"Pagi, Pak Marco.” sapa Deandra seperti biasa.
Tidak ada jawaban dari Marco sedikit pun, tidak seperti biasanya.Mahendra sang ajudan pun kebingungan dengan tingkah Marco hari ini.Pagi ini aura Marco nampak berbeda. "Ada apa dengan Pak Marco?" hanya itu yang Deandra tanyakan dalam hatinya.“BEKERJALAH YANG BENAR ! JANGAN SAMPAI TERLAMBAT LAGI !" ucap Marco dengan bahasa jermannya kepada Sandi, suaranya itu sangat keras sehingga terdengar sampai keluar ruangan termasuk Deandra saking kerasnya.Sandi hanya terdiam tidak mengerti apa yang dikatakan, sudah lama tidak terdengar Pak Marco berbicara dengan bahasa Jerman, dan itu artinya Pak Marco sedang marah besar ! Deandra masuk kedalam ruangan Marco, terlihat pula Mahendra yang hanya diam karena sudah tahu tabiat bos nya itu. "Pak Sandi, Pak Marco bilang jangan terlambat lagi." Deandra mencoba membantu Sandi. "Baik Pak, saya tidak akan ulangi lagi, saya ijin keluar, Pak.” Kalau sudah begini yang bisa dilakukan adalah menghindari bos nya itu, padahal Sandi tidak terlalu telat dia hanya terlambat 5 menit itu pun karena Marco yang menyuruhnya membelikan kopi terlebih dulu.Deandra mencoba berbicara dengan Marco dengan bahasa Jerman. "Apa ada masalah, Pak?” tanya Deandra. "Bukan urusanmu !” jawab Marco. "Aku sangat mengkhawatirkanmu, Pak.” "Urusi saja pacarmu itu !” "Maaf, maksud bapak?” "Tidak ! Keluar !” "Baik, Maaf Pak" Deandra pun pergi keluar. Mahendra yang melihat itu hanya terdiam, sebenarnya dia paham apa yang mereka bicarakan, Mahendra sedikit memahami bahasa Jerman. Mahendra sekarang tahu mengapa mood bos nya sangat buruk pagi ini.Dan ini yang ditakutkan Deandra pun terjadi, Marco kembali ketus padanya seperti dulu. "Dra, nanti kata Pak Marco kekasihnya akan datang, jangan ada yang masuk ke ruangannya ataupun menganggu." ucap Mahendra yang keluar dari ruangan CEO. Deandra terdiam. "Dra?!" "I-ya Pak, siap." "Tenang saja akupun tidak tahu itu benar pacarnya atau bukan." bisik Mahendra lalu berjalan pergi. Deandra masih melamun. "Pak Marco mempunyai kekasih?" tanyanya dalam hati. Waktu menunjukan pukul 10.00 WIB, Deandra masih sibuk dengan pekerjaan membuat laporan jurnalnya. Dan datanglah seorang wanita cantik, berambut panjang berwarna hitam, bertengker kacamata coklat di hidung mancungnya, bentuk tubuh yang sempurna mengenakan dress yang mencetak bentuk badannya. Dia bak seorang model ! Dan Deandra kenal wanita itu, dia adalah Katrina, mantan sekaligus cinta pertama Marco. Deg ! “Apa dia kekasih Pak Marco?” tanya Deandra dalam hatinya, itu membuat hatinya menciut, bagaimanapun Katrina saingan yang berat. Katrina hanya melirik dan tersenyum pada Deandra dan langsung masuk keruangan Marco. “Apa karena Katrina, Pak Marco hari ini berbeda? apa mereka bertengkar ?” banyak pertanyaan di hati Deandra. Deandra mengelus dadanya mencoba menenangkan hatinya, bagaimanapun dia hanya ingin dekat dengan Pak Marco bukan menjadi kekasihnya. Sudah menjadi Sekretarisnya pun Deandra bersyukur. Hingga waktu menunjukan pukul 4 sore, sudah hampir menuju jam pulang, Katrina belum juga keluar dari ruangan Marco. Berbagai pikiran negatif muncul di kelapa Deandra, apa yang sedang mereka lakukan? apa saking asyiknya mereka lupa akan waktu? Ingin rasanya Deandra mendobrak pintu ruangan tersebut dan mengusir Katrina. Namun itu hanya keinginnannya semata, nyatanya dia tidak berani masuk keruangan sana. Katrina pun keluar dengan wajah yang cerah, namun nampak berbeda, lipstiknya memudar, kancing bajunya terbuka satu, membuat yang melihatnya akan berpikiran negatif karena mereka seperti habis bercinta. Katrina pun pergi dan Marco masih diruangannya. Ingin rasanya Deandra menangis tapi dia harus profesional jangan mencampuri pekerjaan dengan rasa pribadinya. Deandra memasuki ruangan Marco. Marco tidak ada di ruangan kerja nya, namun terdengar suara air di ruangan istirahat Marco, sepertinya Marco sedang mandi. Ruangan CEO memang dilengkapi fasilitas tempat tidur dan kamar mandi. “Pak saya ijin pulang” Deandra meminta ijin kepada Marco dengan suara sedikit kencang agar terdengar. Tapi