Share

Sebuah Penolakan

last update Last Updated: 2025-04-14 22:00:18

Lady melangkah masuk ke dalam rumah mendahului Rain. Ia bermaksud menuju kamar pembantu dan tidur di sana, tapi suara laki-laki itu mencegahnya.

“Lo mau ke mana?”

Lady diam saja. Ia tidak peduli dan meneruskan langkah.

“Lad, lo budek ya? Lo denger gue nggak sih?” Rain mencekal tangan Lady sehingga kakinya tertahan. Rain langsung menghadang di depan dan ia mendapati muka cemberut istrinya itu. “Harusnya gue yang marah, bukan lo, Lad.”

Tanpa mengeluarkan suara, Lady terus menyingkir, menerobos Rain yang berdiri menghadang di depannya.

“Lad, gue lagi ngomong sama lo, denger nggak sih? Lo hargai gue dong!”

”Aku mau tidur.”

“Tapi ini bukan kamar kita.”

‘Kita’. Kalimat itu membuat Lady merasakan sesuatu yang berbeda. Seingatnya baru dua kali Rain menggunakan kata itu y

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
virna putri
Bener dy jgn dikasih sblm rain bener2 jd suami.. biar dia mikir.. pasti bsk latihan ga konsen lg tuh wkwk..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Dia Cewek Baik-Baik, Jangan Dimacem-Macemin

    “Eh, kok aku?””Ayolah, Na, bantuin sekali ini aja.” Zee memaksa Alana untuk menerima telepon dari Ale disusul dengan menyodorkannya ke tangan Alana.”Zee…” Alana masih ingin protes tapi Zee memberi isyarat agar segera menjawab.Dengan terpaksa Alana menjawab panggilan tersebut setelah terlebih dahulu mengetuk ikon answer dengan ujung telunjuk.“Halo.” Alana menyapa kaku. Suaranya terdengar aneh oleh telinganya sendiri.Di seberang sana Ale agak terkejut ketika bukan suara Zee yang sampai di telinganya melainkan suara perempuan lain yang didengarnya.“Ale, ini aku Alana.” Alana memberitahu sebelum Ale sempat berkata.“Ya, Zee mana, Na? Kenapa hpnya ada di kamu?” tanya Ale ingin tahu.Alana memandang sekilas ke arah Zee sebelum menjawab.“Zee lagi keluar, hpnya ketinggalan.” Alana menjaga agar nada suaranya terdengar wajar. Ale tidak boleh tahu jika saat ini ia sedang berbohong.“Ke luar ke mana, Na?”Dan Alana bingung harus menjawab apa. Saat ia melirik Zee perempuan itu menunjuk ke a

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Tiga Puluh Hari Lagi

    Perasaan Zee sudah jauh lebih baik setelah Alana memberinya nasihat. Alana memang sangat memahaminya. Tak heran mereka jadi akrab dan dekat hingga saat ini."Zee, bentar ya, aku mau ke ruangan bos dulu," ucap Alana kala teringat tujuan awalnya tadi."Ngasih laporan?" tanya Zee melihat ke arah map dalam genggaman Alana."Bukan sih, tapi surat pengunduran diri.""Siapa yang mau ngundurin diri?""Aku." Alana menunjuk dadanya."Kamu?" Zee mengernyit tak percaya."Aku belum bilang ya?" tanya Alana retoris.Zee menggeleng."Aku mau resign, Zee.""Resign? Tapi kenapa? Gaji kamu kurang? Kamu udah dapet kerjaan yang baru? Kamu dapet kerja yang jauh lebih baik dari sini? Gajinya gede di sana?” berondong Zee dengan rentetan pertanyaan menurut dugaannya sendiri.Alana menggeleng pelan, menidakkan semua dugaan Zee. "Salah semua. Gaji di sini udah gede banget, bonusnya juga banyak. Aku juga nggak nyari kerja di tempat lain. Aku resign karena planning-nya bakal pindah ke Amsterdam.""Tapi kok jadi m

