Maaf kalo ada Typo, Semoga suka sama ceritanya....
"Ya. Aku memang tidak pernah di didik dalam hal tersebut" ucap Alex terkesan dingin
"Tidak heran jika sifat mu seperti iblis"
Alex terlihat menyunggingkan senyuman saat mendengar perkataan Elica. Dia menatap wanita itu dengan sikap tenang nya. Padahal jika orang lain yang mengatakan hal tersebut, mungkin Alex sudah melenyapkan nya saat ini juga. Tapi karena wanita yang dihadapannya adalah Elica, Alex menganggap hal itu sebagai pujian.
"Dan jangan lupa sayang, kau juga sedang mengandung anak iblis yang ada dihadapan mu sekarang" desis Alex di telinga Elica yang berhasil membuat bulu kuduk Elica berdiri.
Kenyataan nya memang benar bukan. Elica sedang mengandung benih dari Alex, meskipun jika mengingat kejadian menjijikkan itu membuat Elica seperti di tertawakan oleh takdir, seolah dia wanita lemah saat bersama pria itu. Namun Elica
Sudah dua hari Elica tinggal di rumah Bryan. Karena ayahnya memberitahu jika dia tidak pulang tepat waktu dikarenakan salju turun menutupi seluruh jalanan. Bryan yang khawatir meninggalkan Elica sendirian di rumahnya pun memutuskan untuk membawa Elica ke rumahnya. Dan juga ibu Bryan sangat senang jika Elica menginap di sana.Mereka sudah menganggap Elica seperti keluarga walaupun kenyataannya Bryan dan ibunya adalah tetangga yang telah lama pergi. Hal yang membuat hati Elica sakit yaitu ketika orang lain menganggap nya sebagai keluarga, namun keluarga yang dia miliki terasa seperti orang lain.Elica berharap semua masalah ini segera berakhir, entah nanti kedua orang tua tidak akan kembali bersatu, Elica sudah ikhlas menerima kenyataan tersebut tanpa lagi ada dendam di hati nya kepada orang lain."Kau belum tidur?" Tanya Bryan saat masuk ke kamar yang ditempati Elica, karena pintu nya sedikit terbuka dan lampu pun masih menyala. Jadi B
Banyak orang yang bilang, usia 20 tahun adalah masa indah seorang perempuan. Dimana seseorang memiliki suatu kebebasan yang dia mau. Berkencan dengan kekasih yang dicinta, bersenang-senang dengan teman-teman seusia, dan pekerjaan yang diinginkan tercapai.Sungguh hal itu terasa jauh bagi Elica. Dimana saat ini dia malah memiliki berbagai masalah dalam hidup nya, dan tepat saat dia berusia 20 tahun. Orang tua yang bercerai, ibu nya yang menikah lagi, tentang dia dan ayah tiri nya, dan kehamilan nya yang tak terduga. Gadis yang dulu sangat bersemangat dan ceria kini berubah menjadi gadis dingin dan lemah. Kehidupan indah yang dia miliki, hancur dalam sekejap mata.***"Permisi tuan, ada James" ucap sekretaris Alex yang masuk ke ruangan nya."Suruh dia masuk""Baik tuan"Tidak lama datanglah seorang pria bertubuh tinggi kekar, dengan wajah tajam nya.&nbs
Rintik hujan malam hari ini menambah suasana syahdu bagi siapapun yang menikmati nya. Seorang wanita lebih memilih menenggelamkan tubuh nya di kasur empuk nya yang terasa sangat nyaman. Bahkan lampu kamar pun sengaja tidak dia nyalakan, hingga suasana didalam sangat gelap.Elica sedari tadi hanya berbaring di kamar nya. Rasa bosan menghampiri nya, karena Elica belum mengaktifkan ponsel nya dari beberapa hari yang lalu. Sebenarnya dia sangat lapar, namun rasa malas nya ditambah suasana dingin membuat nya enggan untuk melangkah keluar dari kamar tersebut. Suara ketukan pintu akhirnya membuat Elica terpaksa bangun untuk membuka nya. Ternyata Bella lah yang melakukan nya, terlihat jika gadis itu membawa sekantung plastik yang di sodorkan pada Elica."Makanlah, aku akan berangkat kerja sekarang" ucap Bella"Kau sudah makan?" Tanya Elica."Sudah. Kalau begitu aku pergi dulu, jangan buka pintu jika ada oran
Seorang pria yang mengenakan baju berjas putih memasuki sebuah kamar di rumah sakit. Pria tersebut terlihat menatap tajam kearah seorang wanita paruh baya yang sedang tertidur di atas ranjang nya. Dengan gerakan perlahan tanpa suara, pria itu menyuntikkan sesuatu ke dalam infus pasien wanita tersebut.Setelah selesai, pria yang berpakaian ala dokter itu langsung keluar meninggalkan kamar tersebut. Dan tiada yang menduga jika pria itu adalah seseorang suruhan Alex yang sengaja ditugaskan untuk mencelakai Hilda yang kini sedang dirawat dirumah sakit.Entah apa yang di masukan dalam jarum suntik tadi, namun karena kelalaian seseorang yang tidak menjaga Hilda, wanita itu kini sedang dalam bahaya.***Di apartemen Bella.Elica sedang membereskan pakaian nya kedalam koper. Dia berniat akan pergi ke Seattle hari ini, mengingat kejadian semalam yang dilakukan Devan pada nya, membuat dia
