Share

Bab.7 POV Razan

Penulis: AuthorS
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-30 18:22:02

Bi Nani keluar dari kamarnya setelah ibu pergi. Dia segera mendekat ke arahku dengan ekspresi tidak enak karena aku sudah mengerjakan pekerjaannya.

"Aduh, Non, kenapa Non nyuci piring? Kenapa gak dibiarin sampai besok saja, biar Bibi atau si Marni yang kerjakan!" katanya heboh sekali.

"Gak apa-apa Bi, saya lagi pengen cuci piring aja, Bibi istirahat saja," jawabku lembut.

"Non, kenapa? Kok keliatannya sedih begitu?" tanya Bi Nani padaku.

"Enggak kok Bi, saya gak apa-apa, saya ke kamar dulu ya," aku segera pergi menuju kamar untuk istirahat.

***********

Entah kapan Mas Razan pulang semalam. Saat aku terbangun, tiba-tiba dia sudah memelukku dari belakang, sepertinya Mas Razan masih tidur pagi ini. Aku melepas perlahan tangannya yang melingkar.

"Akan ku buat kamu menyesal sudah melakukan semua itu padaku Mas! Aku bukan wanita bodoh dan naif lagi sekarang, sekali kamu melukaiku, aku akan membalasmu seumur hidup!" ujarku pada Mas Razan yang masih terlelap tidur.

Aku segera membersihkan diri di pagi hari yang masih buta. Setelahnya aku mencoba merias wajah dengan make-up natural agar wajahku tampak segar tak seperti biasanya.

Sebuah pesan muncul di layar Handphone suamiku, karena penasaran aku segera membukanya.

[Mas bisa kesini gak? Aku minta uang 20 juta buat belanja pakaian, nanti malam ada acara pesta ulang tahun temenku, aku juga udah cari pengasuh Farel biar nantinya aku gak terlalu capek ngasuh dia] 

Isi pesan itu muncul dari nama kontak "Mrs.N" yang tak lain adalah nomer Kak Nita. 

Aku kembali menaruh Handphone itu ke atas nakas. Sambil mengepalkan tangan, aku memandang ke arah Mas Razan. Rasanya aku ingin memakannya hidup-hidup sekarang juga, tapi sayang aku bukanlah seorang kan*bal.

"Kamu mau kemana sayang, sudah dandan pagi-pagi?" tanya Mas Razan saat dia terbangun.

"Aku mau mencari pekerjaan Mas," jawabku singkat sambil memoles bibirku dengan lipstik lagi.

"Cari pekerjaan? Memangnya uang yang selama ini Mas kasih kurang ya?" tanyanya.

"Bukan begitu Mas, uang yang selama ini kamu kasih itu kan tetep uang kamu meski sudah di kasih ke aku, dan aku gak enak terus-terusan pake uang kamu, jadi aku mau cari kerja sekarang!" jawabku sambil berdiri lalu mengulurkan tanganku pada Mas Razan.

"Kamu masih marah atas kejadian kemarin Amira? Kita kan sudah bahas semuanya kemarin, dan kamu gak mempermasalahkan hal kemarin tapi kenapa sekarang tiba-tiba kamu bilang seperti itu sama Mas, Mas gak akan izinkan kamu bekerja!" kata Mas Razan dengan sorot matanya yang tajam.

"Kalau begitu, serahkan semua gajih yang Mas pegang sama aku, selama ini Mas hanya memberi aku setengah dari gajih Mas kan?" pintaku dengan syarat yang mungkin memberatkannya.

"Eu..kalau itu Mas belum bisa memberi semua gajih Mas sama kamu Amira, kamu kan tahu sendiri, Mas juga punya kebutuhan pribadi dan juga Mas harus membiayai Rania yang masih bersekolah SMA, jadi Mas gak bisa kasih semua gajih Mas sama kamu," jawabnya masih dengan alasan yang sama dengan beberapa tahun lalu.

"Kalau begitu aku mau cari kerja Mas, tolong izinkan aku bekerja!" kataku kekeh juga ingin mengujinya lalu berjalan hendak pergi.

"Nanti dulu! Jangan buru-buru gitu!" Mas Razan menarik tanganku membuatku duduk di atas ranjang.

