Share

Nggak ada yang sayang aku

#SekPri_

Sekretaris Pribadi 6

Bab 6

Nggak ada yang sayang aku

“Ma, mau nitip Azka."

Alex, hari ini datang lagi ke kantor mamanya lagi sambil menggendong baby Azka. Kebetulan aku sedang berdiskusi dengan bu Susan di ruangannya.

Bu Susan, tampak menghela nafas. Dia menatap Alex dan Azka.

“Bukankah sudah ada baby sitter, Alex?”

“Baby sitter itu, seperti sedang sakit gatal, Ma, tangannya merah-merah gitu. Kasihan Azka kalau ketularan.” ucap Alex. Huh! Alasan saja! Bibirku mencebik.

“Mama hari ini sebenarnya banyak kerjaan Lex, nanti Mama mau keluar ketemuan sama ketua assosiasi distributor.” Bu Susan menatap Alex.

Alex diam saja.

Serba salah jadinya. Aku tahu, target Alex adalah aku. Iya, dia sebenarnya ingin menitipkan Azka padaku, tapi dia sungkan dengan Bu Susan, Mamanya. Dia pikir aku bodoh apa nggak tahu modusnya?

Aku langsung berdiri, biarlah aku kerja nyambi momong. Memang dasar Alex ini, Papa songong.

“Sini, Azka duduk sama tante Ovy.”

Aku mengambil Azka dari gendongan Alex tanpa melihat Duda itu. Tapi aku tahu, mata Alex menatapku. Bodo amat, nggak usah tebar pesona. Aku nggak bakal terpesona sama Duda ini. Aku sudah punya kekasih.

“Makasih ya, Vy.”

Kudengar Alex berkata pelan. Bu Susan menggelengkan kepalanya.

“Maaf, ngrepotin kamu terus ya, Lovy,” Kata Bu Susan.

“Gapapa, Bu. Ini tugasnya nanti saya kerjakan yang urgent dulu ya, Bu. Yang lain nanti bisa saya susulkan.”

Bu Susan mengangguk. Sambil menggendong baby Azka, aku memberesi berkas di atas meja Bu Susan.

“Sini, aku bantu Vy.”

Alex membantu membawakan berkas-berkas itu. Menggendong baby Azka di pundak, lalu aku berjalan keluar menuju ruanganku sendiri. Alex mengikutiku dari belakang. Langkahku cepat.

Sampai depan pintu ruanganku, aku berhenti. Alex ikut berhenti.

“Papa berangkat kerja dulu, ya, Azka.”

Alex berpamitan dengan anaknya. Baby Azka tampak bersemangat, dia melonjak-lonjak.

“Kiss Papa.”

Alex bermaksud mencium baby Azka yang ku gendong berdiri di pundakku. Tapi baby Azka rupanya terlalu senang, dia melonjak-lonjak dan tertawa menjerit jerit. Entah saking kuatnya melonjak, kepala baby Azka, terdorong ke belakang sendiri. Otomatis, bibir Alex yang sudah maju, langsung nyosor ke pipiku!

“Aw!”

Aku menjerit kaget. Mataku mendelik. Wajahku langsung panas, memerah. Begitu juga Alex. Dia tampak terkejut dan melangkah mundur.

"N_maaf, Vy, nggak sengaja," katanya dengan gugup.

Hhh, aku menelan ludah. Nafasku langsung menjadi cepat, antara malu dan marah. Merebut berkas milikku dari tangan Alex, lalu aku bergegas masuk ke ruangan bersama Azka.

Sialan!

Duda itu menciumku!

Aku segera mengelap pipiku dengan telapak tanganku. Kamvret!

*

[Bara, nanti sore jemput aku, ya?]

Kukirim pesan WA kepada Bara, pacarku. Supaya dia nanti sore menjemputku pulang kerja.

[Y]

Cuma satu huruf balasannya. Nggak niat banget. Kadang aku kesal sama dia. Aku udah ngetik banyak, jawabnya nggak niat. Tapi aku maklum, mungkin Bara lagi ada kuliah.

[Jangan lupa lho ya]

[Y]

Jawabannya sama, cuma satu huruf. Aku membuang nafas. Nulis ‘Iya sayang' gitu apa nggak bisa?

Setelah menidurkan Azka, aku dengan cepat mengetik beberapa surat yang tadi di perintah bu Susan.

Hhh, capek juga kerja sambil momong. Aku merentangkan kedua tangan mengeliat sebentar. Baby Azka sudah bangun rupanya. Menutup laptop-ku dan menggendong lagi baby Azka.

Sudah jam empat, aku segera membawa Azka ke ruangan Bu Susan. Aku mau pulang.

“Hallo, Azka … “ Bu Susan berdiri dan mengambil Azka dariku.

“Bu, saya pulang dulu, ya” pamitku. Bu Susan mengangguk.

