Ditemani dengan Isabell, saat ini Rhea tengah mengemasi barang-barangnya yang akan ia bawa untuk tinggal bersama Danial. Namun sepertinya Isabell tidak membantu sama sekali karena sedari tadi wanita itu hanya mengoceh, bertanya perihal siapa pria yang sudah membuatnya sampai mau meninggalkan rumahnya seperti ini. Sedari tadi Isabell hanya duduk di atas ranjang milik Rhea sembari bersedekap. “Kau yakin tidak apa-apa jika harus tinggal bersamanya?” tanya Isabell berulang kali. Dan jawaban Rhea Eleanor tetap sama, wanita itu hanya menganggukkan kepalanya, membuat Isabell mendongak jengah sembari menghela nafasnya berat. “Padahal kau hanya tinggal bersama sahabatmu, kenapa ia sangat posesif sekali sampai membuatmu tinggal bersamanya. Tidak adil,” seru Isabell merengut kesal. Padahal ia merindukan Rhea, ia ingin melakukan ‘girl time’ seperti yang mereka lakukan dulu. Tapi wanita ini justru memilih pria itu dan meninggalkan rumahnya sendiri. Sungguh, Isabell sangat penasaran sekali, sia
“Kenapa lama sekali,” ujar Danial saat mendapati sang wanita berdiri dengan koper di depan pintu apartemennya. Wajah pria itu tampak sedikit kesal, karena memang dirinya sudah menunggu kedatangan sangat terkasih cukup lama. Sebenarnya bisa saja Danial menjemput Rhea di kediamannya, namun wanita ini bersikeras agar Danial tidak menjemputnya, takut ketahuan. Dengan terpaksa Danial pun hanya bisa pasrah meskipun sangat ingin rasanya ia menjemput wanita ini karena tak kunjung datang. Rhea terkekeh kecil. ”Aku hanya telat dua jam, Iyal. Kenapa kau merajuk seperti ini,” pungkas wanita cantik itu. Danial lantas mencibir, “dalam dua jam itu kita bisa menyelesaikan satu ronde, Sayang.”Mata Rhea membola, dengan cepat ia menutup mulut Danial dengan tangannya agar pria itu tidak berbicara sembarangan, apalagi ini masih di depan apartemen milik Danial. Takut jika ada yang memergoki. “Sst, baru dateng udah diajak bicara kotor!” cicit Rhea. Pria itu meraih tangan Rhea yang membekap mulutnya. Lal
Sudah seperti pasangan suami istri sungguhan, itulah hal yang dirasakan Danial dan Rhea saat ini. Bahkan seakan mereka tidak seperti pasangan yang pernah berpisah sebelumnya. Danial yang merasakan hidup kembali saat menemukan Rhea menyambutnya saat pulang kerja dengan senyum lebar dan pelukan hangat. Dan Rhea yang mendapatkan dekapan hangat Danial di sepanjang malam saat ia terjaga. Semuanya terasa normal, seperti mereka di saat masih bersama. “Kau suka?” tanya Danial yang tiba-tiba saja mengejutkan Rhea. Wanita itu mendongak, mendapati prianya sudah berada di belakangnya dengan kondisi yang segar, habis mandi. Rambut Danial yang agak panjang, lurus dan halus itu tampak basah. “Iyal? Udah selesai mandinya?” tanya Rhea.Pria itu mengecup bibir Rhea sekilas sebelum berujar, “sudah, Sayang... Kau terlalu fokus sama HP sampai gak tahu akunya udah ada di sini,” ucap pria itu sembari menangkup pipi wanitanya dari atas. Rhea menyengir lebar. “Sorry, Iyal.” Ucapnya sembari memasang wajah p
“Angkat, Iyal. Liya masih istrimu,” pungkasnya. Rhea tahu jika akhir-akhir ini Danial selalu mengabaikan Liya. Ia hanya tidak ingin membuat wanita itu curiga karena sikap Danial. Danial menghela nafasnya pasrah saat Rhea memilih turun dari pangkuannya, meninggalkan jejak basah di celana pendeknya yang tampak mengembung itu. Mengambil ponselnya yang berada di atas meja, lalu menggeser layar ponselnya. Menerima panggilan Liya yang entah sudah keberapa kalinya malam ini. “Hai,” sapa Danial pertama kali sembari melirik ke arah Rhea yang merapikan penampilannya. Danial dalam diam menggeram tertahan. “Danial, kenapa lama sekali. Aku merindukanmu,” seru wanita lain di seberang sana. Terdengar sekali bahwa Liya begitu menunggu Danial mengangkat panggilannya. Danial mengulum bibir sejenak. “Maaf, aku baru selesai mandi.” Ucapnya kembali berdusta. Tentu saja tidak mungkin ia mengatakan bahwa ia baru saja melakukan humping yang tertahan lantaran harus menjawab panggilan Liya bukan? “Astaga,
