Alana terheran-heran dengan sikap Rain yang terkesan mengabaikan istrinya sendiri. Alana tahu Briennalah yang mengalihkan dunia Rain.Apa setiap laki-laki memang begitu jika sudah memiliki anak? Terlebih jika anak mereka perempuan.Tidak ingin ikut campur urusan rumah tangga ponakannya, Alana berlalu ke dalam rumah. Gimana mungkin ia ikut campur, sedangkan kehidupan pernikahannya sendiri sangat kacau.Kanayya adalah orang ketiga yang merasa heran dan mempertanyakan kehadiran Alana di rumahnya.“Tumben sore-sore ke sini, Na?””Aku kangen Kakak, aku nginep di sini ya? Boleh kan?””Mau nginep ya nginep aja, ngapain juga minta izin, ini kan rumah kamu. Tapi suamimu mana? Udah izin sama Ale?”“Dia masih di kantor, belum pulang,” jawab Alana seadanya. Sungguh malas membicarakan laki-laki itu.“Gimana kandungan kamu?”Syukurlah Kanayya mengganti topik secepatnya.Alana menciptakan senyum di bibirnya. Membicarakan soal kehamilan tidak akan pernah membuatnya bosan.”Dia sehat banget, Kak, udah
Setelah membaca chat dari Zee, Ale menggulir jarinya untuk melihat chat lama.Kerutan dalam tercipta di dahi laki-laki itu saat tidak menemukan apa-apa. Tidak ada obrolan sebelumnya. Seingatnya lagi ia belum menghapus percakapan sebelum-sebelumnya dengan Zee. Lantas, kenapa semua bisa hilang?Ingin rasa penasarannya terjawab, Ale mengetikkan pesan untuk Zee.“Zee, seingatku nggak pernah bilang kamu gila, apalagi minta kamu masuk RSJ.”Tak lama berselang balasan pesan dari perempuan itu pun tiba. Isinya berupa tangkapan layar atau screenshot percakapan mereka.“Hey, Zee, udah gila ya kamu? Daripada meresahkan mending masuk RSJ aja sekalian!”Pesan tersebut dikirimkan pukul 03.22 dini hari.Ale sontak tercenung. Ia merasa tidak pernah chat dengan Zee pada waktu tersebut.Jadi siapa yang melakukannya?Lelaki itu menghela napas panjang setelah berpikir, mengingat-ingat dan menyadari semua yang telah terjadi. Hampir bisa dipastikan Alana yang melakukannya.Ale membalas pesan dari Zee.“Zee
Alana terbangun saat tengah malam karena perutnya yang keroncongan. Ia butuh sesuatu untuk mengganjalnya. Malam tadi sebelum tidur ia memang tidak mengirim jenis asupan apa pun ke dalam lambungnya. Alana mengabaikan rasa lapar karena bertengkar dengan Ale.Sebelum turun dari tempat tidur Alana melirik ke sebelahnya. Pada suaminya yang tertidur pulas. Rasa kesalnya kembali datang mengingat perdebatan mereka sebelumnya. Namun rasa sayangnya yang terlalu besar juga mendominasi.Teringat perkataan Ale yang terkesan membela Zee membuat Alana merasa tidak ada arti apa-apa bagi laki-laki itu. Ale hanya inginkan tubuh Alana untuk memenuhi kebutuhan batinnya. Dan Alana adalah si boneka pemuas hasrat.Alana baru saja akan keluar dari kamar begitu indra pendengarannya menangkap suara dentingan notifikasi yang terdengar samar. Suara itu berasal dari ponsel Ale.Pada mulanya Alana ingin abaikan saja dan meneruskan niat ke ruang belakang. Akan tetapi karena bunyi notifikasi tanpa henti dan bertubi-
Salah satu cara paling gampang untuk menumbuhkan rasa cinta pada seseorang adalah dengan meningkatkan keintiman melalui interaksi fisik sesering mungkin.Atas dasar hal itulah Ale menarik Alana ke ranjang begitu mereka baru saja pulang.Karena kelelahan bercinta keduanya kemudian sama-sama tertidur.Beberapa jam kemudian suara bel yang tidak diinginkan terdengar sangat mengganggu.Ale menggeliat sembari membuka mata yang berat. Di sebelahnya Alana tertidur dengan pulas. Mungkin Alana terlalu lelah setelah percintaan panas mereka tadi.Sebelum tidur tadi Ale masih sempat memakai boxer. Setelah nyawanya sedikit terkumpul Ale turun dari ranjang dengan penampilan seadanya. Tidak sempat dan tidak kepikiran untuk memakai baju atau pakaian lain.Ale membuka pintu dan detik itu juga ia mendapati sosok Zee sedang berdiri tegak di hadapannya.Untuk sesaat Zee juga tertegun menyaksikan Ale yang hanya menggunakan boxer di hadapannya. Ia tidak perlu bertanya apa-apa. Penampilan Ale yang apa adanya
Alana dilanda kebingungan. Tidak mengerti cincin itu untuk siapa sebenarnya. Untuk mertuanya atau dirinya?“Naaaaa! Masih denger aku nggak?” Ale yang melambai-lambaikan tangannya di layar gawai membuat Alana tersadar dari ketermanguannya.“Eh iya, Le?” “Fix yang ini kan?” Ale mengonfirmasi sekali lagi.“Ya, yang itu,” jawab Alana.“Okay. Udah dulu ya, Na. Nanti aku telfon lagi. Oh iya, nanti makan siangnya jangan sampai telat.”Sambungan telepon lantas terputus dan menyisakan senyum di bibir Alana.Alana baru menyadari jika ada orang di sebelahnya setelah mendengar suara deheman Zee.“Eh, Zee, sorry, aku baru inget kalau ada kamu. Oh iya, tadi sampai di mana? Masih ada yang mau diomongin lagi ya?” Alana memandang jam tangannya seolah memberitahu bahwa ia sangat sibuk hari ini.“Na, ini aku ngomongnya bener-bener serius lho sama kamu.”“Ya, aku denger kok, ada apa lagi?”“Kamu nyadar nggak sih kalau kamu tuh udah jadi orang ketiga di antara aku dan Ale?” serang Zee frontal. “Dulu kita
Zee masih terus berusaha untuk menekan Ale agar lelaki itu kembali ke pelukannya. Andai saja saat itu Ale tidak berjanji apa-apa padanya mungkin ia bisa sedikit berbesar hati merelakan laki-laki itu. Namun justru dengan sikapnya saat ini Ale terkesan sudah mempermainkan Zee. Menghancurkan hati dan melukai perasaannya.Ale melirik arlojinya dan mengesahkan napas. Sudah lebih dari setengah jam Zee ada di sini dan belum ada tanda-tanda akan pergi. Sedangkan ia sudah harus memulai pekerjaannya.“Zee, aku bukannya mau ngusir kamu. Tapi pekerjaanku lagi numpuk, bisa nggak kamu pulang dulu?”“Jadi selain menghindari aku sekarang kamu juga udah berani ngusir aku?” Zee tetap tidak terima dan tambah meradang.”Bukan begitu, Zee, bukan maksudku mengusir kamu, tapi pekerjaanku emang bener-bener lagi banyak. Aku mohon pengertian kamu,” ucap Ale meluruskan. Meskipun sudah hampir kehabisan cara agar Zee angkat kaki dari sana, akan tetapi ia masih menjaga nada suaranya agar tetap terdengar normal dan