Hari ini cukup melelahkan bagi Rhea karena Danial mengajaknya untuk menghabiskan waktu ke DisneySea. Keputusan Danial memilih DisneySea, karena di tempat ini lebih ditujukan untuk orang dewasa daripada anak-anak, seperti menikmati cocktail di lounge bergaya tahun 1920-an di atas kapal pesiar mewah. Tak hanya itu, wahana di DisneySea juga menarik, memiliki tema kelautan dengan tujuh pelabuhan mengesankan yang terinspirasi oleh tempat nyata dan legenda lautan termasuk American Waterfront, Mediterranean Harbor dan Mysterious Island yang unik dengan gunung berapi yang meletus. Meskipun lelah karena banyak wahana yang ia kunjungi, akan tetapi Rhea sangat menikmati perjalanannya hari ini.Lalu saat ini juga berlanjut ke Tokyo Skytree, di mana di tempat ini selalu menjadi salah satu tempat romantis paling populer di Tokyo. Sebagai menara tertinggi di dunia, pengunjung pertama-tama melintasi menara dengan lift khusus, hingga mencapai ketinggian antara 300 dan 400 meter. Saat ini Danial dan Rh
“Kau ingin kemana?” tanya Danial yang baru saja ingin melingkarkan tangannya pada pinggang wanitanya itu harus ia urungkan lantaran Rhea tiba-tiba saja menegakkan tubuhnya.“Mandi,” sahut Rhea sembari menyanggul rambut panjangnya membentuk sebuah cepolan di atas kepalanya.“Aku ikut, ya?” tanya Danial yang ikut menegakkan tubuhnya juga.“Tidak!” sahut Rhea dengan cepat. Menyadari ucapannya bisa membuat Danial merasa curiga lantas Rhea pun segera berujar, “maksudku jika kau ikut, pasti tidak hanya mandi, Iyal… aku lelah,” sambungnya dengan sorot mata yang memohon.Melihat itu tentu saja Danial tersenyum lembut, tangan kanannya naik mengusap pipi kanan Rhea. “Baiklah aku mengerti,” ujar Danial begitu halus. “Nikmati waktu berendammu, Sayang.”Rhea pun mengangguk, membalas senyuman Danial dengan senyuman tipisnya dan segera ia beranjak dari atas ranjang mereka menuju kamar mandi.Senyum manis Danial luruh bersamaan dengan pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Rahang pria itu tampak sedi
Pria itu pikir, dirinya sudah cukup meyakinkan wanitanya di malam itu. Akan tetapi, setelah keduanya kembali pulang, Rhea justru secara terang-terangan menegaskan untuk meminta jarak pada hubungan mereka saat ini. Wanitanya itu meminta waktu sendiri. Tentu saja pada awalnya Danial menolak, akan tetapi melihat bagaimana raut sendu yang tergambar pada wajah Rhea, Danial tak memiliki pilihan lain selain memberikannya waktu. Kendati demikian, pria itu justru semakin menyesalinya pada akhirnya. Dua minggu lamanya hubungan keduanya begitu renggang saat ini. Sejak Rhea meminta waktu, Danial tak pernah lagi mendatangi rumah wanita yang dicintainya sepenuh hati itu. Berkirim pesan itu pun hanya sesekali, atau lebih tepatnya Rhea yang enggan membalas pesannya. Danial Aktaraja berulang kali hanya mampu menghela nafas panjangnya di atas kursi ruang kerjanya. Beberapa hari ini kepalanya sering sekali terasa pening, berat badannya juga berkurang lantaran tak memiliki nafsu untuk makan. Terbiasa d
Rhea berjalan cukup tergesa menyusuri lorong rumah sakit di mana kekasihnya tengah dirawat. Setiap langkahnya seperti menghunjam jantung saat mengetahui kabar jika pria itu harus dilarikan ke rumah sakit akibat hepatitis alkoholik yang di deritanya. Rhea tidak habis pikir, berapa banyak alkohol yang Danial teguk sampai seperti ini. Setelah mendengar ucapan Isabell bahwa Danial pingsan di kantor, ia langsung menghubungi sekretaris Danial yang memang tahu akan hubungan gelap keduanya. Hingga disinilah ia sekarang berada, di depan pintu kamar Danial yang sudah ada Samuel berdiri di depannya, menunggunya. “Tuan Danial baru saja sadar, Nyonya.” Ujar pria itu tanpa ekspresi sembari membukakan pintu kamar inap Danial untuk Rhea. Rhea lantas mengangguk. “Terima kasih, Sam.” Pria bernama Samuel itu hanya diam saja menanggapi. Tidak, bukan karena ia tak suka karena tahu akan segalanya. Akan tetapi karena memang orangnya seperti itu. Salah satu orang kepercayaan Danial dan bukan tipe orang