"Terus?" 

"Baiklah, Mas akan mengizinkan kamu untuk bekerja Amira, tapi jangan hari ini, apa kata kedua orang tua kamu kalau kamu bekerja saat mereka masih ada di rumah ini? Mas akan malu sama mereka karena sudah mengizinkan kamu bekerja." Jelasnya lagi.

"Kamu benar-benar sudah berubah Mas, kamu juga mengizinkan aku bekerja sekarang, tidak seperti dulu yang selalu mencegahku karena kamu gak ingin aku capek-capek bekerja, semua pencegahan ini hanya pura-pura saja kamu lakukan, tidak seperti dulu," ucap batinku yang merasa miris sekali.

~~POV Razan~~

Namaku Muhammad Razan Al-fatih, aku adalah seorang Dokter di sebuah Rumah Sakit milik Kakekku. Aku sudah lama bekerja di Rumah Sakit sebelum menikah dengan Amira yang kini menjadi istri pertamaku. 

Ya, sekarang aku sudah punya dua istri. Amira adalah perempuan yang aku nikahi tujuh tahun lalu, dan dia belum bisa mengandung selama tujuh tahun pernikahan kami. 

Istri keduaku bernama Nita, dia adalah Kakak kandung Amira yang sudah aku nikahi dua tahun lalu tanpa sepengetahuan siapapun. Kami juga menikah di luar kota. Kami sebenarnya sudah berpacaran saat usia pernikahan pertamaku menginjak tahun ke tiga.

Ternyata aku lebih tertarik kepada Kak Nita yang selalu berpakaian seksi juga tentunya berbeda sekali dengan Amira yang selalu berpakaian sederhana juga tak banyak gaya.

Tanpa sepengetahuan Amira aku dan Kak Nita sudah menikah juga mempunyai anak yang selama ini aku harapkan berusia sekitar empat bulan bernama Farel. Kak Nita sebenarnya tidak tinggal di luar kota setelah kita menikah, kami tinggal di kota dekat dengan tempat tinggal Amira.

Karena Amira adalah gadis yang polos juga jarang bergaul keluar rumah, dia jadi tidak tahu sama sekali keberadaan kami di kota itu. Dia juga perempuan yang baik hati tak pernah menaruh rasa curiga saat tiba-tiba Kak Nita datang ke rumah untuk tinggal bersama kami dengan alasan punya anak dari seseorang.

Padahal itu dia lakukan agar aku dan dia bisa lebih sering bertemu tanpa harus mmbagi waktu untuk datang ke rumahnya.

O, ya, di Rumah sakit tempat aku bekerja ada seorang Dokter lumayan cantik bernama Sabrina yang selalu mencari perhatianku. Dia tak jarang mengajakku untuk tidur bersama karena statusnya kini sudah janda dua kali. 

Dia adalah teman lamaku di kampung, lebih tepatnya lagi dia adalah mantan pacarku. Saat ini kami tengah menjalin kedekatan sebagai teman. Ya, teman tapi mesra.

"Sayang...Mas mohon jangan cari kerja sekarang, tunggu Bapak dan Ibu pulang dulu, baru kamu cari kerja ya!" bujukku pada Amira yang tiba-tiba mau mencari pekerjaan.

Hari ini aku heran padanya, tidak ada angin tidak ada hujan, Amira tiba-tiba ingin mencari pekerjaan dengan berdalih tak enak terus-terusan memakai uang dariku. Dia mungkin sudah mempunyai firasat tentang perselingkuhanku, tapi aku akan biarkan dia untuk bekerja agar keuanganku juga bisa lebih baik tanpa harus membagi lebih banyak padanya.

"Iya," jawabnya menurut saja.

Aku tersenyum lalu memeluk tubuhnya juga mencium pipinya dengan lembut. Biasanya Amira akan tersenyum saat aku melakukan kemesraan padanya, tapi kali ini dia diam saja seperti patung. Apa dia sudah bosan padaku karena sudah lama sekali aku tidak pernah menyentuhnya? 

Entahlah bagaimana perasaannya itu, wanita memang sulit sekali untuk ditebak, apalagi jika ada kemauan, mereka cenderung selalu memakai kode-kodean dibanding megucapkannya secara langsung. Mungkin itulah yang diinginkan Amira, disentuh olehku tanpa mebgungkapkan keinginannya. Makannya dia selalu uring-uringan gak jelas.

