Share

2. Polos 2

Author: pramudining
last update Last Updated: 2023-01-22 15:15:59

Tari sedikit curiga karena melihat Andrian yang rambutnya basah. Dia menundukkan pandangan, mengamati seluruh tubuhnya. Beruntung semua pakaiannya masih lengkap dan utuh, jilbab pun masih rapi tidak berantakan. Artinya tidak terjadi apa pun semalam dengan mereka berdua. Si gadis pun tersenyum lega. Lalu, Tari menatap bosnya dan berkata, "Pak, bagaimana saya bisa tidur di sini?"

"Kenapa? Tidur di mana pun nggak masalah, 'kan?" Andrian mendekat pada Tari, dia masih belum mengenakan pakaian atasnya. Namun, sudah memakai celana pendek. Dalam hati ingin mengerjai gadis polos itu.

"Bukan begitu, Pak." Tari segera turun dari ranjang Andrian dengan cepat dia membuka pintu kamar. Saat itu ada salah satu orang yang sudah menunggu di depan. Bisa jadi, orang tersebut adalah rekan kerja bosnya. Tari tak menghiraukan kehadiran orang tersebut, dia langsung masuk kamar di sebelahnya.

Mungkin kejadian itulah yang membuat Tari saat ini didatangi oleh salah satu perempuan Andrian. Sial sekali nasibnya. Memiliki bos yang suka main perempuan dan memiliki reputasi buruk.

"Eh, kenapa malah melamun?" kata perempuan yang sempat memarahi Tari tadi.

"Ingat, jangan pernah menggoda Andri! Jika, aku masih mendengar kabar bahwa kamu mendekatinya, maka lihat apa yang akan aku lakukan untukmu!" Perempuan yang bernama Nurulita Agustina itu menggebrak meja kerja Tari. Gadis itu terperanjat dengan suara keras yang ditimbulkan.

"Astagfirullah," ucap Tari. Kedua tangannya terangkat saking kerasnya gebrakan yang dilakukan Nurulita.

Kejadian itu terlihat oleh Andrian, dia yang tanpa sengaja ingin menemui Tari terlonjak kaget saat melihat wanitanya seperti itu. "Lita! Apa-apaan kamu? Sedang apa kamu di sini?" Suaranya keras, menggelegar.

Mencintai wanita di depannya, bukan berarti Andrian tidak berani memarahi. Dia akan tetap bertindak tegas pada siapa pun yang dirasa bersalah.

Lita menoleh pada Andrian, lalu beralih pada Tari. Dia memberikan tatapan membunuh pada sekretaris itu. "Aku cuma memperingatkan dia agar tidak menggodamu. Apa salah? Jangan sampai terlibat skandal dengan sekretaris sendiri. Malu-maluin."

"Salah! Kamu nggak berhak mengintimidasi karyawan di sini. Mereka adalah tangung jawabku di saat jam kerja. Ingat itu!" Andrian menarik paksa tangan Lita agar keluar dari ruangan Tari. Sebagian hati lelaki itu ada yang teriris saat melihat embun di mata bening sang sekretaris.

"Apa sih, Mas? Lepas! Aku cuma ngasih peringatan saja. Lagian ngapain, sih, bawa-bawa perempuan seperti itu keluar kota. Apa aku dan Mbak Nina tidak menarik lagi sampai Mas bawa sekretaris ganjen itu." Mulut Lita terus saja mengomel tanpa rem membuat kepala Andrian nyut-nyutan.

Lelaki itu berbalik dan memberikan tatapan paling mengerikan pada istri keduanya. "Diam! Jaga mulutmu. Nggak semua perempuan yang aku ajak keluar kota menawarkan dirinya sepertimu."

Diam seribu bahasa adalah hal paling tepat saat ini. Lita sadar, perkataannya sudah keterlaluan. Namun, mau bagaimana lagi. Perempuan itu sangat takut kehilangan Andrian.

Sang suami pergi begitu saja. Istri pertamanya saja tidak pernah melarang atau mencampuri urusan pekerjaan Andrian, lalu mengapa Lita sangat lancang dengan memarahi sekretaris yang masih polos itu.

"Mas tunggu!" Lita berusaha mengejar langkah suaminya yang tergesa ke ruangan. Namun, setelah sampai di depan pintu Andrian. Keningnya terantuk daun pintu yang sengaja ditutup keras.

