Share

Bab 65. R.A

Author: Miarosa
last update Last Updated: 2025-08-06 23:43:03

Perkataan Adeline seperti racun manis yang menyusup pelan-pelan ke pikiran Harika. Kata-katanya mengendap, membekas, memancing keraguan yang sebelumnya tak pernah muncul. Ia duduk terpaku di kursinya, menatap layar laptop yang tak lagi bisa dibaca, jemarinya berhenti mengetik. Suara-suara di kantor terdengar seperti gema jauh yang tak bisa ia pahami.

"Nostalgia itu jebakan manis untuk luka lama."

Padahal Erwin tak pernah membuat luka.

Pikiran itu membuat dadanya bergetar. Ia memijat pelipis. "Jangan termakan omongan Adeline, jangan termakan," gumamnya pelan, tapi ragu.

Sementara itu di ruangannya, Alister berdiri mematung di depan jendela, memandangi bayangan Harika dari balik kaca.

Ia melihat Harika tak lagi ceria seperti tadi pagi. Tidak ada senyum. Tidak ada gumaman lagu seperti biasanya. Ia tahu itu pertanda buruk dan entah kenapa rasa kesal terhadap Erwin merambat menjadi sesuatu yang lebih tajam, kecemasan.

Alister tahu Erwin bukan pria biasa. Terlalu sopan. Terlalu ‘tepa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 71. Sekeping Harapan

    Ponsel Harika kembali berbunyi, kali ini dari nama yang membuat matanya sedikit berbinar, Fenny."Harika, aku baru lihat berita." Suara Fenny di ujung telepon terdengar cemas. "Aku nggak percaya semua omong kosong itu. Aku kenal kamu. Kamu nggak mungkin sekejam itu."Harika mengedip cepat menahan air mata. "Fenny, terima kasih! Kalau aku nggak sedang duduk, mungkin aku sudah jatuh karena lega dengar itu."Fenny terkekeh tipis, mencoba meringankan suasana. "Jangan drama, nanti orang rumah kaget Yang penting kamu kuat ya."Harika mengusap hidungnya. "Tenang, aku kuat kok. Aku bahkan mau bikin es teh di tengah hujan supaya flu ini dapat teman."Tawa kecil Fenny pecah. "Kamu memang Harika dan tidak berubah."Harika tersenyum kecil. "Kalau aku berubah, nanti kamu susah kenal aku lagi."Fenny terdiam sejenak di ujung sana, lalu suaranya terdengar lebih lembut. "Harika, dengar aku baik-baik! Apapun yang mereka bilang di TV, itu nggak akan mengubah cara aku lihat kamu. Kamu tetap Harika yang

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 70. Nama Yang Tersiar

    Suara televisi di ruang keluarga terdengar samar, awalnya hanya menjadi latar dari obrolan santai Ratih dan Yudhistira sambil menyeruput teh pagi. Harika duduk di sofa, jemarinya memainkan remote, mencari saluran berita. Tiba-tiba layar menampilkan headline besar berwarna merah."Kasus Panti Asuhan Cempaka 15 Tahun Lalu. Pelaku Diduga Harika Putri Ayyara"Gambar yang muncul berikutnya membuat napas Harika tercekat, foto lamanya saat berusia sekitar 10 tahun diambil di depan panti asuhan dengan mata sayu dan rambut acak-acakan.Ratih spontan menegakkan tubuh. "Astaga, ini apa-apaan?!"Yudhistira memegang bahu istrinya, tapi sorot matanya gelap menatap layar. Reporter di televisi mulai membacakan kronologi, suara tenangnya justru membuat kata-kata itu terdengar seperti palu godam."Berdasarkan dokumen dan kesaksian baru yang diterima redaksi, sumber menyebutkan bahwa seorang anak perempuan bernama Harika Putri Ayyara adalah pelaku insiden tragis yang menewaskan dua penghuni Panti Asuhan

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 67. Kebenaran Yang Berbalik