"Kamu pengen ya?" tanyaku padanya yang masih terdiam.

"Hmmh?" Amira menoleh ke arahku.

"Kita sudah lama enggak melakukannya kan sayang?" tanyaku lagi.

"Iya, Mas," 

"Ya sudah, ayok kita lakukan sekarang mumpung masih pagi!" ajakku yang sangat bersemagat sekali.

"Ya, aku pengen semua ATM kamu aku yang pegang!" jawabnya yang membuatku langsung speeclesh.

Kenapa dia kekeh sekali ingin memegang semua ATMku? Apa sekarang dia sudah tidak bisa aku bohongi lagi?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bibit Tanaman
tdk boleh dijadikan istri adik dan kakaknya, dlm islam haram, kecuali sdh diceraikan atau sdh meninggal dulu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.49

    "Aku yakin banget dia ada disana tadi, di dekat pohon kelapa, dan dia memakai jaket warna hitam," aku kekeh karena sangat yakin jika itu benar Kakakku."Ya udah, kamu jangan panik begitu, tenangin diri dulu ya, jangan khawatir, dia tidak akan berbuat jahat lagi sama kamu, mungkin dia cuma kebetulan lewat saja," balas Daniel sambil mengelus pundakku. "Aku beli minum dulu ya, biar kamu lebih tenang setelah minum." Ujarnya lagi lalu pergi.Rinjani menggiring tubuhku untuk duduk di salah satu kursi panjang yang terdapat di pinggir pantai. Dia berkali-kali mengelus punggungku untuk menenangkan karena dia tahu sendiri bagaimana rasa traumaku beberapa waktu lalu saat aku harus kehilangan calon bayiku karena kecelakaan yang di lakukan oleh Kak Nita."Tenang Amira, kamu akan baik-baik saja, jangan khawatir, kan ada aku." Ucap Rinjani.Tak lama Daniel datang dengan sebotol air mineral di tangannya. "Minum dulu Mir, biar kamu lebih tenang," ucapnya mengulurkan sebotol air itu padaku."Iya, terim

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.48

    Aku hanya diam saja berpura tak mendrngar pertanyaan dari Rama. Dia tetap saja mendesak memberiku pertanyaan lagi."Apa mau bulan ini juga kalian merid?" tanyanya lagi yang membuat aku dan Daniel juga Rinjani berlirikan."Bukan bulan ini, tapi besok!" jawab Rinjani tegas.Rama terkikik geli setengah mengejek mendengar hal itu. Aku rasa ada yang berbeda dengan sikapnya. Tapi ku abaikan saja. Setelah acara itu selesai, kami semua pergi ke pantai untuk merayakan kembali hari ulang tahunku.Tentu saja aku meminta izin pada Ibu dan Bapak untuk pergi ke pantai bersama teman-temanku. Mereka langsung mengizinkan karena bukan hanya aku yang meminta izin, tapi Daniel juga. Sepertinya Ibu dan Bapak sudah terpikat oleh sikap baik Daniel padaku yang selama ini cukup dekat dengan keluarga kami.******Kembali kami menghabiskan waktu bersama di pantai setelah sampai dan memakan waktu cukup lama. Kami sampai tepat pukul tiga sore. Aku duduk di tepi pantai sambil menikmati hembusan angin sore. Tiba-

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.47

    Bi Ningrum berhenti di sebuah taman yang sudah di dekorasi dengan dekorasi yang sangat indah. Terdapat ucapan selamat ulang tahun di dalam dekorasi yang terpasang membuat dahiku mengernyit. Disana juga sudah tertata rapih beberapa meja bundar lengkap dengan kursi yang mungkin akan menjadi tempat duduk beberapa tamu.Sebuah kue besar dengan angka 27 di atasnya yang terpampang di atas meja sudah jelas sekali memberitahuku bahwa acara surprise itu di tunjukkan untukku."Happy Birthday Amira" Tampak Daniel yang tiba-tiba muncul dari balik dekorasi itu sambil menebar senyuman termanis padaku."Happy Birthday Amira!" ucapnya berteriak. Beberapa orang juga muncul sambil berteriak terutama Rinjani, Rama dan juga Erlika yang tanpa berekspresi."Tunggu!" ujarku membuat senyum mereka memudar berganti degan ekspresi kebingungan."Ada apa Amira?" tanya Rinjani menghampiriku yang jaraknya beberapa meter."Emangnya kalian yakin hari ini hari ulang tahunku?" tanyaku."Lah, bukannya tanggal ulang tah