Binar mata yang pada awalnya begitu tajam dan sanggup membunuh siapa pun yang berusaha mengusiknya lantas berubah. Tatapan Danial seketika melembut, berbinar-berbinar saat mendapati sosok yang begitu ia rindukan setengah mati itu tengah berdiri tak jauh darinya saat ini. “S–sayang?” Danial mengerjap beberapa kali, memastikan ia tak salah melihat ataupun tengah berhalusinasi saat ini. Jantungnya berdegup semakin kencang manakala melihat sosok wanita yang jidicintainya itu berjalan mendekat. Dalam diam Danial meneguk ludahnya saat aroma parfum kesukaannya mendadak tercium olehnya. Rhea berdiri di samping bangsal Danial. Wanita itu hanya terdiam beberapa saat, sampai di detik berikutnya air matanya mengalir begitu saja melewati pipi. “Kenapa kau bodoh sekali, Iyal~”Suara itu mengalun di telinga Danial. Darahnya berdesir saat mendengarnya. Itu artinya ia memang tidak berhalusinasi seperti yang sudah-sudah.“Kenapa kau bodoh sekali sampai menyakiti dirimu sendiri!” Suara Rhea meni
"Cerai?" Suara Rhea terdengar penuh tekanan. Mendengar permintaan sang suami untuk bercerai tentu bukan sebuah kabar yang menyenangkan untuknya."Aku yakin itu keputusan terbaik untuk kita, Rhea." jawab Danial dengan wajah putus asa. Rhea memalingkan wajah, ia membuang napas panjang guna menetralisir rasa sesak yang merambat di dadanya. Meski hatinya sudah Danial buat hancur, tapi wanita itu berusaha untuk terus mempertahankan kewarasannya. Ia harus menuntaskan masalah ini sampai titik halaman terakhir. "Apa kamu menceraikan aku karena hal itu, Mas?" Rhea melirih, jelas ia menahan tangis. Danial yang mengerti dengan arah pembicaraan Rhea memilih untuk diam sejenak, menatap Rhea dengan wajah penuh sesal sebelum dengan berat hati ia menganggukkan kepalanya. "Aku anak tunggal, Rhea. Ayah dan Mama ingin keturunan dariku agar kelak menjadi penerus pemimpin perusahaan milik keluarga kami." jelas Danial semakin mencabik-cabik hati Rhea saat ini. Satu tahun lalu, Rhea mengalami keguguran
Tangisan Rhea mulai reda setelah ditenangkan oleh Rayn -adiknya- dan Isabell. Dua manusia yang paling memahami Rhea itu datang usai Danial pinta. Setelah keduanya datang, Danial pergi entah ke mana. "Kakak nggak mau cerai, Rayn." lirihan Rhea yang terdengar begitu menyedihkan membuat perasaan Rayn ikut hancur. "Kakak tidak bisa memaksakan perasaan Mas Danial." ujar Rayn masih terus menenangkan Rhea. Sejujurnya, Rayn juga kesal dengan Danial karena pria itu mengingkari janjinya untuk menjaga sang kakak. Nyatanya, Danial malah membuat Rhea tenggelam dalam keterpurukan. "Tapi, Rayn, kakak yakin Mas Danial masih cinta sama kakak!" Rayn menggeleng, menyadarkan Rhea dari harapan semu yang wanita itu buat sendiri. "Lebih baik bercerai saja, Kak. Aku tau setelah kakak melakukan operasi pengangkatan rahim, keluarga Mas Danial sudah nggak memperlakukan kakak seperti dulu lagi, kan?" Rhea menggeleng, mengelak kebenaran yang Rayn ketahui. Rhea mengerti kalau keluarga Danial kecewa padanya,
Hari ini Rhea menghadiri acara arisan yang diadakan rutin setiap bulan bersama para sepupunya Danial. Seperti biasa, acaranya diadakan di ballroom hotel milik salah satu sepupunya Danial. Keluarga besar Danial memang berasal dari kalangan melas atas, Rhea bahkan sangat kesulitan saat belajar menyesuaikan diri dengan mereka. Maklum saja, Rhea terlahir dari keluarga sederhana yang bahkan tidak pernah mengenalkannya dengan keharmonisan keluarga."Kau datang sendiri, Rhea?" Kedatangan Rhea disambut dengan senyuman manis milik Miranda, kakak sepupu Danial.Seulas senyum tipis Rhea terbitkan sebagai balasan, "Ah, iya, Danial sedang ada urusan dan tidak bisa datang." jawab Rhea tak enak hati. Melihat mereka semua datang membawa pasangannya. Rhea jadi merasa terasingkan."Kami tahu, kok." sahut Gabriella, adiknya Miranda. "Katanya kau dan Danial akan bercerai, apa benar?" sambung gadis itu membuat Rhea menahan napas. Perkataan Gabriella berhasil mengundang perhatian yang lain, perlahan bebera