Share

Sekretaris Pribadi Bos Duda
Sekretaris Pribadi Bos Duda
Penulis: Henya Firmansyah

Aku Sekretaris

#SekPri

Sekretaris Pribadi 1

Aku sekretaris

“Pak … Pak … tunggu!!”jeritku.

Dengan menggendong bayi delapan bulan di pinggang dan menenteng sepatu high heels milikku, aku berlari mengejar mobil Fortuner hitam milik Boss-ku.

Tapi, sepertinya Fortuner itu sengaja tancap gas meninggalkanku! Huuh, aku mendengus kesal. Boss somvlak, aku ini mau ikut meeting, malah disuruh momong! Hihh, aku membanting sepatuku!

Aku berjalan kembali memasuki hotel, di daerah puncak ini, bertelanjang kaki.

“Mbak, minta kunci dong,” kataku pada resepsionis hotel.

Masih dengan menggendong baby di pinggang, aku memasuki kamar lagi. Kesal rasanya.

Pantesan aja, dulu waktu wawancara di perusahaan ini, pertanyaannya aneh.

“Mbak Lovy, bisa bikin susu?”

Hah?

Aku melongo.

Aku kan melamar sekretaris, kenapa ditanya bikin susu?

“Susu apa ya, Pak?” tanyaku pada manager HRD itu. Nggak jelas soalnya.

“Susu bayi, mbak.”

“Susu Formula, seperti SG* gitu?”

“Iya, betul.” Pak Darman, manager HRD itu mengangguk.

“Bisa dong Pak, kan ada petunjuknya.” Jawabku, tersenyum.

“Bagus.” Pak Darman, bergumam.

“Mbak Lovy, suka anak kecil?”

“Suka banget, Pak.” Aku mengangguk. Memang aku suka anak kecil. Suka jahilin mereka maksudnya.

“Tapi, di sini disebutkan status mbak Lovy, masih single.” Pak Darman menunjukkan curriculum vitae milikku.

“Memang saya single, Pak. Tapi saya punya beberapa keponakan yang masih kecil kok.” Aku mengangguk.

Pak Darman, tersenyum lebar. Aku ikut tersenyum, gaje. Aku nggak tahu, dia tersenyum karena apa, tapi aku ngikut saja, biar dikira ngerti.

“Selamat, anda diterima jadi sekretaris Pribadi direktur.” katanya.

Lho?!

Maksudnya apa nih? Kok nggak di wawancara pakai bahasa inggris gitu, atau di tes kemampuan akademisku? Gitu aja, di tanya cara bikin susu terus keterima? Gampang banget. Sungguh beruntungnya aku.

Pak Darman berdiri dan mengulurkan tangannya, aku menyambutnya.

Setelah bersalaman, sekretaris Pak Darman mengajakku ke ruangan tempat aku bekerja. Aku menjadi sekretaris Pribadi direktur muda, Pak Alexander namanya.

Owekk Owekk…

Baby Azka menangis, aku menoleh. Kupandangi wajah baby Azka, mana mukanya mirip banget lagi, sama Boss Alex! Nyebelin.

Sudah jam dua belas siang, waktunya baby Azka makan. Aku menggendongnya lagi, kuajak masuk ke kamar Papanya, untuk mengambil tas bayi disana.

Pantas saja, kemaren Pak Alex memilih kamar yang ada pintu konekting-nya.

“Lho Pak, kok kamarnya ada pintu konekting-nya?” Protesku pada Pak Alex. Sore kemaren, waktu rombongan dari kantor kami check-in.

“Gapapa Vy, pintu itu Cuma bisa dibuka dari kamarmu. Aku nggak bakal ganggu kamu.” Katanya kemaren.

Ternyata oh ternyata, aku tertipu! Connecting door ini, gunanya untukku mengambil perlengkapan baby yang ada di kamarnya, semprul! Aku mengumpat sendiri.

Kuambil makanan bayi dari tas itu, lalu aku membuatnya. Sambil menggendong baby Azka, aku menyuapinya. Mau nangis rasanya, aku ini sekretaris, bukan tukang momong whuaaa .…

Untung baby Azka, makannya gampang. Setelah memberinya air putih dan membersihkan mulutnya, aku mengeloni baby Azka supaya tidur.

Sudah hampir jam dua, Boss Alex belum pulang juga. Baby Azka sudah tidur. Aku mulai bosan dan mengantuk. Hingga tak terasa akupun tertidur.

Entah jam berapa aku terbangun. Sudah sore rupanya. Dimana baby Azka, aku tidak melihatnya disampingku, Hah?!

Aku segera bangkit dan berlari ke kamar Papanya.

‘'Azka?” aku memanggil pelan.

Sebuah pemandangan mengharukan, kulihat di depanku.

Boss Alex, sedang mengusapkan minyak telon di badan baby Azka. Kemudian, dengan sabar, dia memakaikan baju untuk Azka. Rupanya Pak Alex juga sudah memandikan baby-nya.

Aku berdiri terdiam di depan pintu konekting ini. Seribu tanya ada di benakku.

Di mana istrinya??

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status