Share

Momong Lagi

#SekPri_

Sekretaris Pribadi 2

Bab 2

Momong lagi

Ini minggu kedua, aku kerja sebagai sekretaris di perusahaan property milik Pak Alex itu.

Tapi, seminggu kemaren, aku belum bisa maksimal mengerjakan tugasku. Semua gegara Boss Alex, yang selalu mengakali aku, supaya momong anaknya, huh.

Tapi kali ini, aku akan menolak! Aku bukan tukang momong, aku ini Sekretaris Pribadi direktur. Apapun yang terjadi, hari ini aku mau ikut meeting direksi.

Memoles lipstick warna cerah di bibirku, sempurna sudah penampilanku. Sepatu high heels, blazer item, rok pendek item, scarf bermotif abstrak, begini nih, penampilan sekretaris pribadi direktur, nggak malu-maluin, keren, cantik, elegan. Apa lagi Boss Alex ganteng, putih, tinggi, uhuyy bingit. Aku senyam-senyum sendiri, membayangkan wajah Boss Alex.

Setelah mengunci pintu kamar kos, aku berjalan ke depan, menunggu ojol yang sudah kupesan. Kalau berangkat ke kantor, enak pakai ojol. Jarang kejebak macet, lewat jalan tikus juga bisa.

*

Sampai kantor, aku langsung masuk ruangan Pak Alex. Kurapikan mejanya dan menyemprotnya dengan pengharum ruangan, biar lebih fresh.

Pagi ini, jadwal Pak Alex adalah meeting internal dengan divisi keuangan dan pembelian.

Aku sudah menyiapkan berkas penting, yang harus dibawa Pak Alex. Juga aku sudah menyiapkan peralatanku. Aku bertekad mendampingi Pak Alex, di meeting pagi ini. Aku kan Sekretarisnya, biar semua divisi manager pada kenal.

“Pagi, Vy.”

Pak Alex, sudah datang dan memasuki ruangan.

“Pagi juga, Pak.” Jawabku semangat.

Pak Alex, melihat penampilanku sebentar, kemudian menganggukkan kepalanya. Ah, berarti penampilanku oke nih, si Boss sampai melirik.

“Mau dibuatin kopi, Pak?”

“Nggak usah, udah ngopi tadi di rumah.” Pak Alex menggeleng.

“Oh, sudah ada yang bikinin ya?”

Pak Alex, melihatku sekilas.

“Mama saya, nginep di rumah, dari kemaren.”

“Kirain, dibuatin istrinya, Pak.”

Pak Alex melihatku agak lama. Aku ketawain aja. Emang ada yang salah? Kan bener, istrinya yang harusnya bikinin dia kopi, masak ibunya sih?

“Bacain jadwal saya, Vy.” Titah Boss Alex.

Siap, ini baru pekerjaan sekretaris, nyiapin jadwal direktur. Bukan momong.

“Pagi ini, ada internal meeting dengan divisi accounting dan purchasing. Lanjut dengan ketemu Ibu Sella dari Bank anu, habis istirahat siang, ada jadwal tinjau ke proyek ruko.”

Aku membacakan semua jadwal Pak Alex, dengan percaya diri. Sudah menyiapkan mentalku, untuk mengikuti kemana pun Boss Alex pergi. Termasuk meninjau proyek. Aku kan sekretaris professional. Hmm.

“Mana, laporan dari accounting?” Tanya Boss Alex.

“Ini, Pak.”

Aku memberikan dua bendel file kepada Alex. Satu dari bagian keuangan dan satu lagi dari pembelian.

“Back up-nya sudah ada di laptop bapak, kemaren saya salin ke situ.” memberikan laptop Pak Alex, sekalian flashdisk-nya.

Pak Alex membuka laptop dan memeriksa sebentar, ck! Kudengar mulutnya berdecak.

“Aduh, Vy, datanya bukan yang ini. Ada di flashdisk yang satu lagi, ketinggalan di rumah,” Kata Pak Alex, dia tampak menghela nafas dan melihat arlojinya.

Sudah hampir jam sembilan, sementara langkah kaki orang purchasing dan accounting menuju ruang meeting di sebelah ruangan Pak Alex, sudah terdengar.

“Jadi gimana, Pak?” tanyaku.

“Saya handle meeting dulu, kamu ambil di rumah saya. Saya tunggu segera di ruang meeting.” Pak Alex memberi perintah. Setelah itu Pak Alex langsung berdiri dan keluar ruangan.

“Suruh antar supir aja Vy, biar cepat. Saya tunggu.”

“Iya, Pak.”

Setelah menaruh berkas di ruang meeting untuk Boss Alex, aku segera berlari ke luar. Aku Suruh Pak supir ngebut pulang ke rumah Pak Alex. Aku takut terlambat, file itu pasti sangat penting. Terlihat Pak Alex, sampai menyuruhku mengambilnya.