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Tersiksa Perasaan

    Setelah menyelesaikan sarapan sendiri Kanayya menuju kamar Rain dan Lady. Ingin tahu kenapa anak dan menantunya masih belum menampakkan wujud. Biasanya pada jam segini Rain sudah keluar meskipun Lady masih tetap di kamar.Lady yang membuka pintu saat Kanayya memanggil dan menemui mereka.”Rain udah bangun, Dy?” tanya Kanayya pada sang menantu.Lady anggukkan kepala. “Udah, Bunda, tapi masih rebahan. Kepalanya pusing, katanya juga mual.” Perempuan itu memberitahu.“Mual lagi?” Dahi Kanayya berkerut dalam. Heran mengetahui kondisi anaknya.“Iya, Bunda, makanya aku juga heran.”“Bunda masuk ya, Dy, mau ngeliat Rain.”Lady beringsut. Tanpa perlu minta izin pun Kanayya bisa masuk.”Rain, kamu kenapa, Nak?” tanya Kanayya setelah duduk di tepi ranjang dan mengusap kepala putra kesayangannya.“Mual, Nda, kepalaku pusing. Aku kenapa sih?” Rain hampir saja merengek saking tidak tahan.Kanayya terdiam sesaat setelah mendengar langsung penuturan dari Rain. Pikirannya lantas mencerna apa yang seda

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Keputusan Paling Sulit

    Sydney belum akan berhenti sebelum Rain menerima panggilan darinya. Keras hati dan melegalkan segala cara untuk melancarkan keinginan sudah menjadi karakter yang mendarah daging dalam dirinya. Contohnya saat ini. Sydney meneror Rain dengan panggilan bertubi-tubi."Hpnya masih bunyi, Rain." Lady memberitahu saat ponsel di atas nakas tak henti mengeluarkan suara sejak tadi. "Matiin aja deh, Lad. Atau banting aja daripada bikin sakit kepala." Rain berucap kesal."Aku pikir terima aja dulu. Masalahnya nggak akan selesai dengan matiin hp. Masih ada nanti atau besok. Dia pasti nggak akan berhenti sebelum kamu ngejawab.""Aku ogah ngomong sama dia. Cuma bikin perutku mual," jawab Rain dengan ekspresi jijik.Lady tersenyum di dalam hati menyaksikan raut suaminya. Dulu Rain sangat mencintai Sydney hingga setengah mati. Tapi lihatlah mukanya sekarang. Seakan Sydney adalah sampah busuk yang akan menyebabkannya muntah."Kalau gitu aku aja yang terima telfonnya, boleh?" Lady mengajukan diri.Rain

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Panasnya Hati Sydney

    Ale masih mematung di tempat dengan tangan menyentuh pipi. Kecupan Zee yang lembut masih terasa hingga saat ini. Seakan baru saja terjadi sedetik yang lalu.Seakan tersadar Ale lalu bangkit dari tempat duduknya. Ia merutuki diri sendiri yang tetap mematung tanpa melakukan apa-apa. Seharusnya ia mengejar Zee dan menahannya agar tidak pergi.Keluar dari apartemennya, Ale berjalan cenderung berlari mengejar Zee yang tak tampak oleh matanya. Semoga perempuan itu belum jauh.Hampir saja lelaki itu salah menekan tombol lift saking paniknya. Bukannya membawa turun tapi mengangkut ke atas.Lift sialan ini terasa sangat lamban seakan tidak bergerak. Kalau ada ujian kesabaran, ini adalah ujian kesabaran terberat yang ia hadapi saat ini. Menunggu lift yang membawanya tiba di lantai dasar.Ale tidak ingin kehilangan jejak Zee. Yang diyakininya adalah besok dan besoknya lagi ia akan sulit bertemu dengan perempuan itu. Ia sudah menduga pasti Zee akan menghindar darinya dan mencari alasan agar mere

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Ditolak

    “Nggak ada apa-apa di mata Tante,” kata Rain setelah memeriksa dan tidak menemukan apa pun di mata Alana.Alana mengusap matanya. “Berarti udah nggak ada,” ujarnya lirih.Alana melanjutkan langkah ke kamar setelah meminta Rain melepaskannya.Alana bersandar di balik pintu kamarnya. Rasa sedih yang mendera berdampak pada fisik yang membuat tubuhnya lemah. Alana lunglai dan meluncur ke lantai. Ia memeluk lutut sambil menangis. Kesedihannya sudah tak tertahankan.Ale yang selama ini dicintainya ternyata mencintai sahabatnya sendiri. Apa ada yang lebih sakit melebihi hal tersebut? Ketika lelaki yang kamu cintai ternyata mencintai orang yang selama ini menjadi bestiemu dan sudah menganggapnya sebagai saudara.Alana lalu mengangkat kepala dari lutut. Pandangan sekitarnya memburam oleh air mata.Alana bangkit dari lantai dan beranjak ke ranjang. Ia merebahkan tubuh di sana sambil memeluk guling. Air matanya terus mengalir sampai Alana kelelahan sendiri. Ia tertidur membawa tangis.***Di lua

