Share

Siasat

Penulis: Brata Yudha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-27 22:05:56

Rama memasang senyum miring yang di mata Khansa sungguh tampak menyebalkan. “Makan dengan saya. Mubazir. Saya sudah pesan dua porsi ini.”

Khansa langsung menggeleng. “Maaf, saya sedang bekerja.”

Rama menghela napas, berpura-pura memasang ekspresi kecewa, padahal aslinya hanya ingin mengganggu Khansa saja.

“Oh begitu, ya sudah saya buang saja makanannya ya?”

Rama sudah ancang-ancang mengangkat satu mangkuk yogurt bowl di mejanya dan hendak memasukkannya ke tempat sampah, tetapi Khansa buru-buru menghentikan tindakan itu.

“Jangan!” seru Khansa sembari menahan lengan Rama. Saat itu juga, Rama melebarkan seringainya.

“Kenapa? Kamu ‘kan nggak mau menemani saya makan? Sama saja ujung-ujungnya akan dibuang.”

Khansa menghela napas panjang. Ia kesal sekali sampai rasa-rasanya, Khansa ingin melempar mangkuk yogurt itu ke wajah Rama. Tapi… Ah, kalau seperti itu sama saja mubazir juga.

“Kalau begitu dibungkus saja ‘kan bisa.”

Rama terkekeh. “Di belahan bumi mana ada manusia yang membungkus yo
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
modus banget Rama
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Semalam Dengan Komandan   Hasutan Bima

    Saat ini, Bima dan Sindi sudah pindah ke batalyon setelah resmi menikah. Pagi itu setelah apel, Bima tiba-tiba menghampiri Rama dan mengajaknya bicara empat mata. Rama sebenarnya tidak tertarik dengan ajakan tersebut, tetapi Bima bersikeras. Akhirnya, mereka berdua menyingkir ke area yang agak sepi untuk bicara. “Jadi, kamu mau bicara apa? Maaf, tapi saya ada kesibukan setelah ini. Saya tidak ada banyak waktu,” ucap Rama dingin.Bima memasang senyum palsu meskipun sebenarnya kesal bukan main diperlakukan seolah ia tidak penting sama sekali. Kalau saja bukan karena pangkat Rama lebih tinggi darinya, Bima pasti akan langsung meninju wajah sombong pria itu. “Iya, mohon maaf mengganggu waktunya, Ndan. Saya tidak bermaksud begitu, saya hanya—”“Sudahlah tidak perlu basa-basi, langsung ke intinya saja,” potong Rama.Bima mengepalkan telapak tangannya, menahan amarah yang membuncah di dadanya. Ia menarik napas panjang, sebisa mungkin tetap memasang wajah ramah. Bima rela menekan harga dir

  • Semalam Dengan Komandan   Aku Mau

    Usai berdebat hebat dengan Bima, Khansa semakin tidak sabar untuk mengatakan kepada Rama bahwa ia siap menerima cinta pria itu. Sebenarnya, sebelum ia bertemu Bima dan dicemooh habis-habisan, Khansa juga sudah yakin dengan pilihan hatinya. Ia hanya belum siap mengatakan saja. Kalimat penerimaan itu seperti tersangkut di dasar tenggorokannya. Pertemuannya dengan Bima memang membuat hati Khansa membara penuh amarah. Namun, meski berat diakui, pertengkarannya dengan Bima juga yang membantu Khansa lebih yakin dan lebih berani. Hari itu, ketika masuk waktu jam makan siang, kafe kebetulan agak ramai. Khansa bergantian dengan rekan kerjanya yang lain untuk melayani pengunjung di saat jam makan siang seperti ini, sebab mereka juga butuh waktu untuk istirahat.Saat itu, Khansa kebagian untuk melayani pengunjung dulu baru setelahnya rolling dengan rekan-rekannya yang lain saat mereka sudah selesai dengan waktu istirahatnya. Ketika Khansa sedang mengantar pesanan di salah satu meja, ia melihat

