Share

Hati yang memanas

Deandra tidak pergi ke toilet, namun dia pergi ke lorong dekat toilet, dia tertunduk saking malunya mengingat perkataannya tadi pada Marco.

Seorang pria mendekati Deandra lalu memegang bahu Deandra oleh tangan kirinya dan satu tangannya lagi memegang tembok, seolah mengunci Deandra agar tidak pergi kemana pun.

"Kau benar-benar mencintaiku?" lagi-lagi suara bariton merdu itu membuat hatinya berdebar tak menentu.

Deandra menatap Marco dengan tatapan penuh cinta. Ya pria itu adalah Marco.

"Lihat mataku, apa terlihat ada kebohongan disana?" ucap Deandra.

Marco terdiam.

“Aku begitu mencintaimu sampai hatiku sakit.” ucap Deandra lagi sambil memegang dadanya.

Tangan Marco berpindah dari bahu Deandra ke bibir Deandra, dia mengusap nya seolah Deandra tidak harus melanjutkan perkataannya barusan.

Marco mendekatkan bibirnya, Marco hendak mencium Deandra.

“DEANDRA SALIM ! DIMANA KAU ?!” suara Devin itu menggema di telinga Deandra.

“Pak, maaf saya harus pergi.” Deandra buru-buru pergi ke sumber suara.

Marco hanya memejamkan mata dan mengepalkan tangannya.

“Sialan kau, Devin !”

Deandra menghampiri Devin yang sudah mabuk parah.

“Pergi kemana saja kau, bitch?!” tanya Devin.

“Aku hanya pergi ke toilet sebentar.”

“Jangan bohong kau ! Kau ingin pergi dariku kan ?!” seru Devin dengan mendorong bahu Deandra.

“Kau sudah mabuk parah, ayo kita pulang, Vin.” Deandra mendekat dan memapah Devin.

“Kau tau aku sangat mencintaimu bukan?”

“Iya, Vin.”

“Kau tak akan meninggalkanku kan, bitch?”

Deandra terdiam sambil berjalan memapah Devin keluar dari club itu.

“Jawab Deandra !” seru Devin.

“Iya, Vin.”

“Anak pintar.” ucap Devin sambil mengelus rambut Deandra.

Deandra sudah biasa dengan sikap Devin yang seperti ini, bukan kali pertama pula Devin mengajak Deandra ke club dan seperti hari ini Deandra hanya menyaksikan Devin dengan para wanitanya.

Deandra memesan taksi dan mereka pun pergi dari club dengan di saksikan Marco yang mengepal tangannya dan memukul tembok.

“Dasar bajingan !” umpat Marco.

***

Marco dan Devin memang tidak saling mengenal, Marco hanya tahu bahwa Devin adalah CEO dari Yudistira Grup yang mempunyai karir mentereng, dia jenius dan sukses menjadi CEO di usia muda sama seperti Marco. Dan Devin hanya tahu bahwa Marco adalah CEO dari Baskoro Grup yang sekarang adalah bos kekasihnya, Deandra.

Marco bukan tipe laki-laki kepo yang ingin tahu urusan orang lain, tapi melihat perlakuan Devin pada Deandra itu membuatnya sangat geram dan membuatnya ingin mengetahui siapa itu Devin Yudistira yang sebenarnya.

Hari libur yang biasanya dia pakai untuk bersantai dan berolahraga pun, hari ini dia putuskan untuk mencari tahu tentang Devin, ingin rasanya dia menghubungi Deandra menanyakan keadaannya hanya terhalang karena dia ingat karakter Devin yang begitu mengekangnya.

"Bagaimana Tan, apa ada info mengenai si Devin itu?" tanya Marco pada Nathan.

"Menurut data yang saya baca jika disimpulkan, Deandra menjadi kekasih Devin setelah PT Salim Sejahtera di akuisisi oleh Yudistira Grup."

"Sudah kuduga, Deandra memang terpaksa bersama Devin.” ucap Marco.

Marco jadi membayangkan betapa tersiksanya Deandra bersama Devin melihat sekilas kemarin bagaimana perlakuan Devin pada Deandra, Marco sudah menyimpulkannya.

“Deandra.” gumam Marco sambil menutup matanya membayangkan kekasih hatinya itu.

"Aku begitu mencintaimu." batinnya lagi.

