Beranda / Romansa / Semakin Red Flag Semakin Cinta / Solusi Yang Ditawarkan Rain

Share

Solusi Yang Ditawarkan Rain

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-03 07:36:54

Lady meremas-remas jarinya yang saling bertautan di balik tas yang ia letakkan di atas paha. Kalau ia mau, ia bisa saja membalas perkataan kasar yang dilontarkan tanpa dasar padanya. Namun ia lantas teringat pada ucapan bijak dari salah seorang tokoh ternama. Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu. Dan Rain adalah orang yang membencinya, yang jelas-jelas tidak akan pernah memercayainya sampai mulutnya berbuih sekalipun untuk menjelaskan.

Diamnya Lady membuat Rain jadi berpikir bahwa perempuan itu mengakui dan membenarkan semua tuduhan Rain padanya. Yang membuat laki-laki itu menjadi semakin geram.

“Bener kan yang gue bilang? Lo emang nggak bener. Kalau lo cewek baik-baik nggak mungkin pergi sembarangan sama cowok, apalagi malam-malam begini.”

Lady masih tidak mengerti cowok mana yang dimaksudkan lelaki di sebelahnya ini. Ia tidak tahu jika tadi Rain mengikutinya saat Farrel mengantar k
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Tidak Semudah Itu

    Jam dinding di ruangan itu berada di angka sepuluh dan tiga. Pukul sepuluh malam lewat lima belas menit. Hingga sejauh ini Alana masih belum kembali, membuat seisi rumah jadi khawatir.“Kira-kira dia ke mana ya, Rain?” tanya Kanayya setelah lelah mondar-mandir sejak tadi.“Aku juga nggak tahu, Bunda, kan aku di rumah seharian.”“Bunda udah telfon dia?” tanya Lady yang juga ada di sana.“Udah dari tadi tapi nomernya nggak aktif,” jawab Kanayya. “Apa dia sibuk ngurus kepindahan ke Amsterdam ya?” ”Pindah ke Amsterdam?” Rain memang belum tahu akan hal tersebut. Satu-satunya di rumah itu yang sudah tahu mengenai rencana Alana adalah Kanayya.”Iya. Tantemu katanya mau resign terus katanya pindah ke Amsterdam."“Kok tiba-tiba?” Lady yang bertanya.“Bunda juga heran tapi Alana bilang bukan tiba-tiba. Udah dipikirin dari lama tapi waktu yang tepat baru sekarang,” jawab Kanayya menyampaikan sesuai yang dikatakan Alana padanya.“Aku kok kurang yakin ya?” Rain meragukan mengingat selama ini tant

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Hurts So Good

    "Kenapa, Na? Ada yang mau diomongin?" tanya Ale saat melihat bibir Alana yang bergerak-gerak halus.Seketika Alana menjadi grogi dan ragu tentang niatnya tadi. Apa nanti Ale tidak menganggapnya rendah? Apa tidak akan mempermalukan dirinya sendiri? Tapi kalau bukan sekarang kapan lagi? Mumpung mereka semobil. Karena belum tentu ada kesempatan lain besok dan besoknya lagi."Ale...," panggil Alana lirih."Ya, Na?" Ale yang tadinya sudah kembali memandang lurus ke depan terpaksa harus mengembalikan mata pada perempuan itu."Rencananya aku mau resign.""Kenapa? Udah dapat pekerjaan yang jauh lebih baik?" kata Ale menanggapi. Suara laki-laki itu terdengar datar. Tidak merasa kaget atau antusias."Bukan, aku mau pindah ke Amsterdam. Tinggal di sana sama Mama dan Papa.”Alana salah jika ia mengira Ale akan menahan ataupun melarangnya. Karena setelahnya komentar laki-laki itu membuat Alana menjadi semakin menyadari bahwa ia memang tidak ada artinya."Bagus, Na, aku setuju. Daripada di sini men

