Danial kehilangan fokusnya hari ini. Jam sudah menunjukan pukul sebelas siang, satu jam lagi memasuki waktu makan siang namun ia belum menyentuh pekerjaannya sejak mendudukan diri di kursi kebesarannya. Kepala Danial di hantuin oleh banyak hal, garis berasnya adalah Rhea. Sudah lama dia tidak menemui wanita itu. Jangan ditanya sudah berapa banyak kepingan rindu yang terkumpul di hati Danial. Tidak cukup disiksa oleh rindu, kini muncul masalah baru. Cleo yang mulai terang-terangan menunjukan perasaannya kepada Rhea yang sudah lama terpendam. Tidak pernah terlintas dipikiran Danial kalau Cleo sungguh-sungguh dengan perasaannya. Dulu, semua pujian Cleo akan Rhea tidak pernah Danial anggap serius, namun ternyata Danial salah memahami maksudnya selama ini. Tadi pagi, Cleo berterus terang kalau dia benar-benar ingin memperjuangkan Rhea. Jangan tanyakan bagaimana respon Danial, ia langsung meludahi Cleo lewat tatapannya, memandang Cleo seakan pria itu pengkhianat yang menjijikan. Kalau sa
"Namanya Nathan, aku bisa meminta dia untuk mengatur hari jika kau ingin bertemu dengannya." Isabell menunjukan sebuah foto pria di layar ponselnya. Rhea pandang lamat-lamat wajah pria itu, tampan dan tampak berusia di awal kepala tiga. Memang sih kelihatannya masih muda, tapi Rhea tidak yakin jika pria itu masih melajang. "Berapa usianya?" tanya Rhea seraya menatap Isabell. Untuk beberapa detik Isabell terdiam, mengalihkan pandangannya ke Rayn sebelum dengan ragu ia mengeluarkan suaranya lagi. "Tiga puluh tahun," jawabnya ragu. Isabell menjepit bibirnya saat melihat reaksi Rhea yang menghembuskan napas jengah. Dengan reaksi seperti itu, sudah pasti Rhea akan menolak untuk dikenalkan dengan Nathan. "Tidak untuk yang ini," kata Rhea. Walaupun selisih umur mereka hanya dua tahun, tapi Rhea tidak pernah kepikiran untuk berkencan dengan pria yang lebih muda darinya. Rayn menundukan pandangannya mendengar jawaban sang kakak, dari awal ia memang tidak berharap banyak untuk hal ini. "Ap
"Doamu terkabul."Tawa menggelegar milik Cleo menggema usai Rhea membuka suaranya, "Jadi, kencanmu gagal?" tanyanya dengan nada mengejek.Rhea mencibir kecil, ia tidak tersinggung sama sekali dengan Cleo yang menertawakannya. Karena nyatanya memang seperti itu, kencannya dengan Nathan gagal total."Ya, gagal total!" tegasnya membuat Cleo semakin tertawa puas. Tidak sia-sia pria itu berdoa pagi-siang-malam agar kencan Rhea gagal. Tuhan memang tidak pernah tidur, doa Cleo benar-benar dikabulkan secara instan!Sesuai rencana yang sudah ditetapkan, kemarin Rhea bertemu dengan Nathan. Lelaki itu baik dan memiliki aura positif, Rhea bahkan langsung menyukai kepribadiannya di hari pertama mereka bertemu. Dan sepertinya Nathan pun begitu. Lelaki yang berprofesi sebagai Dokter muda itu langsung menawarkan Rhea sebuah hubungan yang jelas di masa depan, namun Rhea meragu. Tentu, walaupun Nathan pria idaman, tapi Rhea butuh waktu untuk lebih mengenalnya. Sayangnya, kegigihan Nathan langsung sirna
Sudah hampir satu jam Rhea merendamkan tubuhnya didalam bathtub. Entah sudah berapa banyak tetesan air matanya yang jatuh dan menyatu dengan air rendaman. Tanpa alasan yang pasti, Rhea merasa begitu hancur usai pertemuannya dengan Danial beberapa jam lalu. Entahlah, Rhea hanya merasa begitu merindukan mantan suaminya, namun tidak bisa berbuat apa-apa selain memanipulasi dirinya agar terlihat semua baik-baik saja. Padahal tidak sama sekali. Rhea tidak baik-baik saja usai Danial memamerkan senyumannya. Pria itu bahkan tampak hidup dengan baik. Tidak seperti Rhea yang diam-diam rasa rindunya membuncah. Bunyi dering pada ponselnya yang cukup mengganggu saja tidak berhasil mengusik ketenangan Rhea saat ini. Untuk sekadar melihat siapa nama pemanggilnya, Rhea tidak tertarik. Ada puluhan panggilan tak terjawab dari Cleo di benda canggih itu. Dan dering yang baru saja berhenti adalah panggilan masuk dari kontak bernama Danial. Ting nong! Sepasang mata Rhea perlahan terbuka, samar telingan
