Share

Ramalan Gipsi

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-14 13:59:01

“Kita langsung ke sana atau mau makan malam dulu?” tanya Ale begitu mereka baru saja beberapa meter meninggalkan kampus Lady.

“Langsung ke sana aja deh,” putus Lady. “Aku masih kenyang,” sambungnya lagi.

“Awet ya makan siang sama aku? Kenyangnya lama.” Ale terkekeh menimpali. Kakinya menekan pedal gas lebih dalam.

“Iya nih, biasanya jam segini aku udah laper, tapi tumben masih kenyang jam segini.”

”Itu karena tadi kamu makan siangnya sama aku. Coba kalau nanti makan bareng aku lagi dijamin kenyangnya bakal awet sampai besok.”

Tawa Lady meledak. Pria di sebelahnya ini tak henti-henti mengocok perutnya. Entah sudah berapa kali sejak siang tadi.

Lady kemudian memeriksa ponselnya. Tidak ada notifikasi apa pun di sana. Termasuk dari Rain. Suaminya itu tidak menghubunginya sama sekali, membuat Lady menjadi yakin bahwa pria itu memang tidak memedulikannya. Bahkan mungkin jika ia mati sekali pun Rain tidak akan mau tahu. Lelaki itu pasti mensyukuri kematiannya.

“Tuh kan, tiap lagi sama aku pa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
virna putri
Hujan lihatlah istri yg kau abaikan bahagia dgn lelaki lain.. hihi.. sampe lumutan km rain muterin kampus, yg dicari ga ada..eh itu yg ngeramal beneran? ahhh jd baper kan ale nanti sama lady
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Misteri Yang Disimpan Lady

    Rain menoleh ke belakang dan melambaikan tangan agar Lady mengikutinya. Lady yang awalnya ragu dan berencana untuk tetap duduk akhirnya bangkit dan berjalan menyusul Rain menuju ranjang periksa.Rain yang berdiri di sebelah Lady merangkul punggung perempuan itu dan mendekap seerat mungkin, menahan agar tetap berada di sisinya.“Maaf ya, Ney.” Dokter Jena menurunkan celana Sydney hingga bagian bawah perut. Lantas membalurkan gel ke permukaan perut perempuan itu. Sydney menikmati setiap proses USG dan tersenyum sendiri. Tangan dokter Jena menggerakkan alat USG di atas perut Sydney, sementara matanya tidak lepas dari layar monitor, mengamati pergerakan janin yang terangkum di sana.Selagi hal tersebut berlangsung, Rain melepaskan pandangan jauh ke arah lain. Ia menghindari perut Sydney yang terbuka. Hingga kemudian suara dokter Jena yang memberitahu kondisi janin di dalam rahim, memaksa Rain memalingkan muka ke arah layar USG.Dokter Jena mulai menerangkan anatomi si janin dan menunjuk

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Syukur-Syukur Jadi Korban Malpraktik

    Melirik melalui spion tengah, Rain memandang ke arah Sydney dan bertanya padanya.“Ney, emang lo mau ke rumah sakit mana? Gue nggak mau ya kalo orang-orang jadi tahu.” Ada nada ancaman dalam kata-kata yang baru saja Rain ucapkan.”Tenang aja, Bae, Papi udah atur semuanya. Sorry, tadi maksudku bukan ke rumah sakit, tapi lebih tepatnya langsung ke rumah dokter kandungan. Papi bilang alat-alatnya lengkap sama kayak di rumah sakit.” Sydney menjawab dari belakang sembari menjelaskan dengan detail agar Rain mengerti.“Di mana tempatnya?” Suara Rain masih sedingin tadi sejak awal hingga akhir.“Namanya dokter Jena. Jam terbangnya udah tinggi. Pasiennya banyak banget, kebayang kan bagusnya gimana? Dan Papi sengaja minta khusus buat meriksa aku. Aslinya sih dia nggak buka pelayanan di rumah.”“Gue nanya alamatnya di mana, gue nggak peduli dia bagus atau enggak.” Rain menghentikan mulut Sydney yang berceloteh tanpa henti. Rain tidak ambil pusing mau jam terbangnya tinggi atau masih baru. Syukur

