Pria itu pikir, dirinya sudah cukup meyakinkan wanitanya di malam itu. Akan tetapi, setelah keduanya kembali pulang, Rhea justru secara terang-terangan menegaskan untuk meminta jarak pada hubungan mereka saat ini. Wanitanya itu meminta waktu sendiri. Tentu saja pada awalnya Danial menolak, akan tetapi melihat bagaimana raut sendu yang tergambar pada wajah Rhea, Danial tak memiliki pilihan lain selain memberikannya waktu. Kendati demikian, pria itu justru semakin menyesalinya pada akhirnya. Dua minggu lamanya hubungan keduanya begitu renggang saat ini. Sejak Rhea meminta waktu, Danial tak pernah lagi mendatangi rumah wanita yang dicintainya sepenuh hati itu. Berkirim pesan itu pun hanya sesekali, atau lebih tepatnya Rhea yang enggan membalas pesannya. Danial Aktaraja berulang kali hanya mampu menghela nafas panjangnya di atas kursi ruang kerjanya. Beberapa hari ini kepalanya sering sekali terasa pening, berat badannya juga berkurang lantaran tak memiliki nafsu untuk makan. Terbiasa d
Rhea berjalan cukup tergesa menyusuri lorong rumah sakit di mana kekasihnya tengah dirawat. Setiap langkahnya seperti menghunjam jantung saat mengetahui kabar jika pria itu harus dilarikan ke rumah sakit akibat hepatitis alkoholik yang di deritanya. Rhea tidak habis pikir, berapa banyak alkohol yang Danial teguk sampai seperti ini. Setelah mendengar ucapan Isabell bahwa Danial pingsan di kantor, ia langsung menghubungi sekretaris Danial yang memang tahu akan hubungan gelap keduanya. Hingga disinilah ia sekarang berada, di depan pintu kamar Danial yang sudah ada Samuel berdiri di depannya, menunggunya. “Tuan Danial baru saja sadar, Nyonya.” Ujar pria itu tanpa ekspresi sembari membukakan pintu kamar inap Danial untuk Rhea. Rhea lantas mengangguk. “Terima kasih, Sam.” Pria bernama Samuel itu hanya diam saja menanggapi. Tidak, bukan karena ia tak suka karena tahu akan segalanya. Akan tetapi karena memang orangnya seperti itu. Salah satu orang kepercayaan Danial dan bukan tipe orang
Binar mata yang pada awalnya begitu tajam dan sanggup membunuh siapa pun yang berusaha mengusiknya lantas berubah. Tatapan Danial seketika melembut, berbinar-berbinar saat mendapati sosok yang begitu ia rindukan setengah mati itu tengah berdiri tak jauh darinya saat ini. “S–sayang?” Danial mengerjap beberapa kali, memastikan ia tak salah melihat ataupun tengah berhalusinasi saat ini. Jantungnya berdegup semakin kencang manakala melihat sosok wanita yang jidicintainya itu berjalan mendekat. Dalam diam Danial meneguk ludahnya saat aroma parfum kesukaannya mendadak tercium olehnya. Rhea berdiri di samping bangsal Danial. Wanita itu hanya terdiam beberapa saat, sampai di detik berikutnya air matanya mengalir begitu saja melewati pipi. “Kenapa kau bodoh sekali, Iyal~”Suara itu mengalun di telinga Danial. Darahnya berdesir saat mendengarnya. Itu artinya ia memang tidak berhalusinasi seperti yang sudah-sudah.“Kenapa kau bodoh sekali sampai menyakiti dirimu sendiri!” Suara Rhea meni
"Cerai?" Suara Rhea terdengar penuh tekanan. Mendengar permintaan sang suami untuk bercerai tentu bukan sebuah kabar yang menyenangkan untuknya."Aku yakin itu keputusan terbaik untuk kita, Rhea." jawab Danial dengan wajah putus asa. Rhea memalingkan wajah, ia membuang napas panjang guna menetralisir rasa sesak yang merambat di dadanya. Meski hatinya sudah Danial buat hancur, tapi wanita itu berusaha untuk terus mempertahankan kewarasannya. Ia harus menuntaskan masalah ini sampai titik halaman terakhir. "Apa kamu menceraikan aku karena hal itu, Mas?" Rhea melirih, jelas ia menahan tangis. Danial yang mengerti dengan arah pembicaraan Rhea memilih untuk diam sejenak, menatap Rhea dengan wajah penuh sesal sebelum dengan berat hati ia menganggukkan kepalanya. "Aku anak tunggal, Rhea. Ayah dan Mama ingin keturunan dariku agar kelak menjadi penerus pemimpin perusahaan milik keluarga kami." jelas Danial semakin mencabik-cabik hati Rhea saat ini. Satu tahun lalu, Rhea mengalami keguguran