Malam ini Elica sudah sampai di Seattle. Dia sampai di sebuah rumah yang terlihat sudah lama tidak berpenghuni. Tadi nya dia pikir rumah ini akan terlihat menakutkan, tetapi walaupun tidak ada penghuni didalam rumah tersebut masih terlihat rapi. Hanya lampu dihalaman saja yang menyala, itu berarti Elica harus mencari saklar lampu didalam. Sedikit ada rasa takut di benak Elica, tapi sebisa mungkin dia menepis pikiran negatif nya tentang hantu. Konyol jika dia masih mempercayai hal mistis tersebut.Setelah masuk melangkah menuju pintu rumah tersebut, tangan nya menggenggam erat koper yang dibawakan nya. Sedangkan tangan satunya dia gunakan untuk menyalakan lampu flash dari ponsel nya mencari saklar lampu.Semua lampu diruangan tersebut menyala. Dan rumah itu ternyata masih terawat dengan baik, hanya perlu dibersihkan debu nya saja, pikir Elica.Elica memilih langsung beristirahat dikamar. Dia meletakan koper nya disudut kamar tersebut.
Bryan dan Elica pergi ke sebuah Klinik untuk mengobati luka yang ada di dahi Elica. Meskipun hanya sedikit tergores tetapi Bryan melihat akibat benturan tadi menjadikan dahi Elica membiru.Setelah selesai diobati, Bryan pun langsung mengantarkan Elica pulang. Namun Elica bilang jika dia ingin bertemu terlebih dahulu dengan sang ayah. Karena sudah dua bulan dia tidak melihat nya. Dan Bryan pun hanya menuruti saja.Didalam mobil Elica tampak melamun dan hanya melihat kearah luar jendela. Sepertinya dia masih sedikit syok dengan apa yang terjadi pada ibu nya. Tidak ada sedikit pun dibenak Elica jika ibu nya akan gila. Dan lebih parah nya dia sudah tidak mengenali Elica lagi. Air mata Elica tiba-tiba menetes, karena dia merindukan sosok sang ibu yang selalu menyayangi nya."Hei.. kau menangis?" Tanya Bryan saat mendengar Elica yang sesenggukan.Dan Elica membalas dengan gelengan kepala. Dia dengan cepat
Setelah pertengkaran itu akhirnya Alex berhasil membawa Elica kembali dengannya. Keduanya kini berada di dalam mobil dan tidak ada satu pun yang membuka suara.Elica memilih diam karena marah dengan Alex yang membawa nya paksa, sedangkan Alex diam karena tidak ingin memulai lagi pertengkaran dengan Elica.Dua orang yang memiliki ego sama besar, membuat hubungan Alex dan Elica bagai tiada ujungnya. Bahkan tidak ada satupun dari mereka yang bersedia mengalah dengan prinsip yang mereka pegang.Mobil yang ditumpangi Alex dan Elica pun sampai di sebuah rumah besar. Bagian depan nya terlihat luas namun suasana asri masih melekat di halaman rumah tersebut. Keduanya pun turun dari mobil dan berjalan kedalam rumah.Sesampainya didalam, seorang wanita tua berusia sekitar 50 tahunan menyapa Alex dan Elica dengan sopan."Selamat datang tuan muda, saya tidak menduga anda akan pulang ke rumah
Di rumah besar, Elica terlihat sedang duduk melamun di balkon kamarnya. Semilir angin menerpa wajah cantik nya dengan lembut. Entah mengapa malam ini dia terlihat Gelisah tanpa alasan hingga di tidak bisa tertidur. Tidak berselang lama terdengar ponsel nya berdering yang berada diatas ranjang tidur nya, dengan segera Elica pun berjalan kedalam kamar untuk mengangkat panggilan tersebut. Dan ternyata Bryan lah yang menelpon dirinya."Halo Bryan.."("Halo Elica, kau baik-baik saja? Aku sedang di Seattle ingin menemui mu. Tapi tidak ada. Kau berada dimana?")Tanya Bryan dengan cemas, dan Elica baru teringat jika dia belum memberitahu pada Bryan jika dia kini sedang berada di kediaman rumah Alex."Astaga Bryan, maafkan aku. Aku lupa memberitahu mu. Kemarin Alex datang ke Seattle dan membawa ku bersama nya" jawab Elica.("Apa, lalu apa yang terjadi? Apa dia menyakiti mu?")