공유

7. Dia Bukanlah Aku

작가: pramudining
last update 최신 업데이트: 2023-01-23 08:16:05

Happy Reading

***

Beberapa kali Tari sengaja menghindar dari percakapan ataupun berduaan dengan Andrian. Semua terjadi karena gadis itu masih belum mampu untuk menatap dan bersikap biasa saja sejak kejadian melihat adegan iya-iya antara bosnya dengan sang istri muda.

Gosip tentang kedekatannya dengan Andrian juga semakin santer terdengar. Entah siapa yang mengembuskan kabar tersebut, tetapi Tari sudah mulai terbiasa. Awalnya mungkin risih, tetapi mengapa mesti mendengarkan gosip murahan jika dirinya saja tidak seperti yang dituduhkan.

Tari sudah membereskan semua barang-barangnya di meja kerjanya. Mengambil tas dan bersiap untuk pulang. Saat membuka pintu, si bos sudah berdiri dengan tangan yang terayun. Mungkin hendak mengetuk pintu ruangannya.

"Tar, siapkan dirimu! Besok, kita ada tinjauan ke lokasi perusahaan yang baru," perintah Andrian saat melihat Tari akan pulang dan berada di ambang pintu.

Tari, hanya melirik Andrian tanpa menjawab apa pun. Dia juga tidak menganggukkan kepala sebagai tanda setuju. Berbagai macam rasa meraup-raup di dalam hatinya antara takut, benci serta harus melaksanakan kewajiban sebagai karyawan.

Bayangan saat dia harus menginap di hotel yang sama dengan si bos terlintas. Tari mulai bergidik, jika sampai terjadi lagi dan lelaki itu tidak bisa mengontrol dirinya. Maka, bahaya akan mengancam diri sang sekretaris.

"Saya harap kamu nggak  menolak! Ini sudah menjadi tugas sebagai seorang sekretaris. Mengerti?" Andrian mendahului Tari menuju lift. Namun, saat semakin mendekati ruangan persegi itu dan langkah si gadis tak terdengar, si bos menengok ke belakang. "Kamu nggak turun?" tanyanya saat melihat sang sekretaris masih terdiam.

Tari bergeming di tempat berdiri, belum mengunci pintu dan enggan sekali turun bersama si bos. Dia sengaja menunggu agar Andrian turun terlebih dulu. Sejak kejadian waktu itu dirinya berusaha menjauhi sang atasan.

Tari tidak lagi bisa bersikap ramah ataupun hormat dengan lelaki seperti atasannya. Wajah si bos tampak marah. Andrian langsung menekan tombol lift untuk segera turun. Beberapa saat menunggu, Tari meninggalkan kantor dengan lift berbeda.

Ketika sudah berada di lantai dasar seseorang menyapa dan berkata.

"Tar, tunggu!" panggil seseorang itu, "ada waktu untuk ngobrol?"

Tari tersenyum dan mengangguk. "Ada apa, Pak?" Dia sengaja duduk di sofa depan resepsionis.

"Jangan ngobrol di sini! Bagaimana kalau kita ke kafe yang dekat dengan kantor? Kamu bawa motor, 'kan?" Si lelaki tampak antusias. Wajahnya begitu semringah ketika melihat senyuman Tari.

Bisik-bisik dari rekan kerja, terdengar oleh Tari.

"Ih, Pak Tio. Dia itu buta apa goblok, sih? Apa beliau gak dengar gosip tentang affair Tari dan Pak Andrian? Lagaknya aja alim, dalamnya busuk juga ternyata." Mereka melirik sinis pada Tari, tak peduli orang yang digunjing akan mendengarnya.

Bahkan tanpa sungkan mereka mengatakan lelaki itu goblok. Tak ada lagi kata sungkan pada sang atasan. Padahal jika mau, lelaki itu bisa memberikan mereka surat peringatan atas perkataan buruk tadi. Namun, nyatanya si lelaki tidak melakukan hal itu.

Tari melihat ke arah Bramantio Dirgantara, seorang manager HRD di perusahaan itu. Pada usia yang terbilang masih muda, dia sudah diberi jabatan dengan tanggung jawab yang cukup berat. Tari mengenal si lelaki sejak masih bekerja di perusahaan lama.