Ting tong

Ting tong

Suara bunyi bel rumah Pak Alex, yang kupencet berkali-kali, terdengar.

Tapi kok sepi, kek nggak ada orang? Aku tengak-tengok dari jendela.

Ting tong

Kupencet lagi belnya. Terdengar suara langkah mendekat tergesa-gesa dan suara tangis bocah. Itu baby Azka yang menangis.

Seorang ibu tua, sepertinya ART membukakan pintu. Dia menggendong Azka, yang menangis berteriak kencang.

“Kenapa Azka, bik?” tanyaku.

“Nggak tau ini Non, daritadi rewel terus. ART itu tampak kewalahan. Dia berusaha memasukkan dot ke mulut Azka yang rewel. Azka tambah mengamuk.

“Sini, coba sama saya.”

ART itu mengangguk dan memberikan dot Azka padaku.

“Azka, sini minum dot sama tante.” Ku ulurkan tanganku. Azka yang melihatku, segera mengulurkan tangannya juga.

Kugendong baby Azka, dan mengajaknya duduk diruang tamu sambil minum susu dotnya. Kupikir sebentar ini, sampai susu dotnya habis, aku akan segera kembali ke kantor.

“Kalau gitu, bibik permisi nyuci sebentar ya, Non.” Bibik itu pamit kebelakang. Aku mengangguk.

Susu dot Azka sudah habis. Dia juga sudah tidak menangis. Aku berjalan memasuki rumah Boss Alex, mencari bibik tadi.

“Bik, ini Azka, saya mau balik ke kantor.” Kuserahkan Azka kepada bibik.

Diluar dugaanku, baby Azka, tidak mau turun dari gendonganku! Tangannya menggelayut kuat di leherku. Baby Azka menangis kencang lagi, aduuh gimana nih?

“Bik, ambil paksa aja,” Kataku pada bibik itu.

Tapi baby Azka malah mengamuk, mencengkeram kemejaku dan menariknya hingga melorot semua. Wah kacau!

“Azka nggak mau, Non.” Bibik itu masih berusaha mengambil Azka. Azka tetap tidak mau, tangisnya semakin keras, dan mulai memukuli bibik.

“Gimana dong bik, ini saya ditunggu sama Pak Alex,” Kataku mendelik.

Terlihat sudah jam sepuluh, pasti meeting-nya sudah separuh jalan. Padahal flashdisk-nya masih di rumah, bakalan ngamuk nih, Boss Alex.

“Bibik nggak tau, Non, telephon saja Pak Alex.”

Hhh, akupun segera mengambil ponsel dan menelepon Pak Alex.

“Hallo Pak.” Aku berteriak ngomongnya, soalnya suara tangis baby Azka, kencang banget.

“Iya, Vy, gimana?” suara Pak Alex, dari dalam telepon.

“Maaf Pak, saya terlambat, ini baby Azka nggak mau turun dari gendongan.”

“Itu Azka nangis ya?”

“Iya, Pak, Azka ngamuk.”

“Ya sudah gapapa.”

“Tapi Pak, flashdisk-nya gimana?”

“Oh itu, nggak jadi Vy, ternyata sudah ada file juga di laptop saya. Nggak penting lagi, meeting-nya juga udah mau selesai. Tolong kamu jaga Azka dulu ya.”

Pak Alex, mematikan sambungan telephon.

Lhoh?!

Jadi, flashdisk-nya nggak penting? Ngapain aku disuruh ke rumahnya?

Aku melihat baby Azka yang sudah berhenti mengamuk dan menangis ini. Dia tertawa-tawa, wajahnya mengingatkanku pada seseorang yang saat ini ingin ku timpuk pakai sepatu! Hihh.

Huhuuhu, dikerjain aku, jadi tukang momong lagi, whuaaa ….

Aku benci kamu Alex!

*

Flash back Alex*

Setelah menyuruh Lovy pergi ke rumahnya mengambil flashdisk penting. Alex melihat CCTV rumahnya, yang terhubung dengan laptop-nya.

Benar saja, terlihat baby Azka masih menangis dan mengamuk. Tak lama Lovy datang.

Dugaan Alex benar, Lovy langsung mengambil Azka dan menenangkannya. Alex tersenyum sendiri.

“Kena kau, Lovy hehe.”

Setelah memastikan Azka sudah tenang bersama Lovy, Alex segera memasuki ruang meeting dan langsung memimpin.

Sebetulnya, Alex sudah tahu, kalau dari tadi pagi, Azka sudah rewel.

Flash back off*

Bersambung

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Setya Radja
hahahaha bos bos
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status