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Tugas Pertama Calon Ayah

    Selama Kanayya dan Alana pergi Rain dan Lady tinggal berdua dan bebas melakukan apa saja. Meskipun pada hari-hari biasa Kanayya tidak mengekang tapi tetap saja rasanya berbeda.Rain pernah berpikiran untuk kembali ke apartemennya yang saat ini sedang kosong. Saat itu sang bunda meminta Rain dan Lady di rumahnya hanya sampai tangannya sehat. Tapi ketika ia sudah sembuh dan berniat untuk pindah, Kanayya belum mengizinkan dan masih menahannya.“Lad, nanti kalau Bunda udah pulang kamu lobi Bunda biar kita diizinin balik ke apartemen,” ucap Rain pada Lady.“Kenapa nggak kamu aja yang langsung ngomong ke Bunda?” balas perempuan itu.“Soalnya kalau kamu yang ngomong pasti didengerin, Bunda kan autonurut sama kamu.””Kamu ada-ada aja,” tukas Lady sambil tertawa. Perempuan itu lantas menyimpan tawanya ketika teringat sesuatu.Kembali ke apartemen Rain artinya sama dengan membuka lagi lembaran masa lalu lelaki itu dengan sang mantan kekasih. Tidak. Sebagai istri Rain, Lady tidak akan mau kembal

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Pengakuan Yang Tidak Disadari Rain

    Alana mencoba menghiraukan keberadaan Ale dan Zee. Ia menganggap keduanya tidak ada di sana. Alana mengembalikan atensinya yang tadi terbagi pada buku di tangannya. Alana membangun konsentrasinya dengan susah payah dan mengabaikan siapa pun yang berada di sana. Nyatanya tidaklah semudah itu. Kehadiran Ale dan Zee yang terus tertangkap oleh ruang matanya tidak hanya mengganggu pikiran, tapi juga hatinya.Apa sebaiknya ia pulang saja dan menyingkir dari sini? Dari pada matanya tercemar dan hatinya bertambah perih. Sebaiknya begitu kan? Pergi dan melipir diam-diam.Setelah menimbang-nimbang selama beberapa menit Alana memutuskan untuk pergi daripada sakit sendiri menyaksikan kebersamaan sepasang sejoli tersebut.Lalu Alana memasukkan buku dan ponsel yang tadi ia letakkan di atas meja ke dalam tasnya. Bangkit dari duduk dengan perlahan, Alana menarik langkah pelan. Ia berjalan dengan sangat berhati-hati agar tidak menimbulkan suara apa pun yang akan menarik perhatian orang-orang agar ter

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Keperjakaannya Terlalu Sayang Ia Berikan Pada Hewan Laut

    Ale dan Zee baru saja meninggalkan Nirwana Mall. Mobil yang Ale kendarai bergerak pelan di jalan raya.“Kita ke rumah Rain dulu ya, Zee?””Nggak jadi ke toko Lady?”“Jadi, tapi Rain juga mau ikut ke sana.”“Boleh, kan kamu yang nyetir.” Zee coba bercanda dan pria kharismatik di sebelahnya langsung menebar senyum maut.”Kamu tadi kenapa bisa ada di Nirwana?” Ale tanya begitu karena haram hukumnya buat keluarga Jacob menginjakkan kaki di area milik keluarga Lee.”Kebetulan lewat dan mau ke ATM, ya udah, aku langsung berhenti.””Alesan.”“Kok alesan?”“Pasti lagi nyariin aku. Sengaja kan biar bisa ketemuan?”Zee tak kuasa menahan tawa menanggapi kenarsisan pria di sebelahnya.Ale memandang pada Zee dan tersenyum penuh makna. “Cantik banget.”“Apanya yang cantik?””Bajunya.”Refleks Zee menurunkan pandangan mengamati busananya sendiri. Saat ini ia mengenakan kemeja putih lengan panjang dan bagian ujung baju diselipkan ke dalam rok span berwarna beige yang panjangnya hanya sebatas lutut. Z

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Yang Hamil Siapa, Yang Manja Siapa

    Melihat Rain senang dan sebahagia ini Lady juga ikut semringah. Ini baru rencana tapi Rain sudah sebahagia itu, apalagi jika nanti mereka benar-benar memiliki anak.“Lad, kayak yang Bunda bilang ke kamu kita kudu usaha, kita harus bakar kalori tiap hari, dari sekarang kita harus atur jadwalnya, Lad, kalau perlu tiga kali sehari kayak minum obat,” ucap Rain bersemangat.”Itu sih modus kamu aja kalii…” Lady tertawa sembari mencubit kecil lengan sang suami.“Modus untuk kebaikan apa salahnya?” Rain berkilah dan membalas cubitan Lady di tangannya dengan kecupan di pipi perempuan itu”Dasar kamu tuh ya, paling pinter kalau cari alasan.”Rain menarik Lady ke dekapannya saat istrinya itu berniat untuk pergi. ”Mau ke mana, Lad?”“Ya ke toko dong, mau ke mana lagi memangnya?”“Nggak bisa kamu di rumah aja? Temenin aku, Lad…” Rain memeluk Lady, berbisik di telinganya lalu menggigitnya pelan yang membuat Lady jadi meremang.“Aku kan harus kerja, Rain…,” kata Lady menolak.“Kamu kan owner, ngapai