Tio merupakan salah satu putra pemilik biro perjalanan haji dan umroh. Namun, entah mengapa lelaki itu tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. Dia malah bekerja pada perusahaan milik Andrian.

"Bapak tidak malu ngajak saya ngobrol setelah mendengar perkataan mereka tadi?" Tari berjalan keluar terlebih dahulu. Berusaha menghindari gunjingan karyawan lain. Jam pulang seperti ini, semua orang saling berebut untuk keluar dari tempat kerja.

"Mengapa aku harus malu? Kamu juga bukan orang yang seperti mereka katakan tadi. Aku mengenalmu jauh sebelum berada di sini, apalagi kamu sempat menjadi karyawan ayah selama setahun. So, bagaimana mungkin aku akan terpengaruh ucapan mereka? Biarlah mereka menganggapku bodoh, itu tidak masalah." Tio menyejajarkan langkahnya dengan Tari. Masih berusaha agar si gadis mau menerima ajakannya tadi.

"Gimana, kamu mau kan ngobrol di tempat lain bersamaku?"

Tari berbalik dan mengangguk sebagai jawaban kesediannya. Sampai di parkiran, Tari segera mengambil motor. "Duluan saja, Pak. Nanti saya ikuti dari belakang."

"Bagaimana kalau kamu naik mobilku saja? Motormu taruh saja di sini!" pinta Tio.

"Tidak perlu, Pak. Nanti malah merepotkan dan menimbulkan fitnah lagi bagi saya."

"Oke kalau gitu. Aku jalan duluan, ya?" Tari mengangguk. Dia menunggu mobil Tio keluar area parkir.

Sebentar saja, mereka sudah sampai di kafe yang dituju. Obrolan makin seru saat Tio menanyakan kabar yang berembus tentang Tari dengan atasannya sekaligus owner perusahaan. Sebelum gadis itu menjawab, pesanan mereka datang. Jadi, Tari masih punya kesempatan untuk menjelaskannya nanti.

"Jadi bagaimana yang sebenarnya, Tar? Aku tidak ingin mengikuti arus dengan berprasangka kepadamu. Jika, memang kamu tidak memiliki hubungan dengan beliau, maka kesempatan itu akan terbuka lebar untukku." tanya sang manajer HRD setelah pelayan pergi meninggalkan mereka berdua. Tio sengaja menyamarkan keinginan hatinya untuk memiliki Tari.

"Maksudnya bagaimana, Pak?" Bagi gadis itu, kalimat terakhir dari perkataan Tio terasa ambigu. Tak ingin menduga-duga bahwa lelaki di depannya ini tertarik dan memiliki rasa lebih selain hubungan antara atasan dan bawahan.

"Kalimat yang mana?" tanya Tio, "jangan panggil, Pak! Ini sudah bukan jam kantor, lagian kita seumuran. Berasa tua aku."

"Kalimat terakhir Bapak tadi." Tari menutup mulutnya saat Tio memelototkan mata. "Saya harus panggil apa?" tanyanya setelah menyadari kekeliruan yang dibuat.

"Apa aja boleh. Misal panggil nama bagaimana?" Tio menyeruput jus jeruk dihadapannya. Mengatakan keinginan di hati pada seorang perempuan itu membuat kerongkongannya kering. Apalagi belum secara gamblang dia mengatakan apa yang ada di hati sepenuhnya kepada si gadis.

"Jangan! Rasanya terdengar tidak sopan, jika memanggil nama saja." Tari menggeleng tak setuju. Sebagian orang Jawa memang agak saru ketika memanggil nama pada seseorang yang dihormati atau atasan.

"Gimana kalau kamu manggil aku sayang saja," goda Tio mengungkapkan keinginan hatinya. Namun, tatapan tajam dari Tari menyurutkan niatnya. "Panggil Mas saja, deh. Kayaknya keberatan."

"Oke, panggil Mas saja, ya. Saya akan menceritakan yang sejujurnya tentang pertanyaan, Bapak sebelumnya, eh, maksudnya Mas," ucap Tari, "saya dan Pak Andrian tidak ada hubungan apa pun seperti yang diberitakan. Saya yakin, kabar itu bermula setelah saya dan beliau pergi keluar kota waktu itu. Entah siapa yang menyebarkan gosip pertama kali. Saya sendiri bingung. Pasalnya, kami berdua memang tidak melakukan apa pun dan kepergian tersebut murni karena perkejaan."