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Rencana Pernyataan Cinta

    Romy yang sudah selesai menelepon kemudian masuk ke dalam rumah.”Lana, saya harus pergi sekarang, kebetulan ada urusan mendadak.” “Nggak minum dulu?” Alana mengarah pada minuman yang sudah terhidang di atas meja.Romy tersenyum, duduk sesaat dan meneguk pelan teh hangat untuknya. Ia juga menyicip seiris brownies untuk mengahargai tuan rumah. Kalau saja tidak ada panggilan mendadak ia masih ingin berlama-lama di sana. Lebih tepatnya mengisi waktu bersama Alana.”Mau ke mana buru-buru?” tanya Ale begitu Romy baru saja meletakkan cangkir tehnya.“Ada meeting dadakan. Biasalah, bokap dari dulu emang impulsif. Gue pergi ya guys.” Romy berpamitan sembari menatap Rain dan Ale bergantian. Ia kemudian menatap pada Alana. “Lana, nggak apa-apa kan kalau nanti kamu balik ke kantor sendiri? Sorry banget saya nggak bisa nganterin kamu.”“Nggak apa-apa, nanti saya bisa naik taksi,” jawab Alana.“Tenang aja, Rom, biar Ale yang nganter Tante,” celetuk Rain menimpali yang langsung mendapat belalakan

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Gercep

    Lebih kurang dua puluh menit lamanya waktu yang dihabiskan Alana bersama Romy mengitari rumah yang rencananya akan dibeli Romy. Lelaki itu tampak puas dan tidak lagi sebawel tadi. Selama Alana menerangkan Romy diam mendengarkan bagai seorang siswa sedang mendengarkan gurunya. Sedangkan mata laki-laki itu begitu lekat di wajah Alana.”Fix, saya ambil rumah yang ini.” Pria itu menegaskan setelah Alana selesai dengan uraiannya.“Okay, setelah ini saya akan atur untuk proses pembeliannya.”“Tapi masih dengan kamu kan?” kejar lelaki itu cepat.“Bukan, itu bukan bagian saya.”“Tapi nanti dampingi saya ya?” Romy memelas penuh harap. Memasang tatapan ala puppy eyes yang mungkin akan membuat siapa saja jadi luluh.”Kalau tanpa saya gimana?””Saya nggak enak kalau sendiri. Lagian dari awal kamu yang handle saya. Mestinya sampai akhir juga sama kamu.”Ada-ada saja alasan laki-laki itu. Agaknya dia sudah terlatih menggunakan seribu satu cara agar orang-orang mau mengikuti keinginannya.“Ya sudah

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Kini Dia Terlihat Berbeda

    Alana kembali ke lobi dengan membawa iPad dan katalog di tangannya. Romy masih setia duduk di sofa lobi. Dari jauh Alana sudah merasakan tatapan laki-laki itu tepat menuju wajahnya.Kenapa sih dia kalau memandang terlalu intens? Apa nggak bisa biasa aja?Alana bersikap wajar dan melangkah casual meskipun cara Romy menatapnya hampir saja membuat Alana grogi. Terbersit di pikirannya jika saja Romy adalah Ale. Tentu ia tidak akan keberatan dipandangi sedemikian rupa. Tatapan Romy bukanlah tatapan nakal yang berasal dari mata liar seorang laki-laki. Akan tetapi tatapan dalam yang cenderung mesra. Bagai seorang pria pada wanita yang dicintainya.“Ini katalognya silakan dilihat dulu.” Alana memberikan bundelan katalog pada Romy setelah kembali duduk di sebelah sang dokter.Tanpa berlama-lama Romy langsung membuka katalog yang disodorkan Alana. Tangannya membolak-balik lembar demi lembar halaman katalog. Sementara matanya memindai dengan cermat aneka foto rumah yang dipajang di sana.“Semua

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   1001 Modus

    Setelah panggilan telepon tersebut berakhir, Alana menggegas langkahnya menuju lobi. Di dalam hati penasaran juga pada penampakan si konsumen ngeyel. Alana tidak bisa menebak karena suara bisa saja menipu. Tapi pastilah pria itu sejenis bapak-bapak menuju lima puluhan, berkumis tebal, berperut sedikit buncit dan rewelnya bukan main.Inhale then exhale…Alana menyiapkan diri sebelum menghadapi si bapak-bapak yang banyak maunya itu.Alana melangkah anggun menapaki lantai dasar setelah keluar dari lift. Sepasang matanya berlarian mencaritahu siapa sosok peneleponnya tadi.Saat itu lobi kantor Jacob Property tidak terlalu ramai. Ada beberapa orang yang sedang menerima tamu di sana. Tapi di mana ya bapak-bapak berperut buncit?Mata Alana tiba-tiba terhenti pada sesosok laki-laki yang duduk di sofa paling sudut lobi. Dia kan si…Belum sempat pikiran Alana mencerna apa dirinya mengenal pria itu, laki-laki tersebut sudah terlebih dulu melempar senyum padanya.‘Dia bukannya dokter Romy kenala

