira dia pernah tidur dengan seorang pria dan pria itu aku Ayah," jawab Seno dengan menatap Agatha yang kini mengangguk.

Nafas lega terdengar setelah mengetahui semua perkataan Pak Seno, baru saja dia tadi ingin marah besar karena putranya Seno membawa seorang wanita murahan ke dalam keluarga.

Mereka semua kembali menikmati makanan dan setelah selesai semuanya berakhir. Agatha sudah tak menjawab kembali pertanyaan-pertanyaan yang membuat jantungnya berdetak.

"Ayah kami pamit," ucap Seno mengecup punggung tangan milik Ayahnya, begitu juga dengan Agatha yang melakukan hal yang sama seperti Seno.

"Agatha dan kamu Seno karena kalian berdua sudah pernah tidur bersama maka Ayah akan memutuskan tanggal pernikahan kalian."

Keduanya membulatkan mata ketika terkejut mendengar ucapan pria tua yang berada dihadapan mereka.

Pikiran Agatha yang tak berhenti melayang memikirkan sebuah ketakutan yang entah terjadi atau tidak nantinya. Dalam telinganya terus saja terngiang-ngiang ucapan Ayah Pak Seno tadi.

Agatha tidak mungkin menikah dengan pria yang tak dia cinta bahkan jika itu terjadi dirinya akan menikah dengan pemilik perusahaan tempatnya kerja. Apa kata orang nanti karena tentang dirinya yang menikah padahal status Agatha hanya seorang sekertaris namun dia bisa mendapatkan pria kaya.

"Enggak, aku tidak mungkin menikahi Pak Seno. Aku harus mencari cara agar Pak Seno memutuskan kontrak itu," ucap Agatha dengan memandangi langit malam.

Merasakan angin yang mengelus kulitnya membuat Agtha wanita berambut ikal panjang itu merasakan sebuah ketenangan. Dia yang kini hari-harinya akan dimulai oleh sebuah keburukan dan salah keburukan itu adalah Pak Seno.

"Agatha sedang apa kamu di dalam?" Teriak seorang Nenek dengan jalan tertatih-tatih sambil menyentuh punggungnya.

Agatha sontak terkejut dan berdiri untuk mendekati Neneknya. "Nenek mau kemana? Diam saja di kamar Ibu," ucap Agatha yang kini tengah memapah Neneknya dengan lembut. 

"Nenek ingin memanggil kamu, dengar tidak suara itu?" tanya Neneknya kepada sang cucu yang kini raut wajahnya berubah menjadi khawatir.

"Aduh... aduh... arghhh... sakit.... " Teriakkan Ibunya yang terdengar dari dalam kamar membuat Agatha ketakutan. Dia kembali menuntun Neneknya dengan cepat untuk melihat kondisi sang Ibu yang saat ini tengah sakit-sakitan.

Menatap dengan sendu seorang wanita yang amat dia sayangi berbaring sambil meringis menyentuh perutnya. Agatha tak tega melihatnya, bahkan bukan hanya sekali Ibunya berteriak seperti tadi.

Agatha sungguh tak berdaya, dia belum memiliki cukup uang untuk berobat Ibunya yang saat ini mengidap penyakit kombinasi bahkan tumor pada bagian perutnya kian selalu saja parah.

"Agatha tolong Ibu!" ucapnya dengan lesu.

"Apa Ibu? Bagian mana yang sakit?" 

Sang Ibu menunjukkan perut bagian kirinya, Agatha sangat tahu apa yang diharapkan Ibunya kepada dirinya yaitu adalah sebuah pengobatan. Namun biaya untuk penyakit Ibunya sangatlah mahal dan hanya satu orang saja yang bisa membantu dia, lalu orang itu adalah.... 

***

Seno yang tengah menatap layar komputernya sambil menyentuh kepalanya yang sangat sakit, dia sangat lelah bekerja. Namun posisinya saat ini sangat penting dan sang Ayah telah mempercayakan perusahaannya kepada Seno.