Tio manggut-manggut. Lalu, berkata, "Sabar, aku percaya kamu tidak akan melakukannya. Menurutku wajar kalian sering terlihat berdua dan memang tugas seorang sekretaris harus selalu bersama seorang direktur, 'kan? Lalu, salahnya di mana. Jika pekerjaan yang kalian kerjakan dinilai sebagai affair, ya, nggak masuk akal banget."

"Terima kasih, Mas. Sudah mempercayai saya, tapi karyawan yang lain tidak berpikiran seperti itu. Saya tetap dianggap memiliki hubungan selain pekerjaan dengan Pak Andri."

Obrolan mereka terhenti saat Tari menerima panggilan dari ibunya. Dia segera pamit pada Tio untuk pulang terlebih dahulu. Belum sempat Tio mengutarakan maksudnya mengajak gadis itu, dia sudah pergi.

"Sabar, masih ada besok untuk mengungkapkan isi hati. Setidaknya, aku sudah tahu bagaimana perasaan Tari pada Pak Andri," kata Tio lirih setelah si gadis meninggalkan mejanya.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   121. Indah Tanpa Dendam

    Happy Reading*****Sebelum menjawab salam dari perempuan di hadapannya, Tari meneliti tampilan orang tersebut dari atas ke bawah. Rentang waktu setahun telah mengubah perempuan itu menjadi jauh lebih baik. Pakaian yang semuanya tertutup serta tutur kata lembut saat menyapa. Mencerminkan adanya perubahan dalam dirinya."Waalaikumsalam. Apa kabar, Bu?" sapa Tari berusaha menghormati perempuan itu."Jangan panggil aku ibu. Saya bukan suami atasan kamu lagi," ucap perempuan itu yang tak lain adalah Lita. Tari sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi pada Lita hingga merubahnya seperti sekarang. Walau jelas tahu bahwa perempuan itu sudah tidak bersama Andrian, tetapi Tari tetap berusaha menghormatinya. Terlepas dari segala ancaman dan teror yang pernah dilakukan, istri Andrian sudah memaafkan semua kesalahan itu.Baru akan menjawab perkataan Lita, dari arah belakang Andrian memanggil nama Tari. "Sayang, belanjanya sudah selesai belum." Lita dengan cepat menundukkan pandangan dari l

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   120. Terkejut

    Happy Reading*****Ingin rasanya Tari menghilang saat ini juga. Bagaimana bisa dia sebrutal itu. Sungguh, si perempuan tidak menyadari aksinya sudah meninggalkan begitu banyak jejak pada suaminya.Andrian yang tahu jika istrinya terkejut dengan hasil perbuatannya sendiri, hanya bisa mengulas senyum. Hatinya berbunga-bunga, ternyata Tari juga bisa seganas tadi. Sebelum sang istri menjawab perkataan putranya, lelaki itu berbisik."Kamu hebat, Sayang. Mas ketagihan dengan yang tadi." Lalu, lelaki itu membuka selimutnya dan menjejakkan kaki ke lantai.Tari menghela napas panjang. Benar-benar jahil suaminya itu. Tidak tahukah Andrian jika dirinya malu setengah mati dengan kebrutalan itu. Melihat begitu banyak jejak di bagian tubuh sang suami yang lain, Tari menggelengkan kepala. Dia kemudian fokus pada Akmal sebelum si kecil bertanya macam-macam."Iya, Sayang. Nanti, Mama pasti obati bekas gigitan serangga di leher Ayah," jawab Tari pada akhirnya.Perempuan itu merutuki dirinya sendiri ya

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   119. Digigit Serangga

    Happy Reading*****Sesampainya di kamar, Tari membuka pintu dengan tergesa. Takut juga jika sang suami sampai salah paham dengan perkataannya tadi. "Mas, jangan salah paham, dong," ucapnya.Sekarang, Andrian sedang mengganti pakaiannya dengan kaos serta celana pendek. Dia melirik sang istri sebentar. "Gimana nggak salah paham. Kamu membandingkan lelaki lain di depan suamimu. Aku itu cemburuan, Sayang. Bukankah kamu sudah tahu sejak dulu?" Sang suami melanjutkan aktifitasnya melipat sarung dan menggantung baju koko, tiba-tiba saja suasana hati Andrian berubah jelek."Membandingkan gimana, Mas?" Sepertinya, Tari memang salah memilih kata. Padahal maksudnya tadi bukan membandingkan Andrian dengan Pamungkas. "Kalau nggak membandingkan terus apa? Bukankah kamu mengatakan kasus kami berbeda. Maksudmu pasti si Pamungkas pasti jauh lebih baik dari Mas, kan?" Andrian duduk di tepi ranjang dan memajukan bibir. Setelah menjadi suami Tari, lelaki itu makin manja saja. Tidak ingat sama umur.Sek