Segera aku berjalan ke luar kantor. Di pintu gerbang masuk pabrik, aku melihat mobil Alex mau masuk. Aku menunduk, pura-pura nggak lihat. Aku masih malu dengan kejadian tadi pagi.

Dengan cepat aku berjalan ke halte terdekat. Aku sudah menyuruh Bara untuk menjemputku di sana. Jam lima sore, sudah lebih dari setengah jam aku duduk disini menunggu Bara. Kenapa belum datang juga?

Kulihat awan hitam bergelayut di langit. Sebentar lagi mau hujan. Kilat tampak berkejaran di langit. Suasana menjadi lebih gelap.

Aku segera menelepon Bara. Ada nada sambung, tapi tidak di angkat. Mungkin Bara masih dalam perjalanan, positive thinking aja.

Byurrr

Tanpa aba-aba, seketika air hujan datang seperti di tuangkan dari langit. Untung aku sudah di halte. Sudah jam setengah enam lebih. Suasana semakin gelap. Aku sendirian di halte ini.

Drrt drrt

Sebuah pesan masuk di ponselku. Pesan dari Bara.

[Masih hujan]

Hheh, aku menghela nafas. Tadi sebelum hujan, dia ngapain aja.

Duh, udah gelap banget mana hujan semakin deras. Aku melipat kedua tangan di dada. Rasanya dingin banget.

Sebuah mobil berwarna hitam mundur pelan mendekati halte ini. Jendelanya terbuka. Alex, dia bicara sesuatu, tapi aku tidak dengar karena terhalang suara hujan deras. Tapi dari gerakannya, sepertinya dia menyuruhku masuk ke mobil.

Aku berdiri diam. Alex kembali melambaikan tangannya. Lebih baik aku ikut dia aja, dari pada sendirian di sini ngeri.

Dengan menaruh tas di kepala aku melindungi diri dari derasnya air hujan yang mengguyur. Berlari ke mobil Alex aku membuka pintu dan masuk. Huh, lega rasanya. Alex menolehku.

"Ngapain di situ sendirian?" Tanyanya setelah aku duduk. Tidak kujawab. Alex menjalankan mobil.

“Aku antar kamu pulang.” Alex berkata datar. Aku menjawab dengan anggukkan.

“Tapi ke rumahku dulu.” Kata Alex.

“Ah, nggak mau!” aku langsung menolak.

Kalau ke rumahnya dulu, ntar di lama-lamain lagi. Ntar aku di suruh bikinin dia minum, nyiapin makan, nunggu dia mandi, ah nggak mau!

Tapi Alex bergeming. Sampai di perempatan, Alex membelokkan mobil ke kiri. Aku mendelik, rumahku arah kanan soalnya.

“Alex, rumahku ke sana!” Aku menunjuk arah sebaliknya. Alex diam saja. Brengs*k, pura-pura budeg nih orang.

“Alex, berhenti!” teriakku marah.

Aku menarik tangan Alex yang sedang menyetir. Alex kaget, dia menepiskan tanganku. Kemudian,

Ciiittttt (suara rem mobil berdecit)

Alex mengerem mendadak mobilnya, aku sampai terdorong ke depan sedikit. Alex melotot padaku. Di tariknya tanganku, hingga badanku mendekat padanya.

“Bisa ngomong pelan nggak sih? Azka lagi tidur!” membentak.

Aku melihat ke jok belakang, ya Allah, ada baby Azka lagi tidur nyenyak di jok belakang. Ku pikir tadi, Azka pulang dengan Bu Susan.

“Kamu mau turun? Turun sana cepat!” Alex mengusirku.

Aku mengangguk lalu membuka pintu mobil. Derasnya air hujan, langsung menyapa tapi, aku harus turun. Gengsi dong, udah disuruh turun sama yang punya mobil.

Dengan nekat aku turun dan berlari ke trotoar dalam guyuran hujan. Mobil Alex segera tancap gas meninggalkanku.

Huhuuhu, aku menangis sambil menyentakkan kakiku menendang air hujan. Sebel!

Hujan sangat deras, aku berjalan sendirian di gelap malam. Bajuku basah kuyup, badanku kedinginan.

Kenapa hari ini, aku sial sekali. Nggak Alex, nggak Bara, kenapa tak ada yang sayang padaku? Huhuuhu

Entah berapa lama aku berjalan sambil menangis. Sebuah mobil berjalan pelan di sampingku. Aku menoleh, mobil Alex. Ngapain dia balik lagi.

Aku mempercepat langkah. Melirik ke samping, mobil Alex masih tetap mengikuti. Lebih baik aku lari saja!

Bruug!

Seperti suara pintu mobil dibanting membuatku menoleh ke belakang. Alex turun dari mobil dan mengejarku. Mau apa Duda songong itu, kenapa hujan-hujanan mengejarku? Kenapa jadi film India huhuhu.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status