Ting!

Suara notifikasi pada ponselnya membuat Seno menatap sekilas saja. "Kenapa dia mengajakku untuk bertemu? Rasanya sangat malas," jawab Seno dan kembali menatap ke arah lain.

Namun suara dering telepon yang terus-menerus mengganggunya membuat Seno kesal sehingga ponsel miliknya hancur.

Bruk!

Crank!

Cermin pada ruangan kerjanya pecah karena lemparan ponsel milik Seno. Dia adalah seseorang yang sangat benci jika diganggu apalagi ketika dirinya bekerja.

"Seharusnya Kakek tak memilih wanita itu menjadi sekertarisku," ucapnya dengan kesal terhadap Kakeknya.

Seno yang kini kembali fokus mengerjakan pekerjaannya justru berbeda dengan Agatha yang saat ini tengah mondar-mandir khawatir terhadap kondisi Ibunya.

"Kamu kenapa menangis Agatha? Berdoalah agar Ibumu membaik," ucap sang Nenek kepada cucunya.

"Iya Nek, tapi aku takut jika Ibu nanti.... "

Ceklek!

Pintu kamar ruangan periksa Ibunya terbuka dan seorang dokter laki-laki berjalan keluar.

Agatha yang melihat itu sontak langsung saja bertanya-tanya mengenai kondisi Ibunya, "Dok bagaimana keadaan Ibu saya?" tanya Agatha dengan tatapan sendu.

"Kamu yang sabar ya dan saya turut berdukacita atas kepergian Ibu kamu," jawab dokter tersebut sehingga membuat tubuh Agatha melemas ketika bahkan Neneknya pun jatuh pingsan.

***

Tatapan kosong terhadap apa yang dia lihat kini, dirinya yang sedang memandikan sang Ibu membuat hati Agatha merasakan sakit. Dia masih belum ikhlas dengan kepergian Ibunya dan andai saja saat itu Pak Seno mengangkat telepon dan menyentuji ucapakan Agatha pasti dirinya tak mungkin akan kehilangan sang Ibu yang amat dia cintai.

Walau banyak pasang mata yang memandang Ibunya dengan buruk bahkan tak hentinya orang-orang merendahkan padahal saat ini tengah berduka.

Bendera merah kuning terlihat berada di sekitar rumahnya. Dan saat inilah momen yang mengharukan dan menyedihkan bagi Agatha. Dia berjalan untuk membawa alhamrhum Ibunya pada tempat peristirahatan terakhir.

Suara tangis pecah terdengar jelas dan terekam oleh banyak orang ketika melihat Ibunya yang sudah tiada itu akan dimakamkan. 

"Ibu kenapa kamu pergi secepat itu? Aku masih membutuhkanmu, maaf aku tak cepat-cepat membawakan uang untuk operasi kamu dan Nenek Agatha akan menjaganya dengan baik," jawab ucap Agatha sambil menghapus air matanya.

Penderita yang diberikan untuknya sangatlah berat, wajah tangisan dan sedih itu perlahan menghilang dan yang justru matanya menatap seorang pria yang tak lain Gugun.

Pria culun berkacamata dan selalu saja mengungkapkan ucapannya dengan suara yang begitu pelan, padahal dia sudah berulang kali Agatha menolak.

"Hiks.. hiks... Ibu jangan tinggalkan aku."

"Agatha kamu tidak apa-apa, jangan menangis ya!"

"Pergi!" Teriaknya dari saja sehingga membuat pria bernama Gugun itu terkejut. Pasalnya Agatha selalu saja bersikap baik kepada dirinya, namun sekarang....

"Aku tidak mau, aku ingin menjaga kamu Agatha," jawabnya dengan memeluk tubuh Agatha sehingga Agatha berteriak.