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Lepas Pil KB

    Surat perjanjian kesepakatan itu akhirnya ditandatangani oleh kedua belah pihak. Keluarga Jacob akhirnya menyetujui meskipun awalnya keberatan dengan beberapa poin perjanjian yang dirasa memberatkan mereka. Namun, Wisnu serta Reno sebagai kuasa hukum berhasil mengatasinya.Rain dan ketiga perempuan tersayangnya pulang setelah semua tuntas. Namun sebelum itu Wisnu sempat berbisik padanya menanyakan Camry yang Rain janjikan. Pria itu sepertinya khawatir jika kliennya sampai ingkar."Pak Wisnu tenang saja, besok Bapak bisa ambil mobilnya. Kalau sekarang saya capek, Pak." Begitu jawaban Rain tadi. Syukurlah sang pengacara mau mengerti dan tidak mendesak.Mereka pulang ke rumah dengan kepala yang jauh lebih ringan. Satu masalah sudah terselesaikan. Rain harap setelah ini tidak ada masalah lain yang memberati kepalanya."Lad, kayaknya aku butuh distraksi." Rain memeluk Lady yang sedang mengganti baju dari belakang. Mereka baru saja tiba di rumah dan sekarang sedang berada di kamar.Lady mem

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Permintaan Maaf Sydney

    Mereka masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu dengan didampingi kuasa hukum masing-masing.“Maaf, kalau kami terlambat,” kata Wisnu membuka percakapan.“Tidak sama sekali.” Reno yang menjawab. Keduanya sama-sama melempar senyum hangat.Wisnu kemudian menyapa keluarga Jacob satu per satu. “Gimana kabarnya, Pak Jacob? Sehat?”Jacob menganggukkan kepala sambil tersenyum berwibawa.“Bu Jasmine sehat juga kan? Arisan lancar, Bu?”“Lancar, Pak. Bisa kita mulai sekarang?” Perempuan itu sudah kehabisan kesabarannya.“Tentu saja bisa, Bu. Tapi sebelum dimulai dan saya membacakan isi kesepakatan, sebaiknya Sydney juga hadir di sini.”“Sebentar.” Jasmine lalu beranjak dari sana untuk kemudian memanggil anaknya di kamar.Selagi menunggu, Wisnu dan Reno saling mendekat dan berbicara dengan suara separuh berbisik mengenai kesepakatan mereka.Selang beberapa menit kemudian Jasmine kembali muncul beserta Sydney serta perawat pribadi. Sementara yang lain duduk di sofa, Sydney duduk sendiri di ku

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Win-Win Solution

    Sudah berbatang-batang rokok Rain isap. Puntungnya juga hampir menggunung memenuhi asbak. Sementara Wisnu sedang berbicara dengan Kanayya di dalam rumah.Rain menggeleng-gelengkan kepalanya nyaris putus asa kala menyadari saat ini sedang berhadapan dengan siapa. Mau tidak mau Rain mulai menyadari kebenaran perkataan Wisnu bahwa untuk menghadapi orang seperti Jacob dibutuhkan intrik yang cerdik.‘Tuhan… bantuin gue dong…’ Ia berteriak di dalam hati. Di saat itu Rain baru menyadari bahwa mungkin seseorang bisa membantunya. Ale. Jika selama ini sahabatnya itu selalu ada untuknya maka kali ini pasti Ale bisa menolong.”Nyet, bantuin gue,” ucap Rain ketika panggilan terhubung dengan Ale melalui saluran telepon.“Gue harus bantu apa? Kalau gue bisa pasti akan gue lakuin.” Ale menjawab dari seberang sana.“Gue udah bikin perjanjian sama bokapnya Sydney, tapi masa iya sih semua poinnya merugikan gue.” Rain kemudian menceritakan secara detail apa saja isi kesepakatan itu termasuk menyebutkan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status