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Jerat Perdana Si Dokter Tampan

    Tawa renyah Romy terdengar lagi merespon warning yang disampaikan Ale. Muka laki-laki itu terlihat serius saat menyampaikannya.“Mau gue macem-macemin gimana coba?”“Mana gue tau. Kan cuma ngingetin lo doang.” Ale berkilah.”Nggak mungkin gue macem-macemin, apalagi kata lo dia cewek baik-baik.”“Terus tadi kenapa lo minta nomer hp?””Kan gue bilang lagi ada urusan. Gue ke sini karena tau lo kenal sama dia. Eh, dia masih kuliah ya? Kampusnya di mana?”“Dia udah kerja.”“Yang bener? Muka imut kayak gitu? Gue pikir masih kuliah semester dua.” Romy hampir saja tidak percaya mendengar penuturan Ale.“Dia sebaya gue, dua puluh empat,” imbuh Ale menambah keterangannya.Romy manggut-manggut. Tentu saja informasi ini sangat berguna baginya. Dari awal pertemuan di rumah Kanayya Romy sudah merasa tertarik pada Alana. Sebenarnya Romy sudah mendengar nama Alana dari mulut papanya. Kala itu mereka sedang mengobrol tentang Healthy Hospital. Cerita lalu bergulir ke arah para pekerja di sana termasuk

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Dia Cewek Baik-Baik, Jangan Dimacem-Macemin

    “Eh, kok aku?””Ayolah, Na, bantuin sekali ini aja.” Zee memaksa Alana untuk menerima telepon dari Ale disusul dengan menyodorkannya ke tangan Alana.”Zee…” Alana masih ingin protes tapi Zee memberi isyarat agar segera menjawab.Dengan terpaksa Alana menjawab panggilan tersebut setelah terlebih dahulu mengetuk ikon answer dengan ujung telunjuk.“Halo.” Alana menyapa kaku. Suaranya terdengar aneh oleh telinganya sendiri.Di seberang sana Ale agak terkejut ketika bukan suara Zee yang sampai di telinganya melainkan suara perempuan lain yang didengarnya.“Ale, ini aku Alana.” Alana memberitahu sebelum Ale sempat berkata.“Ya, Zee mana, Na? Kenapa hpnya ada di kamu?” tanya Ale ingin tahu.Alana memandang sekilas ke arah Zee sebelum menjawab.“Zee lagi keluar, hpnya ketinggalan.” Alana menjaga agar nada suaranya terdengar wajar. Ale tidak boleh tahu jika saat ini ia sedang berbohong.“Ke luar ke mana, Na?”Dan Alana bingung harus menjawab apa. Saat ia melirik Zee perempuan itu menunjuk ke a

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Tiga Puluh Hari Lagi

    Perasaan Zee sudah jauh lebih baik setelah Alana memberinya nasihat. Alana memang sangat memahaminya. Tak heran mereka jadi akrab dan dekat hingga saat ini."Zee, bentar ya, aku mau ke ruangan bos dulu," ucap Alana kala teringat tujuan awalnya tadi."Ngasih laporan?" tanya Zee melihat ke arah map dalam genggaman Alana."Bukan sih, tapi surat pengunduran diri.""Siapa yang mau ngundurin diri?""Aku." Alana menunjuk dadanya."Kamu?" Zee mengernyit tak percaya."Aku belum bilang ya?" tanya Alana retoris.Zee menggeleng."Aku mau resign, Zee.""Resign? Tapi kenapa? Gaji kamu kurang? Kamu udah dapet kerjaan yang baru? Kamu dapet kerja yang jauh lebih baik dari sini? Gajinya gede di sana?” berondong Zee dengan rentetan pertanyaan menurut dugaannya sendiri.Alana menggeleng pelan, menidakkan semua dugaan Zee. "Salah semua. Gaji di sini udah gede banget, bonusnya juga banyak. Aku juga nggak nyari kerja di tempat lain. Aku resign karena planning-nya bakal pindah ke Amsterdam.""Tapi kok jadi m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status