"Kenapa? Lagi, cukup! Aku tak ingin berdekatan dengan pria seperti.... "

"Agatha saya turut berdukacita atas kepergian Ibu kamu."

Suara yang amat dia benci dan sekarang rasa benci itu menjadi dendam yang harus selalu dirinya ingat.

Plak!

Tamparan keras mengenai wajah Suaminya padahal sang Suami itu tengah memasak.

"Karena kamu Ibuku tiada!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 39. Melarikan Diri

    Sebentar lagi akan siang hari. Namun, kenapa Agatha tak keluar kamar juga, apa itu terjadi karena kejadian semalam? Lantas Bagaimana dengan pekerjaan Agatha sedangkan sejak tadi Angga terus saja menelepon dirinya. "Kenapa Agatha tak keluar kamar, bagaimana jika Angga bertanya nanti? Tak mungkin aku memberitahukan kalau Agatha marah karena hal itu," ucapnya dengan bingung karena Angga sebentar lagi akan datang ke sini untuk menjemput Agatha sedangkan Agatha sejak tadi tak keluar kamar."Nenek, Mama Agatha mana? Hago ingin makan dengannya," ucap Hago dengan berjalan mendekati nenek Agatha."Sepertinya Mama kamu sedang kelelahan, jadi jangan ganggu dia dulu ya sayang!" jawab sang nenek dan untungnya Hago adalah anak yang mudah mengerti."Kalau begitu Hago nonton dulu sambil menungggu makanan yang Nenek buat," ucapnya tersenyum gemas dan pergi menuju ruang keluarga.Rumah Agatha yang hanya te

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 38. Tersihir Oleh Pak Seno

    Wajah panik dan khawatir apa yang akan terjadi dengan Agatha saat ini. Walau hanya luka kecil saja pada bagian pelipisnya karena batu yang mengenai Agatha itu tidak begitu besar. Namun, tetap saja dia merasa takut jika sesuatu lebih buruk lagi terjadi terhadap wanita yang Seno cinta itu.Seno tak membawa atau memberitahukan siapa pun mengenai kondisi Agatha yang saat ini berada di kamarnya. Dia bahkan setelah melihat kejadian itu langsung saja membawa Agatha pergi dari rumah Agatha, dan tentu saja Agatha tak menolak karena Agatha pingsan bahkan sampai saat ini. Dilakukan Seno saat inu hanya memandangi wajah Agatha yang tengah di periksa oleh dokter."Bagaimana Dok? Apa tidak ada sesuatu yang buruk kan?" tanya Seno dengan raut wajah bingungnya. Tentu saja Dokter itu menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Seno, memang tak ada yang terjadi terhadap Agatha dikarenakan Agatha hanya terdapat luka saja pada keningnya dan darah yang keluar itu sudah dibersihkan hingga bagian kepala

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 37. Rasa yang Harus Dihilangkan

    Dia yang hendak melangkah ke kamarnya. Namun, diurungkan karena melupakan suatu hal. "Aku lupa untuk berbicara dengan Agatha, dia harus membeli susu untuk Hago besok pagi," ucap nenek Agatha takut jika cucunya nanti berangkat pagi-pagi buta dan dia tak saling berpapasan. Walau sudah tua tetapi nenek Agatha sanggup melakukan apapun dengan sendiri. Namun, berbeda jika dia sakit nanti. Dan lagi pula dengan adanya Hago dapat membuatnya tak merasa kesepian. Dia yang saat ini tengah melangkah menuju kamar Agatha tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara Agatha yang menangis. "Agatha menangis, apa yang terjadi?" ucapnya bertanya dengan dirinya sendiri. Dia yang mengubah raut wajahnya menjadi sangat Khawatir terhadap cucunya takut hal yang tak terduga terjadi di dalam. Namun, dirinya mendengar suatu kalimat yang diucapkan oleh Agatha. Dan dengan cepat juga wajahnya yang tadi khawatir berubah menjadi marah. Brak! Pintu yang dibuka dengan kasar olehnya membuat Agatha terkejut. Mel

