Geph.Zulfan menangkap tangan Sekar. Sekar menatap tangan yang di pegang Zulfan dan memberi reaksi tidak suka sehingga Zulfan pun melepaskannya."Kamu tidak bisa begini, Dek ... kamu jangan egois sendiri. Rumah tangga yang selama ini kita bina tidak bisa dihancurkan dengan secepat itu, kamu coba pikirkan anak-anak! dia butuh sosok ayah yaitu aku." Kata Zulfan dengan frustasi.Sekar hanya terdiam, tanpa berkata-kata dan dia tidak mau menatap wajah Zulfan yang tampak kusut terpuruk dan frustasi.Kemudian Zulfan berlutut di hadapan Sekar, bersimpuh dan meminta maaf dengan tulus. "Aku minta maaf yang sebesar-besarnya atas semua kesalahanku. Aku lebih baik kamu marah, kamu mencaci. Kamu memukul, menghina aku silahkan! tapi jangan diam seperti ini dan mengambil keputusan untuk kita bercerai, kita harus pikirkan anak-anak," ucap Zulfan sembari berlutut dan menundukkan wajahnya.Sekar menggelengkan kepalanya kemudian dia mundur dan berusaha membuka pintu mobil yang terhalang oleh tubuh Zulfan
Ridho menghampiri papa dan tantenya ke dapur, menatap intens ke arah keduanya, kebetulan waktu Ridho datang, keduanya sedang diam-diaman hanya mata yang berbicara. "Papa dan Tante kenapa sih? Kok diam-diam begitu. Sariawan ya?" Mendongak menatap curiga.Zulfan tampak tenang lalu berjongkok mensejajarkan dirinya dengan anak kecil itu. "Kami ... tidak sariawan sayang, cuma panas dalam aja!" Zulfan menolehkan kepalanya pada Lulu yang menahan tawa nya.Zulfan pulang. Karena nanti sore dia akan kembali untuk mengajak anak-anak jalan."Dah ... Papa ... cepat kembali ya? kata Ridho dan Shasa sembari melambaikan tangan, berdiri di atas teras menatap kepergian papanya."Oke, sekarang Papa sudah tidak ada! sekarang kalian masuk ya mainnya di dalam lagi!" Lulu menuntun tangan mungil keduanya.*****Setelah resmi berpisah, tak atal banyak pria yang mendekati Sekar. Mau teman kerjanya ataupun rekan bisnis dari luar, tetapi untuk sementara ini Sekar masih menutup diri. Mengunci hati untuk namanya p
Sekar tampak ragu-ragu untuk menghampiri wanita yang tengah berdiri seperti sedang kebingungan. Dan mencari sesuatu. Namun lama-lama Sekar menghampirinya juga. "Mbak Fitri, sedang apa di sini?"wanita yang ditegur oleh Sekar tampak kaget dan melihat ke arah dirinya. "Sekar kau juga sedang di sini?""Saya sedang belanja," Sekar menatap wanita itu, dengan perasaan yang belum bisa dipungkiri kalau dia masih marah. Sakit hati, kecewa! terluka dengan kelakuannya bersama manatan suami."Oh gitu, kebetulan sekali kita bertemu, ada yang saya ingin bicarakan sama kamu Sekar. Boleh kita bicara?" Fitri celingukan mencari tempat duduk."Em, boleh! sebaiknya kita bicara di luar saja!* jelasnya sambil mengangguk lalu Sekar membayar belanjanya terlebih dahulu.Keduanya duduk, di dekat tukang bakso dan menggunakan kursi panjang di sana. Sekar pun memesan dua mangkok bakso untuk dirinya dan Fitri."Terima kasih, padahal jangan repot-repot!" Fitri memandangi semangkuk bakso yang masih mengepul berada d
Ting. (Wih ... yang sedang ketemu sama mantan asik sekali, sampai lupa chat aku!)Sekar bengong memandangi chat dari Sanjaya. "Apa maksudnya sih nggak jelas banget nih orang!""Kamu ini kenapa sih nggak jelas banget, siapa juga yang asik orang dia datang untuk anak-anak kok!"(Ya tidak apa-apa datang buat kamu juga Sasa aja. Gimana senang kan dapat ketemu mantan? Secara selama ini hidup bersama penuh kasih dan sayang!)Kepala Sekar terus menggeleng. "Sumpah aku nggak ngerti apa maksudnya nggak jelas pacar bukan cuman teman biasa kok.""Aku nggak ngerti deh, maksud kamu apa? Lagian Emangnya kenapa sih senang ataupun tidak senang, itu kan urusan ku, urusanmu Bapak Sanjaya yang terhormat."(Oh iya aku lupa kalau itu bukan urusanku maaf dan terima kasih sudah mengingatkanku!)Sekar tidak kembali membalasnya. Dan Sanjaya pun tidak kembali mengirimkan chat nya. "Ih apa sih maksudnya! heran deh." Lalu kemudian karena belum makan malam Sekar pun. Beranjak menuju dapur dan kebetulan Sita sud