Rhea mengulet dalam tidur, merasakan sebuah tangan melingkar dipinggangnya, perlahan wanita itu membuka mata dan tersenyum tipis. Seperti mimpi, namun ini adalah kenyataan berbalut dosa. Kenyataan kalau suami orang sedang tertidur diranjangnya tidak membuat rasa bahagia Rhea berkurang kadarnya.Tangan Rhea bergerak, membelai wajah Danial yang masih tertidur pulas. Mengapa begitu nikmat rasanya saat berbuat dosa? Rhea mendadak tidak peduli dengan hukum Tuhan, ia ingin egois dan membahagaikan dirinya untuk saat ini. Meski dengan cara yang salah.Wajah Rhea praktis menegang saat Danial membuka matanya dan tersenyum. Pemandangan indah ini, apa bisa Rhea lihat lagi setiap hari? Seperti dulu saat ia dan Danial masih menjadi sepasang suami istri."Pagi," ucap Danial seraya membubuhkan kecupan manisnya dibibir ranum Rhea.Bibir Rhea tertarik, tersenyum. "Pagi." balasnya.Danial mengambil napas panjang, ia menarik Rhea lebih dekat lalu memedamkan wajahnya dilekukan leher sang mantan istri. Men
"Maafkan aku," Danial menyadari ada kesalahan yang dia lakukan. Mungkin ucapannya yang tidak bermaksud untuk menyinggung itu tidak sengaja menyakiti hati Rhea."Pergilah..." lirih Rhea yang masih enggan untuk menatap Danial balik.Danial menghela napas pendek, sudut matanya melirik ke arah jam dinding. Ia harus segera pergi ke kantor, namun berat bagi Danial untuk pergi sebelum memperbaiki hubungannya dengan Rhea."Rhe..." panggil Danial sambil menaruh tangannya di pinggang ramping wanita itu. Membuat Rhea praktis menghentikan kegiatan mencuci piringnya, perlahan ia menoleh dan memberikan Danial sebuah tatapan jengah."Apa?" tanya Rhea dengan mengangkat sebelah alisnya. "Maafkan aku, ya?" ucap Danial, ia meraih telapak tangan Rhea yang kemudian dikecupnya mesra.Wanita mana yang tidak luluh hatinya jika diperlakukan manis seperti itu? Tidak heran kenapa saat ini Rhea tidak dapat menyembuyikan rona di pipinya. Sudut bibirnya pun ikut tertarik, tersenyum malu.Sudah berapa lama Rhea ti
Rhea terdiam menatap Gracia yang berdiri di depan pintu rumahnya detik ini. Setelah Danial, Cleo, lalu kini Gracia. Apa yang diinginkan mantan mertuanya itu?"Lama tidak bertemu, Rhea." Tanpa senyum Gracia berkata.Rhea yakin bukan Danial yang memberitahu alamat rumahnya ke Gracia, karena Rhea tahu hubungan Danial dan Gracia tidak begitu baik. Entah apa yang membuat Danial dan wanita itu memiliki konflik, Rhea tidak pernah tahu, dan tidak ingin tahu.Lalu, harus Rhea sambut apa kedatangan wanita yang sudah menghasut Danial untuk menceraikannya ini? Secara tidak langsung, Gracia lah yang membuat hubungannya dengan Danial selesai."Apa maksud kedatangan anda kemari, Nyonya Gracia?" meski Rhea mengatakannya sambil tersenyum, tapi Gracia seharusnya cukup peka dengan nada sinis yang tersirat dari suara Rhea saat ini.Tanpa mengatakan apapun, Gracia mendorong tubuh Rhea yang menghalangi pintu masuk lalu wanita itu melewati Rhea tanpa permisi. Rhea tercengang, ia mendengus tidak habis pikir.
Pagi ini Rhea kembali terbangun dengan senyum yang tersemat di bibirnya. Entah sudah berapa lama ia tidak merasa setenang ini ketika membuka mata. Rhea juga tidak ingat kapan terakhir kali ia tertidur dengan begitu nyenyaknya seperti tidur di dalam pelukan Danial seperti saat ini.Pemandangan wajah terlelap Danial membuat rasa malas Rhea untuk beranjak dari ranjang menyerang lebih lama. Rhea ingin seperti ini untuk waktu yang tidak terhingga. Ia ingin menikmati momen yang sudah lama ia rindukan suasananya. Pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya, matahari bersinar terik, angin berhembus sejuk, dan burung saling bersenandung di luar sana. Tapi, entah kenapa kehadiran Danial di ranjangnya membuat suasana menjadi lebih indah, dan jiwa Rhea merasa lebih tenang. "Menikmati ketampananku?" dengan mata yang masih terpejam Danial bersua. Membuat Rhea tertegun kecil lalu mencolek jahil pucuk hidung bangir Danial."Hmm... " Rhea mengangguk dengan bibir terkulum, "Sudah lama aku tidak menikma