    "Kalau Erwin benar-benar berniat melukai Harika, aku tidak akan tinggal diam.""Alister." Reza mencoba menahan, tapi Alister sudah berbalik, langkahnya cepat menuju pintu.Gerimis yang mengguyur Menteng terasa dingin, tapi dada Alister jauh lebih dingin. Di dalam kepalanya, Erwin, pria yang kini ia tahu bukan sekadar pegawai bermuka manis. Mobilnya melaju menembus malam, lampu jalan berganti cepat di kaca depan. Jauh di lubuk hati ada amarah yang perlahan berbaur dengan rasa takut. Bukan hanya karena Erwin menyimpan dendam, tapi karena Harika sama sekali tidak tahu bahwa masa lalunya kini menjadi senjata yang diarahkan padanya.Keesokan paginya, Harika meneguk susu hangatnya perlahan. Pikirannya masih mengawang pada ucapan ibunya kemarin. Adeline menginap di kamarnya."Apa Adeline bilang sesuatu ke Ibu?" tanya Harika akhirnya.Ratih menggeleng. "Tidak banyak hanya bertanya tentang masa kecilmu. Panti asuhan itu dia sebut-sebut. Ibu pikir dia hanya ingin tahu saja, tapi kami tidak memb

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 68. Harika

    Pagi harinya, aroma roti panggang dan telur orak-arik menyambut Harika ketika ia turun ke lantai bawah. Dingin Bandung menyelinap dari sela jendela, tapi kehangatan dari meja makan cukup membuat suasana jadi lebih nyaman.Yudhistira duduk membaca koran sambil menyeruput kopi dan Ratih sedang menuang susu ke gelas Harika."Selamat pagi!" sapa Ratih sambil tersenyum lembut."Pagi, Bu, Pa," sahut Harika sambil menarik kursi dan duduk."Kamu tidur nyenyak?" tanya Yudhistira, menurunkan koran."Lumayan. Banyak pikiran sih, tapi kayaknya aku lebih tenang."Ratih menyodorkan piring berisi roti dan telur. "Makan yang banyak. Kamu pasti capek setelah perjalanan kemarin."Harika mulai menyantap sarapannya, matanya melirik ibunya yang duduk di hadapannya. Ada sesuatu yang belum terucap dari sorot matanya."Ada yang mau Mama omongin," ujar Ratih akhirnya, suaranya pelan nyaris seperti bisikan.Harika berhenti mengunyah. "Apa, Bu?"Ratih bertukar pandang sejenak dengan Yudhistira, lalu kembali men

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 67. Anak Lelaki Di Tepi Danau

    Akhir pekan tiba dan Harika tahu satu-satunya cara agar pikirannya berhenti dihantui adalah menuntaskan misteri ini sendiri. Ia memesan tiket kereta pagi ke Bandung tanpa memberitahu siapa pun di kantor, bahkan Alister.Perjalanan terasa panjang meski hanya beberapa menit. Sepanjang jalan, Harika memandangi hujan yang turun perlahan di luar jendela kereta seperti kenangan yang kembali turun satu per satu.Setibanya di Bandung, udara lebih dingin dan segar dari Jakarta. Ia naik taksi menuju rumah orang tuanya di kawasan Dago Atas, tempat yang selalu terasa aman, tapi kali ini, ada ketegangan yang menyelinap dalam setiap langkah menuju pintu rumah.Ibunya, Ratih, membuka pintu. Wajahnya terkejut melihat Harika berdiri di ambang."Ka-kamu nggak bilang mau pulang," gumam Ratih.“Kalau aku bilang, Mama pasti akan bilang jangan," jawab Harika datar. "Aku butuh penjelasan. Sekarang."Ratih diam. Dari balik ruang tamu, Ayahnya, Yudhistira, muncul. "Harika?" suaranya pelan."Aku cari tahu tent

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 66. Villa Cempaka

    Malam telah jatuh sempurna di langit Jakarta. Hujan rintik masih mengetuk jendela kamar Harika saat ia menatap langit-langit dalam gelap. Selimut sudah membungkus tubuhnya, tapi pikirannya masih liar, tak bisa tenang. Pelupuk matanya akhirnya berat. Ia menyerah pada kantuk dan masuk ke dalam mimpi yang seolah membuka pintu ke masa lalu yang terkubur.Dalam mimpinya, Harika berdiri di tengah pekarangan sebuah villa tua. Langit di atasnya kelabu, aroma tanah basah memenuhi udara. Papan nama tua yang tergantung di gerbang besi terbaca samar:“Villa Cempaka.”Ia kecil. Rambutnya dikepang dua. Pakaian lusuh dan kakinya telanjang di tanah basah. Ada suara anak laki-laki berteriak dan tiba-tiba rasa sakit menghantam pipinya.Harika kecil jatuh ke tanah. Seorang anak laki-laki, mungkin dua atau tiga tahun lebih tua darinya menatapnya dengan mata membara. Ia berteriak, penuh amarah, dan memukul lagi."Aku benci kamu!"Harika meringkuk, mencoba menutupi wajahnya, tapi pukulan datang lagi, lalu…

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status