Selanjutnya mereka pun menikmati sarapannya, yang sesekali sekar menyuapi Shasa roti yang kini dalam pangkuan Sanjaya. anak itu tampak nyaman duduk di atas paha Sanjaya.Beberapa saat kemudian, disaat yang lain masih menikmati sarapannya. Sekar menyudahi sarapannya dan bergegas ke kamar untuk mengganti pakaian. "Sayang Mama masuk kamar dulu ya! jangan nakal."Sanjaya menatapi langkah Demi langkah Sekar yang meninggalkan tempat tersebut. Sampai akhirnya Sekar hilang dari pandangan dan mengalihkan pandangan kepada Ridho dan Shasa yang masih berada di atas pangkuannya."Shasa suka boneka apa? nanti Om belikan?" Mengusap pucuk kepalanya penuh kasih sayang."Shasa itu suka boneka apa aja Om ... panda, Barbie, boneka apapun suka," malah Ridho yang menjawab yang ditanggapi dengan anggukkan oleh sang adik."Oh ya! kalau gitu nanti sore ... kalau Om nggak sibuk ... Om mau belikan boneka panda yang besar buat Shasa, tapi Abang mau apa?" Sanjaya menatap pada Ridho yang masih menikmati nasi goren
"Shasa, ini Om bawakan bonekanya," ucap Sanjaya pada Shasa yang berdiri di balik mobilan nya Ridho.Gadis kecil itu berlari menghampiri Sanjaya yang langsung menyambut dengan berjongkok dan menyodorkan bonekanya yang super besar dibandingkan dengan tubuh orang dewasa pun."Yey ... om dah datang, bawa bonekanya besar sekali! uh berat Om." Shasa memeluk bonekanya namun tidak bisa membawanya. "Makasih ya Om baik ... banget!""Sama-sama sayang, suka kan? Bonekanya." Sanjaya masih dengan berjongkok."Suka, Om. Suka banget." Shasa mengangguk dengan wajah yang sumringah."Em ... kalau suka ... kiss dulu dong, Om nya." Sanjaya menuding pipinya yang lesum itu.Tanpa di suruh dua kali, Shasa mencium pipi Sanjaya kanan dan kiri seraya mengucapkan terima kasih kembali. "Makasih lagi ya, Om ... boneka nya.""Sama-sama lagi cantik!" mengusap pucuk kepala Shasa. Lalu Sanjaya berdiri dan menghampiri Ridho yang turun dari mobil mainannya. "Gimana, Abang suka! Mobilnya?""Abang suka banget dan Abang uc
Selama Sanjaya memasak, berkutat dengan wajan dan sodet dengan tangan begitu lihai. Sekar hanya membantu bantu sedikit saja seperti menyodorkan bumbu. Mangkok, piring hingga akhirnya semua tertata di meja dengan."Jeng, jeng ... masakan ku sudah selesai. Apakah aku boleh numpang mandi? sudah mulai adzan maghrib." Sanjaya membuka tangannya! seakan menunjukkan pada Sekar, kalau dia sudah selesai bertugas menyiapkan buat makan malam. Lalu menoleh ke arah jarum jam yang melingkar di tangannya."Iya, suara adzan terdengar. Kau mau mandi? di atas ada kamar tamu dan kamu boleh numpang mandi di sana." Sekar menuding ke arah lantai atas.Kedua netra mata Sanjaya mengikuti arah yang Sekar tuding. Lalu memandang wajah Sekar. "Oh kirain kamar tamu. Saya kira kamar kita!" Sambil mengedipkan matanya genit."Apaan sih ..." Sekar tidak sengaja mencubit pinggang Sanjaya yang langsung nyengir kesakitan. "Oh, maaf, sakit ya. Maaf ya ... gak sengaja!" Sekar menatap penuh rasa bersalah pada Senjaya yang t
Happy READING."Zulfan ... Ibu mau bicara, kau sedang ap--" suara ibu menggantung dan sontak menutup mulutnya yang menganga, dia berdiri di ambang pintu kamar Zulfan yang terbuka begitu saja.Ibu teramat shock dengan pemandangan yang terpampang di depan mata. Zulfan sedang asik bergumul dengan Fitri tanpa menyadari kehadirannya sang ibu yang berdiri di sana."Argh!" Desah Zulfan penuh nikmat.Sementara Fitri yang terlena dan terhanyut suasana, dengan manik mata yang terpejam merangkul punggung Zulfan yang sudah terasa berkeringat.Ibu yang tampak shock dan terpukul, langsung berteriak. "Zulfan?"Dengan suara sang Ibu membuat Zulfan terperangah, melonjak naik menjauhkan dirinya dari Fitri yang dengan refleks menarik selimut untuk menutupi dirinya yang polos."I-Ibu! se-sejak kapan di ... situ?" suara Zulfan terbata-bata menatap ke arah sang Bunda yang berdiri dengan sorot mata yang tajam serta nanar."Apa kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan, ha? kau memperlakukan wanita seperti itu