Share

8. agak lain

Ya, Bank swasta yang cukup terkenal itu, punya metode pengiriman uang yang berbeda dari bank-bank konvensional lainnya. Sebelum mengirimkan uang kita akan memasukkan dulu nomor rekening pengguna sehingga nomor tersebut akan disimpan berikut juga dengan namanya.

Jadi, aku tinggal pura-pura melakukan pengiriman uang dan mengklik pilihan banknya, kemudian daftar nama-nama orang dari bank yang sama, yang sering dikirimkan uang oleh Mas Widi, akan terpampang di sana, aku tinggal melacak salah satu dari mereka. Biasanya orang yang paling sering dikirimkan uang akan berada di daftar teratas. Atau bisa juga itu berdasarkan urutan alfabet.

Ah, aku jadi tidak sabar untuk segera membuka ponselnya. Tapi bagaimana ya, kalau aku menyusup dan membuka tasnya maka aku akan dikira pencuri. Parahnya kalau Mas Widi memergoki dan menyadari kalau aku menyusulnya ke land tenis untuk mengambil ponselnya, maka dia akan makin curiga.

Aku harus bagaimana.

Jika aku menunda yang sekarang maka aku tidak akan punya kesempatan lagi. Sekarang adalah momen yang baik, momen saat berkumpulnya teman-teman yang satu lingkup dengan dia. Dengan memberi kode lewat m-banking untuk bertemu di pojok lapangan, maka aku akan tahu siapa yang akan muncul nantinya. Aku yakin wanita itu ada di sini sekarang.

Tapi siapa ya, apakah itu Reni teman sejawatnya yang akrab dan suka kirim makanan buat anak anak, tapi dia kan punya suami!

Atau Diva perawat yang selalu jadi asistennya? mungkin dokter Nuri, dokter gigi yang cantik yang pernah diundang ke rumah saat syukuran ulang tahun anak kami, mereka juga akrab.

Aduh siapa ya... semua orang yang kubayangkan itu adalah orang yang kompeten dan cantik-cantik. Ya ampun, aku bisa gila.

Kini aku terduduk di sudut lapangan tenis sambil termangu, duduk di barisan bangku paling atas dan paling pojok, tercenung diri ini memikirkan sudah sejauh apa dan sejak kapan suamiku melakukan semua ini. Dia dan si teman transfernya itu seperti apa hubungan mereka dan sudah sejauh apa mereka berbuat.

Tadinya aku akan segera mengambil ponselnya Tapi kalau aku ambil sekarang maka itu akan kentara, orang-orang sedang ramai dan tas suamiku ada di dekat tempat duduk para pemain yang sedang mengantri.

Akhirnya, Aku hanya bisa menyaksikan jalannya pertandingan sambil termangu.

Kuperhatikan permainan suamiku yang cukup lincah dan energik, berkali-kali ia berhasil melakukan perlawanan dan menjatuhkan bola si lawan. Orang-orang bersorak-sorai dan mendukungnya, para wanita juga terlihat bersemangat menyebut-nyebut nama suamiku.

Siapa sih yang tidak tergoda dengan dokter Widi yang atletis dan ganteng, warna kulitnya, senyumnya, sopan santunnya dan juga tutur katanya benar-benar berkharisma, siapa yang akan menolaknya? pasti para wanita yang tengah mengalami puber kedua itu tergila-gila pada suamiku.

Kucoba perhatikan siapa yang paling mencolok di antara mereka, siapa yang paling kencang memanggil nama suamiku dan coba mendapatkan perhatiannya. Ah, sialnya, hasilnya hampir mereka semua genit dan manja pada Dokter widi.

"Dok minum dulu..." Seorang wanita berhijab dan bertubuh gempal menghampiri suamiku sambil membawakan air mineral, dokter Widi yang punya senyum sempurna berterima kasih sambil membungkukkan badan, sementara wanita itu melompat-lompat kegirangan diperlakukan dengan manis oleh Mas Widi.

"Lap dulu keringatnya Dok, ini aku bawakan handuk," ucap wanita bertubuh langsing yang sepertinya sangat ngefans pada dokter Widi. Suamiku tersenyum sambil menggeleng.

"Tidak, terima kasih, nanti aja," jawab suamiku menolak halus. Aku bisa mendengarnya.

Aduh aku makin bingung yang mana orangnya.

Di akhir permainan suamiku memenangkan pertandingannya, si lawan kalah 4 poin dari dirinya, sehingga itu membuat Mas Widi unggul. Orang-orang bersorak dan para wanita mengelu-elukan nama suamiku padahal itu hanya sesi main yang tidak sedang dilombakan.

Lebay sekali.

"Duh, dokter ganteng itu hebat ya, coba dia jadi suamiku." Seorang wanita menatap suamiku dengan lekat.

"Iya, dia seksi, beruntung kali orang yang bisa memeluknya," jawab seorang ibu paruh baya yang penampilannya dibuat seperti ABG.

Dasar tidak tahu diri.

Saat suamiku mengemasi bola dan raketnya tiba-tiba seorang pria mendekati dia sambil menawarkan air minum, Lelaki itu tampan juga dan terlihat memakai ikat kepala berwarna putih, sepertinya ia akan bermain tenis juga.

Lelaki itu terlihat bercakap-cakap sambil tertawa dan sesekali melakukan sentuhan fisik pada suamiku, dia mengelus bahunya kadang menyentuh dagu suamiku, kadang juga, berusaha menggandeng lengannya. Aneh sekali, bukankah kontak fisik antara sesama laki-laki adalah sesuatu yang aneh dan canggung. Parahnya lagi, Lelaki itu terus menatap suamiku dengan intens dan berbinar. Senyumnya terkembang lebar seperti orang yang sedang kasmaran, dia berusaha mendekati suamiku tapi mas Widi tetap bersikap wajar. Dia merangkul bahu suamiku lalu menggodanya sekali lagi, mas Widi hanya tertawa, itu semua membuat diriku panas hati.

Ya, Allah, Apa itu seperti yang kuduga?

Apa bersuamiku berselingkuh dengan sesama pria? kenapa mereka saling menyentuh dan kenapa Mas Widi tidak merasa risih atau coba menjauhkan diri dari lelaki yang terlihat menyukainya itu.

Tanpa dijelaskan saja, gesturnya sudah melambai, aku yakin, Dia sedang berusaha meluluhkan hati Mas Widi. Aku tidak akan membiarkannya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yenti Reflinda
sangat menarik,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status