"Aduh!" Lita meringis ketika rasa sakit menghantam keningnya. Dia membuka pintu ruangan Andrian dengan perasaan jengkel.

"Apa istimewanya sekretarismu itu sampai-sampai membuatmu marah seperti ini? Apa dia sudah memberikan keperawanannya padamu? Jawab, Mas!"

"Susah ngomong sama orang yang selalu curigaan. Kamu pikir semua perempuan itu bisa dengan mudah menyerahkan mahkotanya untukku? Kalau kedatanganmu cuma buat bahas masalah ini. Pulang saja, aku sangat sibuk hari ini." Andrian menunjuk ke arah pintu.

"Jadi kamu lebih membela sekretaris itu daripada istrimu sendiri?"

"Keluar dari ruangan ini!" Sekali lagi Andrian mengeluarkan suara keras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Shafii Salleh
terbaik hebat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   121. Indah Tanpa Dendam

    Happy Reading*****Sebelum menjawab salam dari perempuan di hadapannya, Tari meneliti tampilan orang tersebut dari atas ke bawah. Rentang waktu setahun telah mengubah perempuan itu menjadi jauh lebih baik. Pakaian yang semuanya tertutup serta tutur kata lembut saat menyapa. Mencerminkan adanya perubahan dalam dirinya."Waalaikumsalam. Apa kabar, Bu?" sapa Tari berusaha menghormati perempuan itu."Jangan panggil aku ibu. Saya bukan suami atasan kamu lagi," ucap perempuan itu yang tak lain adalah Lita. Tari sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi pada Lita hingga merubahnya seperti sekarang. Walau jelas tahu bahwa perempuan itu sudah tidak bersama Andrian, tetapi Tari tetap berusaha menghormatinya. Terlepas dari segala ancaman dan teror yang pernah dilakukan, istri Andrian sudah memaafkan semua kesalahan itu.Baru akan menjawab perkataan Lita, dari arah belakang Andrian memanggil nama Tari. "Sayang, belanjanya sudah selesai belum." Lita dengan cepat menundukkan pandangan dari l

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   120. Terkejut

    Happy Reading*****Ingin rasanya Tari menghilang saat ini juga. Bagaimana bisa dia sebrutal itu. Sungguh, si perempuan tidak menyadari aksinya sudah meninggalkan begitu banyak jejak pada suaminya.Andrian yang tahu jika istrinya terkejut dengan hasil perbuatannya sendiri, hanya bisa mengulas senyum. Hatinya berbunga-bunga, ternyata Tari juga bisa seganas tadi. Sebelum sang istri menjawab perkataan putranya, lelaki itu berbisik."Kamu hebat, Sayang. Mas ketagihan dengan yang tadi." Lalu, lelaki itu membuka selimutnya dan menjejakkan kaki ke lantai.Tari menghela napas panjang. Benar-benar jahil suaminya itu. Tidak tahukah Andrian jika dirinya malu setengah mati dengan kebrutalan itu. Melihat begitu banyak jejak di bagian tubuh sang suami yang lain, Tari menggelengkan kepala. Dia kemudian fokus pada Akmal sebelum si kecil bertanya macam-macam."Iya, Sayang. Nanti, Mama pasti obati bekas gigitan serangga di leher Ayah," jawab Tari pada akhirnya.Perempuan itu merutuki dirinya sendiri ya

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   119. Digigit Serangga

    Happy Reading*****Sesampainya di kamar, Tari membuka pintu dengan tergesa. Takut juga jika sang suami sampai salah paham dengan perkataannya tadi. "Mas, jangan salah paham, dong," ucapnya.Sekarang, Andrian sedang mengganti pakaiannya dengan kaos serta celana pendek. Dia melirik sang istri sebentar. "Gimana nggak salah paham. Kamu membandingkan lelaki lain di depan suamimu. Aku itu cemburuan, Sayang. Bukankah kamu sudah tahu sejak dulu?" Sang suami melanjutkan aktifitasnya melipat sarung dan menggantung baju koko, tiba-tiba saja suasana hati Andrian berubah jelek."Membandingkan gimana, Mas?" Sepertinya, Tari memang salah memilih kata. Padahal maksudnya tadi bukan membandingkan Andrian dengan Pamungkas. "Kalau nggak membandingkan terus apa? Bukankah kamu mengatakan kasus kami berbeda. Maksudmu pasti si Pamungkas pasti jauh lebih baik dari Mas, kan?" Andrian duduk di tepi ranjang dan memajukan bibir. Setelah menjadi suami Tari, lelaki itu makin manja saja. Tidak ingat sama umur.Sek