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta    Pengakuan Frontal Ale

    Pria di hadapannya membangun percakapan dan mengobrol dengan hangat. Tidak terlalu sulit baginya untuk mencari bahan pembicaraan. Tanpa bermaksud menyombong ia bercerita tentang sejarah hidupnya. Romy mengatakan jika selama ini ia bermukim di luar negeri dan baru dua mingguan ini di Indonesia. Romy merupakan lulusan dari University of Cambridge, Inggris. Salah satu universitas yang memiliki fakultas kedokteran terbaik di Eropa.Alana terkagum-kagum dan sama sekali tidak meragukan isi otak pria ini. Namun justru lelaki yang kelewat cerdas membuat Alana merasa bodoh dan kerdil saat bersamanya.“Pantas saja saya nggak pernah ngeliat kamu selama ini.” Alana mengomentari setelah Romy mengakhiri ceritanya. Kanayya sudah lumayan lama bekerja di Healthy Hospital, dan hingga sejauh ini Alana mengenal beberapa orang dari rumah sakit tersebut, tapi belum sekali pun ia mendengar tentang Romy apalagi bertemu dengannya.“Saya baru dua mingguan ini di sini.”“Kenapa pulang ke Indonesia? Maksud saya

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Cinta Segi Banyak

    Daun pintu terbuka. Di hadapan Lady kini Kanayya berdiri tegak sambil menatapnya.“Bunda cariin ke mana-mana ternyata kamu di sini. Kamu baik-baik aja kan?” Kanayya meneliti setiap inci wajah menantunya, khawatir jika saja terjadi sesuatu.“Iya, Bunda, aku baik-baik aja. Aku lagi nemenin Rain. Kepalanya pusing. Tadi Rain muntah,” terang Lady menjelaskan.”Rain sakit?” Kanayya bertanya antusias sambil melongokkan kepalanya ke arah dalam. Apa pun yang berhubungan dengan keadaan anaknya itu tidak akan pernah ia abaikan begitu saja. Rain adalah harta paling berharga yang ia miliki. Rain adalah separuh jiwanya yang lain.“Coba deh Bunda periksa.” Lady menggeser kaki memberi jalan pada mertuanya agar bisa lewat.Dengan langkah tergesa Kanayya menghampiri Rain yang berbaring di ranjang sambil memeluk guling. Muka putranya terlihat kusut.“Rain, kamu sakit?” Kanayya meraba pipi, leher dan dahi Rain. Suhu tubuhnya normal dan wajar.“Aku pusing, Nda, tadi muntah mendadak.”Kanayya menyipit. “Ta

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Berbagi Kehangatan Dengan Cara Berbeda

    Setelah asyik berbincang dengan Alana dan para kawannya, Lady baru menyadari jika sejak tadi tidak melihat Rain. Ia lalu mengedarkan mata ke sekeliling dan berakhir di meja tempat berkumpulnya trio sekawan Ale, Gavy dan Bobby. Seingat Lady tadi Rain duduk di sana bersama ketiganya di sana, tapi sekarang Rain sudah lenyap dari tempat itu.“Nyari apa, Dy?” tanya Alana mengetahui Lady tampak gelisah.”Rain, tadi dia ada di sana, tapi udah nggak ada.” Lady menunjuk tempat suaminya duduk tadi dengan dagunya.Alana turut mengarahkan pandangan ke arah telunjuk Lady, dan tepat di saat itu matanya bertemu dengan Ale. Ia terhipnotis oleh pesona laki-laki itu dan tak mampu berkedip selama sepersekian detik. Namun hanya sesaat karena Ale lebih dulu memalingkan muka darinya. Membuat Alana sontak kecewa.”Na, bentar ya aku mau ngeliat Rain dulu, mungkin dia lagi di dalam.”Suara Lady memaksa Alana mengalihkan pandangannya dari Ale. “Eh, apa, Dy? Tadi kamu bilang apa?” Ia agak tergagap. Pria rahang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status