tak ada tanggapan darinya. "Semoga setiap harinya bapak selalu bahagia" ucap Deandra dengan nada pelan dan berlalu pergi. Sebenarnya ucapan Deandra itu terdengar jelas oleh Marco. *** "Satu gelas lagi" ucap Deandra kepada bartender. Dan bartender itu hanya mengangguk dan langsung menyiapkan pesanannya. Deandra sedang berada di club malam bersama Devin. Dan Devin seperti biasa sedang bersama wanita-wanitanya berjoget dan bercumbu. Deandra sudah biasa akan hal itu, Devin memang terang-terangan bermain wanita di depan Deandra. Deandra mabuk hari ini bukan karena Devin, dia mabuk tentu saja karena Marco. Hari ini sangat membuat hatinya hancur melihat Marco dan Katrina muncul di hadapannya dan entah berbuat apa di ruangan Marco. Banyak hal negatif berkeliaran di kepala Deandra saat ini. "Satu gelas lagi !" ucap Deandra. Ini sudah gelas ke 5 untuknya. Saat Deandra akan meminum gelas ke 5 nya, sebuah tangan kekar menahannya. "Apa harus dengan minum-minum kau melampiaskan emosimu ?!" Suara bariton merdu itu menghentikan detak jantung Deandra sedetik. "Pak Marco??" Deandra masih kaget dengan sosok di depannya itu. "Kau mencintainya bukan? kenapa kau diam saja melihatnya dengan wanita-wanita itu?" Meski Deandra sedikit mabuk tapi ucapan Marco terdengar jelas ditelinganya. "Aku sudah terbiasa dengan sikap Devin." "Jadi kau membiarkannya?" "Ya tentu saja, dengan sikapku ini sudah terlihat bukan bagaimana perasaanku padanya?" ucap Deandra sambil menatap Marco. "Dari dulu hingga sekarang aku hanya mencintaimu, Marco ! Maaf maksudku, Pak Marco !" Marco terdiam, biasanya orang mabuk memang lebih jujur dari biasanya. "Apa yang kau bicarakan Deandra, kau sedang mabuk." "Aku memang mabuk apalagi hatiku yang mabuk karena mu, pak !" Marco dan Deandra saling bertatapan. Deandra sadar apa yang dikatakan. "Maaf pak, saya harus ke toilet." karena malu Deandra pun pergi meninggalkan Marco. Marco terdiam sejenak menyaksikan kekasih hatinya itu menjauh. Namun dia beranjak berjalan hendak mengikuti Deandra. "Aku harus memastikan apa ucapanmu itu benar?! Malam ini aku menginginkan mu Deandra !" ***Deandra masih memikirkan foto Rachel yang disimpan Nathan. “Mungkin masih ada sedikit harapan untuk Rachel, tapi tunggu! Rachel tidak boleh sepertiku, dia tidak boleh mempunyai dua kekasih.” ucap Deandra dalam hatinya, membuatnya tidak sadar sedari tadi dia melamun. “Apa yang membuatmu melamun, Deandra?” suara bariton pria yang sangat dirindukan membuyarkan pikirannya. “Pak Mar-co, maaf pak, saya tidak menyadari kehadiran bapak.” “Masuk keruanganku.” ucap Marco dengan suara lembut. Deandra mengangguk sambil tersenyum dan langsung mengikuti Marco pergi kedalam ruangannya. “Apa yang kau pikirkan perle?” ucap Marco tanpa basi basi. “Tidak ada, aku hanya merindukanmu.” ucap Deandra sambil mendekat kepada Marco. “Kau tidak bisa berbohong padaku.” Marco memandang Deandra dengan sedikit tajam. “Aku merindukanmu, itu benar! aku tidak berbohong, hanya saja memang ada sesuatu yang sedikit menganggu pikiranku.” “Apa itu?” “Ini tentang Rachel.” “Rachel? kenapa dia? apa t
Marco mengerutkan dahinya mendengar laporan dari Nathan.“Bos, Devin, bukan orang sembarangan, aku khawatir, pada akhirnya dia akan mengetahui hubungan bos dengan Deandra.”Marco terdiam lalu sudut bibirnya terangkat, dia tersenyum.“Aku sudah tahu resikonya, Tan, terimakasih kau telah mencemaskanku.”Nathan hanya diam, dia benar-benar mengkhawatirkan bosnya itu, namun kenyataannya bosnya itu tidak cemas sama sekali.Orang yang sedang dimabuk cinta, memang sulit untuk dinasehati, bukan?Marco memang beruntung memiliki dua sahabat sekaligus orang kepercayaan yang sangat setia padanya.Marco menjadi ingat kembali kisah persahabatannya bersama Nathan dan Mahendra.Jika dengan Nathan, Marco sudah mengenalnya sangat lama, sejak mereka berusia 4 tahun tepatnya, karena Nathan Pratama berasal dari kalangan yang setara dengan Marco, anak tajir dari lahir.Nathan pria tampan, dia putih dan beralis tebal layaknya orang arab, penuh karisma dan sangat cuek pada hal yang dianggapnya tidak penting.