***

Deandra sedikit bernafas lega, pasalnya Devin yang semalam mabuk parah tidak akan menganggunya hari ini. Deandra sayang terhadap Devin namun dia menganggap Devin seperti kakaknya sendiri tidak lebih. Hati Deandra memang sudah terkunci pada Marco sejak dulu.

Deandra jadi teringat kejadian malam saat dia mengungkapkan perasaannya pada Marco seperti dulu.

Untungnya hari ini hari libur, jadi dia setidaknya tidak bertemu dengan Marco untuk dua hari ke depan.

"Apa yang kau katakan semalam sangat memalukan Deandra !" ucapnya sambil menghadap cermin.

"Kau memang selalu tidak bisa menahan perasaanmu ! bahkan selalu saja kau ungkapkan !" ucapnya lagi pada dirinya sendiri.

Deandra menarik nafasnya.

"Aku hanya tak ingin Pak Marco menjauh lagi dariku." batin Deandra sambil meratapi nasibnya.

"Aku begitu mencintaimu." batinnya lagi.

Hari sabtu ini, akan Deandra gunakan untuk merawat dirinya juga menenangkan hati dan pikirannya sebelum hari minggu tiba.

Hari minggu dia harus menemani Devin seperti biasa, minggu ini jadwal Devin adalah bermain Golf, dia harus bersiap-siap menjadi pembantu Devin lagi, ya Devin selalu memperlakukan Deandra seperti itu. Devin sering mengungkapkan bahwa dia sangat mencintai Deandra namun karena perlakuannya itu, Deandra sama sekali tak percaya dengan ungkapannya.

***

Waktu berjalan begitu cepat, saatnya kembali bekerja.

Devin ada agenda ke Jepang untuk 2 minggu ke depan dan berangkat di Minggu malam, tentu saja sudah jelas Deandra yang akan menyiapkan semua keperluannya, harusnya Devin merasa beruntung mempunyai kekasih seperti Deandra.

Untungnya Deandra tidak telat datang bekerja hari ini, dia hanya tidak datang pagi-pagi seperti biasanya.

"Selamat pagi"

"Se-lamat pa-gi, Pak Marco." ucap Deandra sedikit terbata karena terkejut Marco menyapanya terlebih dahulu.

Mahendra yang selalu di mendampingi Marco pun tersenyum kepada Deandra.

Mereka masuk keruangan CEO.

"Syukurlah, mood pak Marco sudah kembali." batin Deandra.

"Mungkin karena sudah bertemu lagi dengan Katrina, Pak Marco kembali ceria" batinnya lagi.

Deandra masih belum sadar bahwa mood Marco berubah bukan karena Katrina melainkan oleh dirinya. Deandra hanya takut terbawa perasaan oleh Marco sehingga dia tidak mau kepedean menganggap Marco mencintainya.

"Dra, kau dipanggil keruangan, bos." ucap Mahendra.

"Ku titip bosku ya, aku ada keperluan sebentar." ucap Mahendra lagi.

"iya baik, pak"

Jantung Deandra bergemuruh dengan hebatnya, dia sebenarnya masih belum siap bertemu dengan Marco mengingat malam itu saat dia mengungkapkan perasaannya pada Marco.

Deandra memberanikan diri keruangan CEO itu.

Tok tok tok

"Pak aku ijin masuk." seru Deandra.

"Masuk lah."

Jantung Deandra masih berdegup kencang malah semakin kencang.

"Ada yang bisa saya bantu, pak?"

"Apa saja agenda ku hari ini?"

"Agenda bapak hari i-ni." Deandra mendadak lupa agenda Marco hari ini.

"Hari i-ni bapak."

"Kenapa? Kau lupa?" tanya Marco, dia tidak marah melainkan dia sedikit tertawa.

"Maaf Pak saya lupa, sebentar saya akan mengecek nya lagi." ucap Deandra dia hendak ke mejanya untuk melihat lagi agenda Marco hari ini.

"Tidak usah Deandra, kemari mendekatlah." ucap Marco.

Deandra terdiam sejenak. Marco menyuruhnya mendekat, posisi Marco memang dia sedang duduk di kursi kerjanya.

Deandra perlahan berjalan menuju Marco.

"Duduklah di sini." ucap Marco sambil menunjuk pahanya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status