Tangisan Rhea mulai reda setelah ditenangkan oleh Rayn -adiknya- dan Isabell. Dua manusia yang paling memahami Rhea itu datang usai Danial pinta. Setelah keduanya datang, Danial pergi entah ke mana. "Kakak nggak mau cerai, Rayn." lirihan Rhea yang terdengar begitu menyedihkan membuat perasaan Rayn ikut hancur. "Kakak tidak bisa memaksakan perasaan Mas Danial." ujar Rayn masih terus menenangkan Rhea. Sejujurnya, Rayn juga kesal dengan Danial karena pria itu mengingkari janjinya untuk menjaga sang kakak. Nyatanya, Danial malah membuat Rhea tenggelam dalam keterpurukan. "Tapi, Rayn, kakak yakin Mas Danial masih cinta sama kakak!" Rayn menggeleng, menyadarkan Rhea dari harapan semu yang wanita itu buat sendiri. "Lebih baik bercerai saja, Kak. Aku tau setelah kakak melakukan operasi pengangkatan rahim, keluarga Mas Danial sudah nggak memperlakukan kakak seperti dulu lagi, kan?" Rhea menggeleng, mengelak kebenaran yang Rayn ketahui. Rhea mengerti kalau keluarga Danial kecewa padanya,
Hari ini Rhea menghadiri acara arisan yang diadakan rutin setiap bulan bersama para sepupunya Danial. Seperti biasa, acaranya diadakan di ballroom hotel milik salah satu sepupunya Danial. Keluarga besar Danial memang berasal dari kalangan melas atas, Rhea bahkan sangat kesulitan saat belajar menyesuaikan diri dengan mereka. Maklum saja, Rhea terlahir dari keluarga sederhana yang bahkan tidak pernah mengenalkannya dengan keharmonisan keluarga."Kau datang sendiri, Rhea?" Kedatangan Rhea disambut dengan senyuman manis milik Miranda, kakak sepupu Danial.Seulas senyum tipis Rhea terbitkan sebagai balasan, "Ah, iya, Danial sedang ada urusan dan tidak bisa datang." jawab Rhea tak enak hati. Melihat mereka semua datang membawa pasangannya. Rhea jadi merasa terasingkan."Kami tahu, kok." sahut Gabriella, adiknya Miranda. "Katanya kau dan Danial akan bercerai, apa benar?" sambung gadis itu membuat Rhea menahan napas. Perkataan Gabriella berhasil mengundang perhatian yang lain, perlahan bebera
"Selamat atas pernikahanmu, Danial." Akting terbaik sepanjang sejarah hidup Rhea adalah ketika ia menghadiri pesta pernikahan Danial dengan senyum lebar yang terpantri di wajah cantiknya. Memberi ucapan selamat dan bersalaman seolah ia turut berbahagia dan dapat menerima dengan lapang dada kenyataan yang menyakitkan hari ini. Sebuah kenyataan bahwa Danial tidak dapat lagi ia miliki. Pria itu sudah menjadi hak milik wanita lain. Dalam jarak waktu satu bulan sejak bercerai dari Rhea, Danial sudah menggelar pesta pernikahan keduanya dengan begitu mewah dan dihadiri oleh banyak tamu undangan orang-orang penting. Hebat sekali mereka. "Terimakasih, semoga kau cepat menyusul." Di hari bahagianya bahkan Danial masih memasang wajah angkuh dan dingin. Sangat tidak sopan untuk menghormati para tamu yang datang. Rhea mendengus samar, lalu melukiskan senyum sebagai respon baik dari doa mantan suaminya itu. Setelah menyalami mempelai wanita dan mengucapkan selamat atas pernikahan mereka, Rhea s
Bagi Danial, menikahi Liya adalah bagian dari kebutuhan bisnis keluarganya semata dan memenuhi keinginan orang tuanya. Liya bukanlah anak yang berasal dari keluarga sembarangan, Ayah nya merupakan seorang Duta Besar, sementara Mama nya seorang Dokter Bedah. Dua keluarga Konglomerat itu sangat sempurna untuk menyatu dan memperkuat bisnis mereka. Tanpa memberi kesempatan Danial untuk berpendapat, pria itu dipaksa untuk meminang hidup seorang gadis dari keluarga petinggi negara, Liya Katresa. "Sidney?" Liya mengangguk. Ia baru saja membicarakan tentang keinginannya mengambil gelar profesor di Sidney, Australia. "Kenapa kau baru membicarakannya sekarang? Apa Mama sudah tau hal ini?" tanya Danial, Liya menggelengkan kepalanya. Danial membuang napa samar, seharusnya masalah seperti ini Liya bicarakan sebelum mereka menikah. Kalau tau akan begini Gracia pasti tidak akan menikahinya dengan Liya. Karena Gracia mencari wanita yang dapat memberikan Danial keturunan dalam waktu secepat mungk