Share

Selingkuh dengan Jin_5

Selingkuh dengan Jin

Part_5

Ambisiku benar-benar sudah menguasai diri. Tanpa sadar aku mengangguk cepat. Mataku tidak bisa lepas memandang perhiasan yang berkilauan. Serta uang dengan jumlah yang banyak. Senyum kekaguman mengembang di bibirku.

Keinginan yang kuat menutup segalanya, termasuk akal sehatku. Pria yang ada di hadapanku memberitahukan syarat apa yang harus kupenuhi.

"Itu hal mudah. Syarat yang harus kamu penuhi adalah kamu bersedia menjadi milikku. Melayaniku jika aku menginginkannya, bisa saja setiap malam. Satu lagi, kamu harus menyiapkan ruangan khusus. Setiap malam Jumat kliwon kamu juga harus menyiapkan sesajen untukku." Aku terkejut mendengar tawarannya. Ketika sadar dengan cepat aku menggeleng tanda menolak tawarannya.

Berusaha berpikir waras. Aku tidak ingin mengkhianati suamiku bagaimana caranya. Meski aku berselingkuh dengan jin, namun jika Mas Satya mengetahui cerita sebenarnya, kupastikan ia akan kecewa.

"Bagaimana, apakah kamu setuju dengan syarat yang kuajukan?" tanya Mas Satya palsu.

"Tidak! Pergilah, aku tak mau melakukannya lagi bersamamu!" Pria itu menyeringai. Menakutkan! Perlahan aku beringsut lebih mundur lagi.

"Jangan takut kepadaku, Sayang. Aku berjanji bahwa aku tidak akan pernah menyakitimu, asalkan kamu juga tidak menyakitiku," kata pria yang wajah serta fisiknya menyerupai Mas Satya. Dirinya kini berada di sampingku. Membawaku kedalam pelukannya. Membelai lembut tengkuk serta tubuhku bagian belakang. Darahku berdesir hebat. Lalu terjadilah.

Sosok itu menunaikan sesuatu yang seharusnya menjadi tanggung jawab Mas Satya—suamiku. Aku terbuai dan merasa terpuaskan. Aku lupa akan segalanya. Perlakuannya memang sangat jauh berbeda dengan Mas Satya yang datar, kadang membuatku bosan.

Setelah menuntaskan perlakuan itu, jin yang menyerupai Mas Satya pergi. Seperti biasa ia menghilang di balik pintu menjadi seperti asap. Di saat bersamaan aku kembali menangis meratapi nasibku. Sekarang aku sudah terikat perjanjian dengan jin itu.

Setiap malam Jumat Kliwon jin itu juga memintaku untuk menyiapkan sesajen seperti yang ia minta. Berupa kembang tujuh rupa beserta beberapa butir telur ayam kampung mentah dengan jumlah ganjil juga kopi hitam pahit.

Semakin bingung aku dibuatnya. Bagaimana jika Mas Satya tahu aku membuat perjanjian dengan makhluk gaib? Apa yang akan terjadi? Sungguh aku tak bisa membayangkan.

Malam semakin larut. Mataku masih tidak bisa kupejamkan barang sekejap. Tiba-tiba sosok itu hadir lagi. Bergegas aku bangkit, duduk di ranjang.

"Mau apalagi?" tanyaku saat jin itu duduk di tepi ranjang.

Di tangannya ia membawa sesuatu. Kotak berukuran sedang berlapis kain berwarna merah. Lalu, kotak itu diserahkan padaku.

"Bukalah!" perintahnya singkat.

Perlahan aku menyentuh kotak yang belum kuketahui isinya. Ada rasa was-was dan takut saat aku membukanya.

Mataku terbelalak melihat kotak merah yang telah terbuka sempurna. Di dalamnya ada banyak kepingan emas berbentuk koin serta perhiasan. Ada juga beberapa gebok uang. Akal sehatku seperti sudah tidak berfungsi. Aku tertawa terbahak di kesunyian malam. Ambisi dan nafsu sudah menguasai diriku.

Dengan senang hati aku menerima semua pemberian dari sosok yang mengaku jin itu. Sosok itu juga tampak senang melihatku kegirangan. Ia kembali mencumbuiku. Sekali lagi terjadilah perbuatan yang tidak seharusnya. Malam ini kurasa begitu panjang dan aku sangat menikmatinya. Sungguh aku merasa terpuaskan.

