SIFA SI ISTRI CENGENGKU!
-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-Rio mengendarai emosi dengan amarahnya yang terpendam. Dia marah karena masakan itu pemberian Gendhis. Rio juga tak suka Sifa menjadi istri pembangkang."Awas kau Sifa," batin Rio berteriak berkali- kali.Rio mencoba menahan amarah agar tak terlihat di depan Farhat. Sampai selesai belanja ternyata Sifa masih marah dan mendiamkannya."Ini tak bisa di biarkan! Aku akan membuat Sifa merasah bersalah dengan semua ini," pikir Rio.Sesampainya mereka di Rumah Sifa lekas menidurkan Farhat yang kelelahan setelah puas bermain di timezone. Rio menyuruh Sifa membuatkan teh hangat campur antangin, badannya sedikit tak enak. Mungkin tenaga yang terlalu di forsir bersama Gendhis dan Farhat menyebabkan masuk angin.Sifa tetap melayani Rio dalam diam. Rio masih mencoba untuk terus bersabar.“Kamu kenapa? Bicaralah atau kamu ingin waktu sendiri dalam diammu?” tanya Rio sekali lagi pada Sifa, namun dia terlPERTENGKARAN DENGAN DIMAS!-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-“Kenapa mendadak kamu jadi gagap, Mas? Kamu ke rumah wanita itu kan, Mas?” tanya Dimas lagi.Rio terdiam tak bisa mengelak, entahlah jika dengan Dimas dia tak pernah bisa berbohong.“Sejauh apa Mas hubungan kalian? Apakah lebih jauh dari dugaanku?” tanya Dimas lagi.Dia sekarang duduk di depan Rio dengan menatap tajam. Mulut Rio masih terdiam. Melihat Rio yang tak mengatakan apapun Dimas pergi. Dimas turun ke lantai satu, kemudian naik lagi membawakan dua gelas kopi panas yang baru di seduhnya. Dia memberikan segelas untuk Rio. Dia sangat tahu Rio hanya bisa di wawancara sambil meminum kopi panas saat suasana santai.“Wanita seperti apa yang bisa membuatmu sampai lupa anak dan istrimu, Mas?” tanya Dimas lagi.“Aku tak pernah melupakan anak Dim, aku hanya sekali tak pulang. Itupun tak sengaja karena tertidur di rumahnya. Sungguh aku tak berniat menginap malam itu! Hanya keadaan dan situasinya
DALAM PANGGILAN LAIN!-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-"Apa maksudmu menanyakan itu, Dim?" tanya Rio dengan sedikit tergagap."Benar bukan?" tanya Dimas.Dimas sebenarnya sudah tahu hubungan mereka, semenjak Gendhis menanyakan keberangkatan Rio ke Jogja sendiri. Dari awal itulah kecurigaan Dimas semakin menjadi pada Gendhis."Iya," kata Rio lirih.Dimas hanya tersenyum sambil menepuk bahu Rio. Dimas hanya terdiam dan mereka kembali melakukan pekerjaan tanpa membahas masalah ini lagi. "Aku pulang dulu ya Dim," pamit Rio.Setelah semua pekerjaan selesai malam ini Rio tidur sendiri, ingin rasanya bertemu Gendhis. Tapi Rio berfikir untuk menahan hasrat padanya sampai semua benar-benar aman. Tumben sekali Sifa tak menghubungi lagi sedari pagi, Rio membiarkannya mungkin ia ingin sendiri. Sempat Rio terbersit pikiran bagaimana jika Sifa akan menceritakan pada Abahnya? Namun tak mungkin juga dia bercerita tanpa bukti apa-apa.Rio mengambil HPnya. Dia
AKU SELERAMU MAS, BUKAN DIA!-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-"Loh, kamu? Kok da di sini?" tanya Rio heran melihat Gendhis yang berada di ruang tamu kantornya."Memang kenapa Pak Rio? Apa tak boleh saya ke sini berkunjung?" tanya Gendhis."Tidak bukan begitu, mari kita lanjutkan!" perintah Rio.Tanpa mereka sadari Dimas memerhatikan gerak gerik mereka. Gendhis mengenakan celana jeans hitam dan atasan putih, cantik dan simpel. Rio tersenyum dan diam. Mereka membahas beberapa pekerjaan, saat jam memasuki waktu makan siang Rio memutuskan mengirim pesan pada Sifa.[Kamu masak apa Dek?][Belum memasak Bi, baru bersih2. Abi mau di masakin apa?].[Ada clientku disini. Biarkan mereka makan siang di rumah kita jika kau tak keberatan]Saat asik mengirimkan pesan dengan Sifa tiba- tiba Gendhis berdiri.“Maaf Pak Rio, boleh saya menumpang sholat? Di sini tak ada mukena, dan tak etis rasanya jika naik ke lantai dua tepat Mas Dimas tinggal, boleh?” tany