Danial dan Rhea keluar dari mobil ketika mereka telah sampai di pelataran gereja. Rhea tertegun sejenak saat Danial mengajaknya ke tempat ini. Sudah lama sekali rasanya keduanya tak menginjakkan kaki di tempat suci ini bersama. Terakhir mereka berada di tempat ibadah ini adalah pada saat pemberkatan pernikahan Danial dan Liya. Merasa wanitanya itu tampak bingung, lantas Danial pun berjalan mendekat, lalu menggenggam tangan Rhea. “Ayo, masuk.” Ujar pria itu begitu lembut dan dibalas anggukan oleh Rhea. Keduanya berjalan beriringan memasuki gereja. Setelah sampai di patung Yesus Kristus, keduanya mulai bersimpuh, menautkan tangan, memejamkan mata dan mulai berdoa. Tuhan, aku kembali lagi. Bersama dengan seseorang yang selalu aku minta di setiap doaku. Terima kasih sudah membuatnya kembali padaku. Setidaknya, aku tidak sendirian. Setidaknya aku tidak bersimpuh di depanmu seorang diri lagi. Dan seperti sebelumnya, tentu saja aku mempunyai permintaan. Aku.. aku benar-benar tidak menyan
“Aku melihat BMW bergoyang di basemen restoran Jepang tadi.”Mendengar kalimat itu lantas gerakan tangan Rhea berhenti. Tubuhnya membeku menatap lurus ke arah cermin. Kerongkongannya seakan kering dan tercekat begitu saja. “B–bergoyang?” tanya Rhea begitu kesusahan. Bahkan ia tak berani memutar tubuhnya. Isabell yang semula berbaring pun kini memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Rhea. “Sialan sekali sih mereka itu, seperti tak punya tempat lain saja. Membuat wanita lajang sepertiku hanya mampu menggigit jari,” sungut Isabell kesal. Diam–diam Rhea menghela nafasnya lega. Melihat kesalnya wanita itu dapat dipastikan bahwa Isabell tidak tahu jika yang berada di dalam mobil BMW itu adalah dirinya bersama Danial. Rhea mengulum bibirnya, lalu kembali menggunakan perawatan wajah miliknya, namun di saat ia hendak menuangkan toner bermerek SK II itu, botol itu jatuh lantaran mendengar ucapan Isabell lagi. “Aku melihat mantan suamimu bersama wanita lain. Aku yakin itu bukan istrinya, kare
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, pada akhirnya Danial dan Rhea pun sampai di salah satu hotel terbaik dan termewah di Tokyo. Tentu saja Danial tidak pernah setengah-setengah dalam mempersiapkan liburan natal dan akhir tahun bersama Rhea saat ini. Danial memesan satu large room dengan single bed berukuran king size lengkap dengan fasilitas kelas satu serta paket liburan untuk pasangan suami istri. Meskipun keduanya telah berpisah, mudah saja bagi Danial untuk melakukannya. Sesampainya di kamar mereka, Rhea segera menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang yang besar dan empuk itu. Ia terlihat kelelahan saat ini. Padahal sebelum-sebelumnya ia juga sering terbang ke Jepang untuk pekerjaannya sebagai seorang designer. Ya, Rhea Eleanor adalah salah satu designer terbaik di Indonesia. Banyak kliennya yang berasal dari luar negeri hanya untuk menjadi pelanggannya. Namun, Rhea memutuskan untuk beristirahat pasca kecelakaannya sampai pada akhirnya perpisahannya bersama Danial menumbuhka
Seorang wanita cantik tampak mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya mentari yang mengusik tidur nyenyaknya. Bersama sisa kantuk dan rasa lelah yang menjalar di seluruh tubuhnya Rhea Eleanor mulai membuka matanya secara perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah seorang pria yang masih nyaman menutup matanya. Tidurnya tampak lelap sekali. Sebenarnya ia tak harus terkejut dengan hal ini, karena selama hampir dua bulan ini ia selalu bangun dengan adanya pria itu di sampingnya.Danial Aktaraja, mantan prianya. Yang kini masih tertidur sembari memeluk pinggang rampingnya. Meskipun sudah berkali-kali mereka berbagi ranjang yang sama, namun rasanya masih gugup dan malu juga. Terlebih lagi dengan kebiasaan Danial Aktaraja yang tak pernah memakai atasan saat ia tertidur. Aneh, tapi entah kenapa ia menyukainya.Rhea Eleanor tidak menyangka sama sekali, jika ia bisa menikmati kebersamaan seperti ini lagi dengan pria ini. Sempat ia bertekad untuk tidak jatuh dalam pesona seor