Dua bulan kemudian…Let It Be akhirnya benar-benar bubar.Menilik lagi ke belakang, saat itu Haris keberatan untuk melepas Giandra dan kawan-kawan. Tapi para anak muda itu bertahan dengan keinginan mereka dan tidak bisa digoyahkan lagi. Kecuali Raja. Raja memilih ikut Haris yang menjanjikan padanya akan membentuk band baru dan mengorbitkannya. Sedangkan Giandra dan Max membentuk band baru juga yang mereka beri nama Anonim, dengan formasi yang sedikit berbeda. Max menjadi bassis grup tersebut, Giandra dan Qey tetap sebagai gitaris dan drummer, sedangkan pada vokal diisi oleh vokalis baru. Seorang perempuan bernama Raia. Raia merupakan teman Qey.Sedangkan sejauh ini hubungan Giandra dan Celine aman-aman saja. Tidak ada yang tahu jika mereka sudah menikah kecuali Qey.Jika sedang tidak sibuk Giandra datang ke apartemen Celine hampir setiap hari. Pokoknya minimal dua kali dalam seminggu Giandra menginap di sana. “Kalo gue perhatiin si Raia rada mirip Celine, gebetan lo dulu.”Komentar
Giandra memarkirkan mobilnya di area parkir basement Sky House. Lalu dengan terburu-buru keluar dari sana. Sambil berjalan menuju lobi, Giandra melirik arloji di pergelangan tangan kiri. Terlambat beberapa menit dari waktu yang dijanjikannya pada Celine. Mungkin Celine sudah tiba sejak tadi.Celine sedang mengeluarkan baju-bajunya dari dalam koper ketika ada yang memeluk dan mengecup pipinya dari belakang. Celine tidak perlu bertanya lagi itu siapa. Celine balas mengelus pipi sang pemeluknya. “Sorry, aku telat, kamu udah lama?” tanya Giandra.“Baru lima belas menit,” jawab Celine.Giandra lalu memandang ke arah koper Celine yang terbuka. “Barang-barang kamu cuma segini?” tanyanya.Celine iyakan. Sebagian barangnya masih berada di Melbourne. Rencana awal setelah bertunangan dengan David Celine akan kembali ke sana. Namun ternyata segala yang terjadi membelokkan jalan hidupnya.“Jadi gimana cerita detailnya?” Giandra menagih janji Celine kemarin malam.“Kemarin waktu aku pulang dari a
“Ini kamu lagi ngomongin apa sih, Gi? Beneran deh Mama nggak ngerti.”“Ya kayak yang aku bilang tadi, Ma. Aku pengen nikahin Celine, kasihan dia, Ma, Pa, dia pasti malu banget diomongin orang-orang. Yang hamil nggak ada suamilah, yang perempuan nggak benerlah. Sekarang memang belum, tapi nanti, Ma, Pa, kalau perutnya udah gede dia bakal jadi bahan gosip. Apalagi dia kan anak sahabat Mama. Bukan maksudku menggurui, tapi Mama pasti lebih tahu dari aku kalau orang hamil tuh nggak boleh stres. Kasihan dia, kasihan anaknya. Aku nggak tega aja ngeliatnya. Coba kalau itu terjadi pada Xandra. Karena aku punya adek perempuan makanya bisa ngerasain. Seenggaknya kalau aku nikahin dia orang-orang jadi tahu kalau Celine punya suami, anaknya juga bakal punya bapak. Jadi nggak ada lagi yang bisa merendahkan dia, Ma, Pa.”Alana menggengam tangan Ale, meminta agar dikuatkan. Alana benar-benar syok mendengarnya. “Dengerin Mama, Gi, kamu jangan aneh-aneh mikirin nikah dan segala macam, apalagi sampai
“Duduk dulu yuk.” Giandra menggandeng tangan Celine, mengajaknya ke sofa.Giandra menyalakan televisi dan mencari saluran yang diinginkan melalui remot. Namun agaknya tidak ada siaran yang menarik dan membangkitkan minat keduanya.Hanya beberapa saat mata mereka tertuju ke layar televisi. Setelahnya Giandra dan Celine saling bertukar pandang. Keduanya lalu menyadari atmosfir di sekitar mereka berubah panas.Jujur saja Celine tahu apa yang diinginkan Giandra saat ini. Tapi ia tidak tahu apa yang ada di pikirannya.Yang Celine tidak tahu lagi adalah jika saat ini Giandra sedang mendata bagian tubuh perempuan itu berdasarkan urutan terfavoritnya.Leher jenjang Celine adalah bagian pertama disusul oleh dadanya. Ya dadanya. Dada Celine tidak terlalu besar, tapi tidak pernah gagal membangkitkan gairahnya. Lalu urutan ketiga adalah bibirnya. Bibir Celine yang tipis dan sensual yang akan ia lumat dalam hitungan detik. Tidak hanya bibir, namun apa pun yang ada pada diri Celine begitu sensual.
“Tadi Tanya ke apotik kamu ngeliat nggak?” tanya Celine begitu teringat lagi kejadian tadi.“Oh, ada dia ya? Aku nggak tahu,” jawab Giandra. “Dia beli obat apa memangnya?” “Cytotec.”“Obat apa tuh?”“Bisa buat aborsi.””Apa?” Giandra sontak memandang ke arah Celine. “Jadi maksudnya Tanya mau aborsi?”“Aku nggak bilang gitu lho, Gi. Tadi kamu kan nanya itu buat apa, makanya aku jawab bisa buat aborsi. Tadi Tanya mau beli obat itu tapi nggak pake resep dokter jadinya aku nggak bisa kasih. Tanya bilang itu untuk temennya, tapi tetap aja aku nggak bisa kasih. Kayaknya dia kesel sih,” curhat Celine.“Ada-ada aja. Tapi dia baik banget ya sampai mau beliin untuk temennya.""Makanya itu aku heran."Lalu keduanya sama-sama terdiam. Larut dalam pikiran masing-masing.Giandra ingat, tempo hari Haris pernah bilang sudah menyiapkan gimmick yang lain untuk mereka. Lebih tepatnya untuk dirinya dan Tanya. Entah settingan model apa lagi yang akan mereka lakoni."Gi, kamu yakin kita ke dokter bareng-b
Beberapa hari berlalu. Brie masih di rumah sakit, Qey sudah diizinkan pulang. Sedangkan Sydney dan Kyle sudah kembali ke Australia.Awalnya Ney tidak mau pergi dan ingin menanti hingga Brie benar-benar sehat dan pulang ke rumah. Akan tetapi Rain mengusir dengan mengatakan bahwa Brie belum tahu kapan sehatnya. Rain akhirnya sampai memberikan uang pada Ney untuk pegangannya beberapa bulan ini hingga Ney kembali mendapat pekerjaan.“Nggak ada gunanya juga lo di sini. Mending lo balik deh, jadi lo bisa ngelanjutin hidup,” kata Rain waktu itu.“Tapi Brie gimana, Bae? Aku nggak akan tenang ninggalin Brie dalam keadaan kayak gini.” Ney bersikeras tidak ingin pergi.“Lo nggak usah pikirin Brie, biar jadi urusan gue. Lagian emangnya lo mau di sini sampai kapan?”Cukup lama Ney terdiam. Banyak yang ada di pikirannya saat itu. Tentang kehidupannya yang tidak mudah serta tentang pekerjaaannya yang telah hilang.“Bae, gimana caranya aku balik?””Gue yang ongkosin lo.”“Terus hidupku gimana? Aku ud