“Apa kekasihku selama di sini merepotkanmu, Marco?” “Tidak, tentu saja tidak, kau tahu dia sangat membantu dalam pekerjaanku.” Devin tersenyum bangga mendengarnya. Saat ini mereka tengah breakfast di hotel tempat mereka menginap dan Deandra sedang memilih-milih makanan, jadi di meja hanya ada Marco dan Devin. “Deandra baru pertama pergi sejauh ini, bahkan ini ke New York, paling jauh mungkin hanya ke Jepang, aku jadi sangat mengkhawatirkannya.” “Itu hal yang wajar, Devin, jika aku jadi kau, aku akan melakukan hal yang sama.” Devin kembali tersenyum. Berbicara dengan Marco memang terasa nyambung dan menghibur. Di balik dua pria tampan yang sedang asyik berbincang itu, tidak sedikit wanita di sana melirik mereka berdua, menatap kagum pada kedua pria hot di sana. Anehnya Devin sedikit jaim alias jaga image di depan Marco, biasanya jika ada wanita yang menggoda, dia sedikitnya akan menggoda balik wanita itu, namun ini tidak! dia stay cool sama seperti Marco. Deandra
Deandra tampak kagum dengan setiap detail apartemen Rachel. Lihatlah interior mahal itu begitu memanjakan mata! Apartemen Rachel bernuansa rose gold lebih mengarah ke tema putri kerajaan, Rachel memang sangat feminim dan begitu menyukai princess. Rachel memang merombak seluruh apartemennya sesuai yang dia sukai. Anak konglomerat memang bebas melakukan apa yang mereka inginkan. “Aku serasa di kerajaan loh, Chel.” ucap Deandra. “Tentu dong! welcome to my kingdom.” ucap Rachel sambil tertawa. “Chel, kau masih menyimpan ini?” tanya Deandra sambil memperlihatkan sebuah foto berbingkai bunga berwarna pink. “Tentu saja, kalian sabahat terbaikku, kau tahu di sini aku tidak mempunyai teman, ya selain pacarku.” ucap Rachel sambil menunduk. “Kangen ya, dengan masa sekolah dulu.” ucap Deandra. “Ya tentu saja, Dra.” Tatapan mereka berubah sendu memandang salah satu wajah sahabat mereka. Deandra dan Rachel memang bersahabat sejak lama, bukan hanya mereka berdua sebenarny
Marco tidak mengikut sertakan Deandra dalam meeting bersama klien kali ini, Marco malah meminta Deandra menemani Rachel. Marco diam-diam mengkhawatirkan adik satu-satunya itu. “Dra, biasanya Bang Marco suka galak sama sekretarisnya, kalo padamu beda ya.” ucap Rachel sambil tersenyum menggoda Deandra. Saat ini mereka berada di cafe dekat universitasnya Rachel. “Mungkin karena aku sahabat dekat adiknya.” “Atau mungkin Bang Marco...” sambung Rachel. “Jangan berpikir yang aneh-aneh ya, Chel.” Deandra langsung memotong obrolan Rachel. Deandra memang menyembunyikan hubungannya dengan Marco. “Kau masih bersama Devin sang playboy tapi tampan dan panas itu?” “Tampan dan panas?” “Ya! kau tahu pacarmu itu mempunyai julukan di kalangan para wanita, tapi menurutku, Bang Marco juga tampan dan panas, benarkan?” tanya Rachel. Deandra jadi mengingat kegiatan panas mereka kemarin malam dan itu membuatnya kembali bergairah. “Hei! kenapa kau jadi melamun sih, Dra!” seru Rachel
Deandra termenung di kamar hotelnya. Deandra berada di hotel bintang 5 bersama Marco, dengan kamar yang berbeda namun bersebelahan. Dia masih memikirkan curhatan Rachel mengenai kisah cintanya, ternyata ada kisah cinta yang sama rumitnya dengan dirinya. Rachel Baskoro ternyata masih begitu mencintai Nathan Pratama, sahabat sekaligus orang kepercayaan Marco, kakak kandungnya. Ini menjadi tugas baru bagi Deandra, dia perlu memastikan perasaan Nathan sekarang, apa dia menghindar pergi ke New York karena masih mencintai Rachel atau malah sebaliknya, Deandra hanya perlu pelan-pelan membongkar perasaan Nathan. Dia bertekad membantu sahabatnya itu walau Rachel tidak memintanya. “Apa Marco mengetahui perasaan Rachel yang sesungguhnya?” tanya Deandra dalam hatinya. Mengingat Marco tipe kakak yang begitu peduli pada adiknya. “Aku harus memastikannya langsung.” batin Deandra lagi. Suara pintu terbuka menyadarkan lamunan Deandra. Dan itu Marco. Tentu mudah bagi Marco untu