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.46

    Nisa menjelaskan mereka berdua sempat berbincang di depan toko dan tak sengaja dia mendengarnya. Maksud mereka datang ke toko mungkin untuk mengundangku ke acara pernikahan mereka, begitu kata Nisa."Aku dengar mereka lagi ngobrol tentang undangan pernikahan Bu, mungkin saja Ibu mau di undang ke acara pernikahan mereka." Jelas Nisa.Mobil yang kini sedang aku kendarai melaju lambat, kala mengingat penjelasan Nisa waktu di toko. Aku menghentikannya di depan sebuah Mall.Setelah memarkirkan mobil aku turun. Beranjak berjalan menuju sebuah toko minuman lalu memesannya. Aku duduk di sebuah kursi menunggu minuman datang."Hai, Amira!" sapa Rama bersama seorang perempuan cantik menghampiriku yang sedang duduk termenung.Aku tersenyum membalas sapaannya. Dia duduk bersama wanita itu. "Malam-malam nongkrong disini, sendirian lagi, Daniel kemana?" tanya Rama.Mendengar pertanyaan itu aku sudah mengerti. Setiap orang pasti akan mengira kami sudah memiliki hubungan selain berteman. Aku jadi mera

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.45

    "Assalamu'alaikum...," ucapku saat membuka pintu rumah setelah sampai di kota kelahiranku."Hallo! Amira, apa kabar!" Rinjani menerobos memelukku dengan di penuhi aura kebahagiaan di wajahnya."Alhamdulillah, baik, aduh! Pelan-pelan dong meluknya!" kataku pada Rinjani yang terlalu bersemangat."Kangen tahu! Kamu nih ya, malah kabur ke luar negri, giliran temen nikah gak ada, kesel deh!" gerutunya sambil mengiringi langkahku berjalan menghampiri Bapak dan Ibu yang tengah duduk di sofa."Gimana jalan-jalannya Mir, pasti senangkan?" tanya Ibu padaku yang mencium punggung tangannya."Alhamdulillah Bu, Amira udah lebih baik sekarang, suasana di sana enak banget, tapi dingin karena lagi musim salju." Jawabku lalu mencium punggung tangan Bapak."Coba kalau kita ikut kesana, Ibu sih gak mau ikut, jadinya Bapak juga gak bisa ikut!" kata Bapak meluapkan kekesalannya."Malas Pak, perjalanannya jauh, naik pesawat lagi. Bapak kan tahu kalau ibu takut naik pesawat." Jawab Ibu membela diri."Iya-iya

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.44

    Aku dan Daniel berjalan kaki ketika sudah sampai di tempat tujuan. Kami harus menaiki tangga panjang menuju menara.Sesekali aku berhenti berjalan karena kelelahan. Dengan tingkah konyolnya dia memintaku untuk menaiki punggungnya menawarkan diri untuk siap menggendongku."Naiklah!" katanya sambil berjongkok."Eh, gak usah, aku masih bisa jalan kok," tolakku."Yakin, bakal kuat naik ke tangga berikutnya?" ejeknya padaku."Yakinlah, ayok lanjut!" ajakku sambil menaiki anak tangga berikutnya.Beberapa menit berikutnya kami sudah sampai di puncak menara. Disana terdapat banyak sekali gembok yang terpasang di sepanjang tempat. "Mau coba pasang gembok? Tulis sebuah tanda, atau permintaan, buat seru-seruan aja." Usul Daniel saat aku berdiri melihat satu persatu gembok yang sudah terpasang.Aku menyetujuinya. Kami membeli gembok serta menulis sesuatu lalu memasangnya di tempat yang cukup ruang. "Selesai!" teriak Daniel kegirangan."Kamu tulis apaan?" aku mengintip gembok yang baru saja di p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status