PERTEMUAN DUA WANITA DI KALA SENJA-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-"Eh kenapa Mbak?" tanya Gendhis bingung mendengar Sifa memekik seperti itu."Masyaallah aku seneng sekali Mbak, baru kali ini di meja makan saya menunya empat sehat lima sempurna. Dan semua tertata apik, hehehe," jawab Sifa."Aih! Mbak Sifa bikin saya jantungan deh! Aku kira tadi ada yang tak sesuai dengan keinginan Mbak Sifa," protes Gendhis.Tiba- tiba Sifa memeluk Gendhis dari samping."Makasih ya Mbak, sudah ngajarin aku, seneng deh ketemu wanita kayak Gedhis!” kata Sifa jujur karena dia memang senang memperoleh ilmu baru. Gendhis mengangguk senang mendengarnya."Apakah kau akan juga melakukan hal ini jika tahu aku adalah simpanan suamimu, Mbak?" batin Gendhis.Sifa menelpon Rio, agar pulang makan siang dengan mengajak Aam dan Dimas. Masakan telah siap. Tak lama mereka datang. Sifa segera mengambil cadarnya, mereka makan bersama.“Masyaallah pintarnya istriku mas
POLIGAMI?-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-“Apakah sampean yakin Mbak? Bukankah pernikahan juga menimbulkan banyak masalah? Bukan hanya dari segi harta. Tapi hadirnya anak menambah problem kita, suami juga belum tentu setia!” kata Gendhis tersenyum.Entah mengapa Sifa merasa seolah Gendhis sedang menyindir masalah rumah tangganya. Walaupun Sifa sendiri sadar tak mungkin jika gadis baru di kenalnya itu tahu dia sedang menghadapi masalah rumah tangga karena suaminya."Itu tinggal........""Tinggal apa Mbak?" tanya Gendhis“Tinggal tujuan kita menikah itu apa Gendhis," jawab Sifa."Harus di pahami bahwa menikah adalah sunnah rosul yang utama! Memang kodrat kita sebagai seorang wanita yang artinya menjadi seorang ibu. Melahirkan dan memiliki anak tak seburuk yang di pikirkan kok! Cobalah, nikmat yang tak akan terulang," jelas Sifa."Teruntuk suami yang akan jadi imammu nanti pilihlan yang baik agamanya, mencintai rosulnya maka dia akan memperlakukanmu
JALAN MASUK SURGA!-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-"Aku lebih memilih untuk membolehkan poligami tetapi bukan aku yang menjalankannya! Seperti kata Mbak Sifa tadi, kalau aku mengharamkan berarti aku berdosa! Lagi pula perintah poligami jelas dari Allah pasti ada tujuannya dan banyak kebaikannya dari pada keburukannya. Tapi sisi egoisku sebagai wanita saat ini masih tinggi, Mbak! Aku sadar diri, jika suamiku nanti melakukan poligami berarti kita bercerai! Aku tak sanggup berbagi suami kaitannya dengan perasaan, Mbak,” ucap Gendhis. Sifa mengernyitkan keningnya heran.“Loh katanya tadi gak papa kalau suaminya poligami asal dengan wanita yang memenuhi syaratnya?” Sifa bertanya.Diam- diam Sifa kagum dengan pengetahuan yang Gendhis miliki. Dia terlalu memandang rendah wanita di depannya terlepas dari penampilannya. Ternyata Gendhis memiliki pemikiran dan wawasan yang tak bisa di remehkan.“Ya berarti bukan dengan saya Mbak nikahnya! Hanya itu jawabannya. Po
PESAN ABAH!-BALIK KE POV SIFA YA❤️-"BEKAS TANDA MERAH PEMBERIAN SIAPA DIBAHUMU MAS?"Masih teringat jelas perkataanku pada Mas Rio pagi tadi, namun Mas Rio berusaha menyembunyikan dalam diamnya. Entah sampai kapan dia membohongiku lagi dan lagi. Aku seperti tak mengenalnya lagi. Hanya menangis di kamar sepuasnya yang aku lakukan, untung Farhat sedang bersama Umi dan Abah ke pesantren mengunjungi adik bungsunku.‘Tok...tok’ terdengar suara pintu kamar di ketuk,“Nduk, ini Um! Makanlah Umi masak rica -rica menthok sampung enak,” suara lembut Umi terdengar, mau tak mau aku keluar membuka pintu.“Kamu menangis Nduk?” tanya Umi. Mataku takkan pernah bisa berbohong. Menangis sedikit saja akan membuatnya sebab dan berwarna merah. Orang Jawa menyebutnya dengan istilah bengep di wajah. Aku terdiam, lupa tak mengenakan cadar saat keluar. “Makanlah Nduk, ayok Umi temani! Abah sama Farhat belum datang,” ajak Umi lembut sambil membelai tanganku.
TABAYUN!-BALIK KE POV SIFA YA❤️-"Mas Rio emang berubah tapi justru Mas Rio sebaliknya, Bah! Dia menafkahi Sifa dengan tambah baik, mulai perhatian, bahkan berubah memperbaiki komunikasi kami," jelas Sifa jujur“Bertabayyunlah dengan suamimu, bawa semua bukti yang kau punya. Dan tanyakan perlahan jangan emosi. Suguhilah dia dengan kopi, ajaklah bicara. Jangan pernah sekalipun kau meninggalkan rumah suamimu dalam keadaan marah, Abah tidak rido Nduk. Jika benar suamimu berselingkuh sama saja kau memberinya kesempatan bagi wanita lain datang. Bukankah saat ini suamimu di rumah sendiri? Jika tidak itu akan merugikan dirimu sendiri, karena Rio berpikir kau sudah tidak mempedulikannya lagi,” kata Abah. Pernyataan Abah membuatku khawatir. “Sifa takut menerima kenyataan Mas Rio mencinti atau menikah dengan wanita lain dibelakang Sifa, Bah! Hati Sifa tak rela Bah,” tangisku meleleh lagi.“Berarti kamu menentang poligami, Nduk?” tanya Abah.“Mboten Bah