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   118. Sedikit Cemburu

    Happy Reading *****Andrian tidak pernah bosan dengan ibadah menyenangkan bersama sang istri. Sekali lagi, mereka melakukannya dan setelahnya tertidur hingga suara azan Zuhur membangunkan. Tari melenguh dan meregangkan tangan. Kemudian menatap lelaki di sebelahnya yang masih menutup mata."Mas, bangun. Sudah Zuhur," kata Tari pelan disertai guncangan pelan pada lengan Andrian."Hmm," jawab Andrian, tetapi matanya masih tertutup. "Boleh nggak kalau Mas salatnya di rumah saja?""Tidak boleh. Memangnya Mas Andri mau disebut salihah?" kata Tari cepat.Seketika Andrian membuka mata dan menatap sang istri. "Kok bisa salihah, Yang?"Memutar bola mata dan tersenyum, Tari berkata, "Ya, kan. Seorang perempuan itu lebih baik salat di rumah. Nah, jika seorang lelaki tidak salat di masjid tanpa uzur yang jelas, kan, namanya salihah." "Ih, jadi kamu ngatain Mas, ya?" Andrian gemas sendiri melihat wajah sang istri. Dia menggelitik pinggang perempuan itu sampai minta ampun setelahnya."Sudah ... su

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   117. Cinta Itu

    Happy Reading*****Tari menengok pada suaminya. Indera Andrian sudah dipenuhi kabur gairah. Tak akan bisa lagi perempuan itu beralasan lain apalagi anak-anak tidak berada di kamar lagi. "Mas mau sarapan apa? Biar aku siapkan dulu," katanya berusaha lepas dari pelukan Andrian yang makin erat dan menggebu."Sarapan kamu boleh, Sayang?" Andrian semakin berani. Mulai menciumi leher dan juga pundak sang istri."Jangan dulu, masih ada anak-anak di rumah. Jika mereka tiba-tiba ketuk pintu kayak kemarin, malah tidak nyaman. Lebih baik, biarkan aku masak supaya cepat sarapan dan meminta bantuan Bapak sama Ibu untuk menjaga anak-anak," kata Tari mencoba bernegosiasi. Dia, hanya perlu sedikit waktu untuk melayani suaminya. Menata jantung yang terus saja bertalu."Anak-anak sudah dibawa ngungsi sama Mas Radit. Di rumah ini tinggal kita berdua, Sayang. Mas sudah nggak sabar menantikan hari ini, apalagi melihat wajah cantikmu. Mas semakin nggak kuat menahannya." Andrian mulai melancarkan rayuan ke

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   116. Harus Berhasil

    Happy Reading*****Siang berlalu dan berganti sore. Sudah tidak ada tamu lagi di rumah Radit. Namun, ketiga buah hati Andrian dan juga ponakannya Tari tidak mau beranjak dari kamar pengantin. Mereka memonopoli perempuan yang baru saja menjadi istri Andrian.Sekarang, keempat anak-anak itu malah tidur di ranjang dengan Tari di tengah. Andrian yang duduk di sofa depan tempat tidur menatap malas pada anak-anak tersebut."Kenapa selalu saja ada gangguan saat aku ingin berduaan dengan istriku. Radit sama Haura memangnya nggak nyariin anaknya? Enak sekali mereka berdua. Bukan mereka yang jadi pengantin, tapi malah mereka yang berduaan," gerutu Andrian.Matanya mengawasi anak-anak dengan sangat iri karena mereka bisa tidur dipeluk oleh Tari. Jengkel dengan keadaan di kamarnya, Andrian keluar tanpa pamit pada sang istri. Turun, di ruang keluarga, terlihat Radit dan juga Ibrahim tengah berbincang, entah membahas apa. Andrian pun berniat untuk bergabung daripada suntuk memikirkan malam pertama

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status