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 36. Perasaan yang Disembunyikan

    Masih bingung dengan jawaban yang harus dia berikan, Agatha tak tahu harus menerima Angga atau tidak. Dia yang masih saja memikirkan ucapan Seno mengenai perasaan Seno saat malam itu, sedangkan dirinya baru saja tadi pagi melihat Seno sudah berpaling dengan wanita lain. Dan lagi pula dia tak mungkin menolak Angga yang sudah mempersiapkan ini semua. Tidak lama kemudian Agatha terkejut dengan kedatangan Neneknya dan juga Hago yang berada di tempat ini juga."Kalian berdua ada disini?""Iya, kami telah menyaksikannya sejak tadi," jawab Nenek Agatha sehingga membuat Agatha tersenyum. Dia pun memeluk Neneknya dan membisikkan sesuatu kepada sang Nenek."Apa jawaban yang harus aku berikan?" tanya Agatha dengan suara pelan."Terima saja!" jawab Sang Nenek sehingga membuat Agatha terdiam.Jawaban keduanya saling bertolak belakang. Neneknya yang menyetujui jika Angga menjadi calon Suami Agatha sedangkan Agatha masih bimbang. Namun ketika dia melihat wajah Neneknya dan Hago tampak bahagia membua

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 35. Sebuah Lamaran

    Karena seorang wanita hubungan seorang Ayah dan anaknya hancur. Seno yang tak terima jika wanita yang dia cinta dihina seperti tadi. Agatha bukanlah wanita selalu saja berpikiran mengenai harta, dia wanita tulus yang menerima seseorang dengan apa adanya. "Jika Ayah terus mengatakan hal buruk tentang Agatha, maka aku tidak akan lagi menginjakkan kaki di tempat ini sekali pun Ayah memaksaku!" ucapnya dalam Seno berusaha mengancam Ayahnya agar tak terus-menerus mengatakan hal buruk mengenai Agatha. Keluarganya yang sudah hancur tanpa ada seorang Ibu dan Seno hanya dibesarkan oleh Ayah yang keras kepala dan tak memiliki hati. Walau sikap Seno tidak jauh berbeda dari Ayahnya, namun dia masih memiliki hati dan berpikir keras tentang perasaan seseorang. Kini Seno tak akan lagi melangkahkan kakinya dan menginjakkan rumah milik sang Ayah. Rumah yang dulu banyak kenangan bahagia ketika saat-saat bersama dengan Ibunya dan keluarganya termasuk dibilang keluarga harmonis, akan tetapi dalam

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 34. Pertengkaran Seno dan Pak Broto

    Mendengar suara bising dari meja yang tak jauh dari tempatnya, dan ketika Seno memutarkan pandangannya dia melihat seseorang yang saat ini berada di dalam hatinya itu tengah berdiri, bahkan suara yang tadi dia dengar berasal dari wanita tersebut."Kenapa ada Agatha? Apa dia bertengkar dengan Angga atau mungkin dirinya cemburu melihat aku bersama dengan Dinda?" tanyanya dalam hati. Bukan hanya Seno saja yang melihat Agatha, Ayah Seno pun juga mengetahui keberadaan Agatha di tempat yang sama.Kepergian Agatha membuat Pak Broto tersenyum, tanpa rencananya semua berjalan dengan lancar. Sedangkan Seno justru merasa bingung dengan Agatha tadi. Dia sontak berdiri dan ingin hendak mengejar Agatha, namun sesuatu menahan langkahnya."Mau kemana kamu? Cepat duduk!" ucap Ayah Seno dengan mencekal tangan.Mendengar itu Seno tak bisa mengelak, dia telah membuat janji terhadap Ayahnya dana akan selalu menuruti ucapan Sang Ayah tanpa membantahnya sedikit pun.Dia sebenarnya masih menganggung malu deng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status