***

Azan subuh berkumandang. Aku bergegas bangkit dan membersihkan diri. Sebelum azan tadi sosok jin yang selalu membersamaiku telah kembali ke tempatnya. Ia berkata padaku bahwa ia berdiam diri di pohon mangga yang tumbuh lebat di halaman depan rumahku.

Jin itu juga berpesan kepadaku malam nanti ia akan datang kembali. Atau jika aku memang membutuhkan kehadirannya, cukup aku membaca mantra yang pernah jin itu beritahukan dengan kebatinanku.

Entahlah aku merasa bimbang. Satu sisi aku tidak rela jika harus berbagi dengan yang lain. Namun, di sisi lain aku terbuai dan menikmati perlakuan serta harta yang sosok jin berikan padaku.

Usai membersihkan diri aku kembali membuka kotak yang berisi harta berharga pemberian jin tadi. Kembali aku mengamati satu persatu emas yang ada.

"Wah, benar-benar emas asli," kataku terkagum.

Kini aku benar-benar kaya. Aku siap untuk menghadiri acara reuni sekolah. Akan kugunakan semua perhiasan yang kumiliki sekarang.

"Akan kuperlihatkan pada teman-teman yang dulu selalu menghinaku bahwa saat ini aku mampu."

Tetapi ... aku juga memikirkan cara menyimpan harta berharga ini. Bagaimana caranya agar Mas Satya tidak mengetahui semuanya. Apa yang akan kukatakan padanya jika ia melihat benda-benda ini?

Segera aku mencari tempat paling aman yang tidak pernah Mas Satya menjangkaunya. Lalu, aku ingat kamar kosong di sebelah kamarku. Rencananya kamar itu juga akan kugunakan sebagai tempat jin yang menyerupai Mas Satya, sesuai permintaannya. Mas Satya hampir tidak pernah masuk ke kamar itu.

Sejak awal aku menempati rumah ini, kamar sebelah kamarku dan Mas Satya memang kubiarkan kosong. Tak ada perabotan di dalamnya. Ruangannya juga dibiarkan gelap. Hanya ada sebuah lemari sedang yang ku letakkan di pojok kamar. Segera aku menyimpan kotak itu sebelum Mas Satya datang di dalam lemari tadi.

"Rita!" Terdengar suara Mas Satya memanggilku. Aku bergegas keluar kamar ini dan segera menghampiri Mas Satya. Untungnya aku sudah berhasil menyimpan kotak tadi sebelum Mas Satya masuk ke dalam rumah. Kuhampiri Mas Satya yang sedang membuka sepatunya di teras rumah kami.

"Sudah pulang, Mas?" sapaku basa-basi. Mas Satya mendongakkan kepalanya, tersenyum kepadaku.

Mas Satya mendahuluiku masuk ke dalam rumah. Ia menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa depan televisi.

"Mas mau makan dulu atau mandi dulu?" tawarku pada Mas Satya. Sambil meletakkan tas kerja Mas Satya di tempat biasanya.

"Mandi saja dulu, Rita," jawab Mas Satya. Kemudian ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.

Saat Mas Satya mandi, aku menyiapkan teh manis hangat untuknya. Tidak lupa aku juga menyiapkan makanan untuk sarapan kami. Saat aku sedang sibuk memasak, aku merasakan ada yang aneh pada diriku. Kepalaku tiba-tiba pusing. Mata berkunang-kunang. Lalu, semua menjadi gelap.

***

"Rita ... bangun, Sayang!" Terasa sesuatu yang dingin menyentuh pipiku dan menepuknya dengan pelan. Kubuka mata perlahan ternyata Mas Satya yang membangunkanku.

Pandanganku masih saja buram. Kepalaku juga terasa berat. Perutku rasanya seperti diaduk-aduk. Mual! Aku merasa ingin mengeluarkan semua isi dalam perutku. Bergegas aku bangkit dan berlari ke kamar mandi. Disusul Mas Satya di belakangku.

Hoeeeekkkk! Ku keluarkan semua isi dalam perutku. Mas Satya membantu memijat pelan tengkukku. Setelah memuntahkan semua isi perutku, sedikit ringan kurasakan. Namun aku masih saja lemas.

"Kamu kenapa, Sayang?" Mas Satya menatapku cemas. 

Next ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status