Share

Selingkuh dengan Jin_6

Selingkuh dengan Jin

Part_6

Mas Satya memaksaku untuk periksa. Ia sangat mencemaskan kondisiku. Akan tetapi aku menolak. Dengan dalih aku hanya butuh istirahat. Acara sarapan kami tertunda karena aku yang mendadak mual. Aku sendiri tidak tahu penyebabnya. Rasa itu tiba-tiba saja datang.

Mas Satya kembali memapahku ke kamar. Ia juga membantuku merebahkan diri di kasur. Lalu, Mas Satya pergi meninggalkanku. Tak lama Mas Satya kembali membawa sepiring nasi dan segelas air.

"Makan dulu, Rita, setelah makan kamu istirahat!"

Mas Satya membantuku untuk duduk. Aku menyandarkan tubuhku di kepala ranjang. Dengan telaten Mas Satya menyuapiku. Satu demi satu suapan berhasil ku telan. Namun disuapan kesekian, aku muntah kembali. Nasi yang sudah berhasil masuk ke perutku jadi keluar lagi. Aku sangat lemas. Mau tidak mau terpaksa aku menerima ajakan Mas Satya untuk periksa.

Tak perlu memakan waktu lama, Mas Satya membawaku ke rumah Bidan terdekat. Sebelum aku diperiksa Mas Satya menceritakannya keluhanku pada Bidan tersebut. Kemudian aku diminta untuk berbaring di bed pasien. Tekanan darah dan denyut jantung tidak luput diperiksa.

"Ibu hanya masuk angin biasa karena kelelahan, mungkin juga kurang tidur." Bidan tersebut menjelaskan kondisiku. Lalu, beliau menuliskan beberapa resep obat untuk pemulihanku. Dirasa selesai aku dan Mas Satya berpamitan.

Sesampainya di rumah aku segera istirahat. Ketika berbaring sendiri aku mencoba mengingat kejadian semalam. Pantas jika pagi ini aku mual. Memang benar aku kurang tidur. Mas Satya palsu yang membersamaiku semalam telah membuatku lelah tak berdaya. Meski begitu aku merasa terpuaskan.

***

Menjelang magrib aku terbangun. Suasana rumah dalam keadaan sepi. Sosok Mas Satya tidak kutemukan. Dari kejauhan terdengar sayup suara puji-pujian dari Masjid. Aku menyibak selimut. Meski masih lemah, namun kondisiku jauh lebih baik dari pada pagi tadi. Untungnya Mas Satya berhasil membujukku untuk periksa. Kalau tidak mungkin aku masih tergeletak lemas hingga saat ini.

Perlahan aku turun dari tempat tidurku. Menapakkan kaki ke lantai, terasa dingin. Kubuka pintu kamar yang sengaja ditutup oleh Mas Satya. Lalu, aku berjalan keluar kamar mencari keberadaan Mas Satya.

"Mas ... Mas Satya!" teriakku. Sepi tak ada jawaban. Rumahku sepi, kosong. Pintu depan tampak tertutup rapat. Mungkin Mas Satya pergi ke Masjid untuk salat berjamaah.

Bulu kudukku berdiri, ketakutan mulai menghampiriku. Aku berniat kembali ke kamar, menunggu Mas Satya pulang. Saat aku berbalik badan aku menabrak sesuatu. Mas Satya! Mataku terbelalak melihat Mas Satya berdiri di hadapanku. Wajahnya datar, tanpa senyuman.

"Mas!" sapaku lirih. Tak ada jawaban. Hanya seulas senyum tercetak di bibir Mas Satya. Curiga aku pada lelaki yang berdiri di hadapanku sekarang. Ini pasti bukan Mas Satya suamiku, melainkan sosok jin itu.

"Aku merindukanmu, Rita. Tunggu aku malam nanti," ucapnya. Benar dugaanku bahwa yang datang adalah sosok jin yang menyerupai Mas Satya. Aku segera berlari menuju ke kamar sesaat setelah jin itu menghilang.

Pikiranku tak keruan. Ingin rasanya menghindar, namun itu tidak mungkin. Tanpa sadar dan karena ambisiku, aku sudah terikat perjanjian dengan jin yang selalu menyerupai Mas Satya.