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   118. Sedikit Cemburu

    Happy Reading *****Andrian tidak pernah bosan dengan ibadah menyenangkan bersama sang istri. Sekali lagi, mereka melakukannya dan setelahnya tertidur hingga suara azan Zuhur membangunkan. Tari melenguh dan meregangkan tangan. Kemudian menatap lelaki di sebelahnya yang masih menutup mata."Mas, bangun. Sudah Zuhur," kata Tari pelan disertai guncangan pelan pada lengan Andrian."Hmm," jawab Andrian, tetapi matanya masih tertutup. "Boleh nggak kalau Mas salatnya di rumah saja?""Tidak boleh. Memangnya Mas Andri mau disebut salihah?" kata Tari cepat.Seketika Andrian membuka mata dan menatap sang istri. "Kok bisa salihah, Yang?"Memutar bola mata dan tersenyum, Tari berkata, "Ya, kan. Seorang perempuan itu lebih baik salat di rumah. Nah, jika seorang lelaki tidak salat di masjid tanpa uzur yang jelas, kan, namanya salihah." "Ih, jadi kamu ngatain Mas, ya?" Andrian gemas sendiri melihat wajah sang istri. Dia menggelitik pinggang perempuan itu sampai minta ampun setelahnya."Sudah ... su

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   117. Cinta Itu

    Happy Reading*****Tari menengok pada suaminya. Indera Andrian sudah dipenuhi kabur gairah. Tak akan bisa lagi perempuan itu beralasan lain apalagi anak-anak tidak berada di kamar lagi. "Mas mau sarapan apa? Biar aku siapkan dulu," katanya berusaha lepas dari pelukan Andrian yang makin erat dan menggebu."Sarapan kamu boleh, Sayang?" Andrian semakin berani. Mulai menciumi leher dan juga pundak sang istri."Jangan dulu, masih ada anak-anak di rumah. Jika mereka tiba-tiba ketuk pintu kayak kemarin, malah tidak nyaman. Lebih baik, biarkan aku masak supaya cepat sarapan dan meminta bantuan Bapak sama Ibu untuk menjaga anak-anak," kata Tari mencoba bernegosiasi. Dia, hanya perlu sedikit waktu untuk melayani suaminya. Menata jantung yang terus saja bertalu."Anak-anak sudah dibawa ngungsi sama Mas Radit. Di rumah ini tinggal kita berdua, Sayang. Mas sudah nggak sabar menantikan hari ini, apalagi melihat wajah cantikmu. Mas semakin nggak kuat menahannya." Andrian mulai melancarkan rayuan ke

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   116. Harus Berhasil

    Happy Reading*****Siang berlalu dan berganti sore. Sudah tidak ada tamu lagi di rumah Radit. Namun, ketiga buah hati Andrian dan juga ponakannya Tari tidak mau beranjak dari kamar pengantin. Mereka memonopoli perempuan yang baru saja menjadi istri Andrian.Sekarang, keempat anak-anak itu malah tidur di ranjang dengan Tari di tengah. Andrian yang duduk di sofa depan tempat tidur menatap malas pada anak-anak tersebut."Kenapa selalu saja ada gangguan saat aku ingin berduaan dengan istriku. Radit sama Haura memangnya nggak nyariin anaknya? Enak sekali mereka berdua. Bukan mereka yang jadi pengantin, tapi malah mereka yang berduaan," gerutu Andrian.Matanya mengawasi anak-anak dengan sangat iri karena mereka bisa tidur dipeluk oleh Tari. Jengkel dengan keadaan di kamarnya, Andrian keluar tanpa pamit pada sang istri. Turun, di ruang keluarga, terlihat Radit dan juga Ibrahim tengah berbincang, entah membahas apa. Andrian pun berniat untuk bergabung daripada suntuk memikirkan malam pertama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status