Aku terduduk sendiri di kamarku. Menanti kepulangan Mas Satya. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh derit pintu dan salam dari Mas Satya. Perasaanku lega akhirnya, Mas Satya datang.

***

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Seperti biasa Mas Satya hendak pergi ke tempat kerjanya. Sebenarnya ada rasa berat untuk ditinggal pergi, sendirian di rumah hanya membuatku takut. Namun Mas Satya tidak mungkin mau jika aku memintanya untuk tidak berangkat kerja.

"Hati-hati di rumah, ya, Sayang!" pesan Mas Satya ketika hendak pergi.

"Mas juga," balasku singkat.

Sebelum ke kamar terlebih dahulu aku ke WC. Tiba-tiba saja perutku terasa mulas. Seperti aku ingin buang hajat. Saat di dalam kamar mandi, aku mendengar suara memanggil namaku. Suara yang tak asing, suara Mas Satya.

Segera kusudahi aktivitasku. Lalu, aku mencari Mas Satya. Mungkin ia kembali karena ada barangnya yang tertinggal. Kususuri setiap sudut rumah, tidak kudapati keberadaan Mas Satya.

Mungkin ia ada di kamar. Segera aku masuk ke kamar benar saja. Kudapati Mas Satya sedang duduk di pinggir ranjang, tersenyum saat melihat kehadiranku.

"Loh, kok, balik, sih, Mas?" tanyaku pada Mas Satya.

Mas Satya bangkit dan berjalan ke arah pintu menutupnya rapat. Kemudian ia berbalik dan berdiri di hadapanku. Matanya menatap mataku dengan tajam. Senyum yang tak biasa terukir di bibirnya.

Jantungku berdegup kencang. Baru kusadari bahwa yang bersamaku sekarang bukanlah Mas Satya suamiku. Melainkan sosok jin yang menyerupai Mas Satya.

"Kenapa kamu datang? Aku tidak memanggilmu." Aku menegurnya.

"Bukankah tanpa kamu panggil aku juga bisa datang kapan pun aku mau, Sayang?" Jin itu membuatku tersadar akan kebenaran yang diucapkannya.

Mantra yang pernah ia beritahukan kepadaku hanya dapat digunakan jika aku benar-benar membutuhkan kehadirannya di waktu tertentu. Malam hari ia akan datang sendiri tanpa permintaanku.

Posisi jin itu sekarang sangat dekat denganku. Aku seperti tersihir menatap matanya. Gejolak di dalam dada membangkitkan suatu rasa yang tak biasa. Perlahan tangan jin itu membelai rambutku hingga wajahku. Sentuhan lembutnya membuat kuterbuai. Tanpa kusadari, bibirku dan bibirnya telah beradu. Aku tahu maksud jin itu mengarah ke mana. 

Sebelum terjadi, kudorong tubuhnya agar menjauh dariku. Badanku masih terasa lemas. Aku benar-benar tidak sanggup jika harus melayaninya malam ini.

"Kenapa?" tanyanya.

"Aku tidak bisa jika melakukanya sekarang." Aku membuang muka dari tatapannya.

"Apakah kau lupa dengan perjanjian yang sudah kamu setujui?" ucapnya mengingatkanku.

Aku menggeleng, aku berusaha untuk tetap menolak. Pikirku jin itu akan mengerti keadaanku. Namun, aku salah. Ia marah sepertinya sakit hati akan penolakanku. Matanya berubah menjadi merah. Aku ketakutan. Tubuhku bergetar hebat. Kujatuhkan diri ini di atas kasur. Lalu, ia menghilang di balik pintu.

Malam ini kulewati dengan kesendirian. Merasakan mual dan pusing yang belum juga mereda. Saat mata sangat lelah dan ingin diistirahatkan, terdengar suara aneh dari ruang kosong sebelah kamarku. Dengan saksama aku mencoba mendengarkan, aktivitas apa yang sedang terjadi di ruangan sana?

Membuat jantungku berdetak lebih cepat, setelah kudengar suara yang menyeramkan.

Next ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status