  • Semalam Dengan Komandan   Semakin Yakin

    Sampai beberapa saat Khansa memejamkan matanya, ia tidak merasakan apa-apa. Ia malah mendengar bunyi ‘klik’ pelan di dekatnya. Khansa pun refleks membuka kelopak matanya dan saat itu juga ia kaget ketika melihat wajah Rama begitu dekat dengannya. Mereka bertatapan lagi tetapi tidak lama sebab Rama tiba-tiba menyeringai tipis.“Kok merem?” tanya pria itu. Nada suaranya terkesan sedang bercanda. Khansa mengedip-ngedip grogi. “H-Hah?”“Kenapa merem? Kamu berharap saya melakukan sesuatu ya?” goda Rama.Khansa buru-buru menggeleng. “Eng… Enggak tuh! Kapten apaan sih?” Ia refleks mendorong dada Rama dan membuat pria itu kembali berada di kursi kemudinya sendiri. Rama tertawa pelan. “Saya itu cuma bantu kamu pasang seatbelt. Jangan sampai lupa, nanti bahaya.”“Nggak usah dipasangin juga saya bisa sendiri kok,” sahut Khansa. Meskipun jantungnya berdebar gila-gilaan, tetapi Khansa berusaha untuk menutupi itu semua. “Masa sih? Tapi dari tadi saya lihat kamu nggak kunjung masang seatbelt-nya,

  • Semalam Dengan Komandan   Pembalasan Khanza

    Beberapa hari sebelum hari pernikahan Bima dilaksanakan, Rama mengajak Khansa untuk membeli pakaian. Khansa awalnya menolak karena tidak mau merepotkan. Lagipula, ia juga masih punya pakaian untuk kondangan. Namun, Rama mengatakan bahwa kalau mau balas dendam maka harus dilakukan dengan indah dan elegan. Entah Rama mendapatkan kalimat itu dari mana. Agak konyol juga mendengar Rama mengatakannya, tetapi gara-gara itu Khansa akhirnya mau diajak pergi untuk membeli pakaian baru bersama Rama. Hari ini, pernikahan Bima dan Sindi pun tiba. Meskipun ini pernikahan kedua Bima, tetapi justru pesta pernikahan kali ini lebih meriah daripada pernikahannya dengan Khansa dulu yang sederhana. Di sana, Bima tidak tampak terlalu antusias. Ia terus saja teringat dengan ucapan Khansa ketika mereka tidak sengaja bertemu di minimarket kapan lalu itu, bahwa Khansa akan datang membawa calon suaminya. Sejak pagi tadi, Bima terus kepikiran. Kira-kira siapa pria yang akan dibawa Khansa datang ke pernikahan Bi

  • Semalam Dengan Komandan   Mau Ya Jadi Istri Saya

    Khansa langsung pergi setelah melontarkan kalimat tersebut kepada Bima. Hasrat belanjanya benar-benar sirna. Ia tidak jadi membeli beberapa barang lain, hanya yang sudah ia bawa saja yang dia bawa ke kasir untuk dibayar. Sesampainya di rumah, Khansa menyesali ucapannya sendiri. Ia terduduk diam di kamarnya sambil menghela napas berat. “Khansa bodoh!” rutuknya kepada diri sendiri. “Kenapa aku malah ngomong gitu sih? Padahal aku udah niat nggak mau datang, sekarang gimana coba? Dengan siapa aku mau hadir di pernikahan mereka, boro-boro calon suami, teman dekat lelaki aja aku nggak ada.”Khansa merebahkan dirinya di atas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar rumah kontrakan tersebut. Teman laki-laki, kah? Tiba-tiba saja Khansa malah kepikiran dengan Rama. Hanya sekilas dan ia buru-buru menggeleng. “Nggak, nggak. Aku nggak boleh memanfaatkan orang lain,” gumamnyap pelan. Khansa tidak suka dimanfaatkan orang lain, maka dari itu ia juga tidak mau memanfaatkan orang lain hanya demi k

  • Semalam Dengan Komandan   Kabar Buruk

    Khansa agak kikuk melihat Tante Rahmi datang. Apalagi saat ini Arum tengah bermasalah dengan Rama. Entah apa yang diinginkan beliau sekarang hingga sampai repot-repot datang ke rumah kontrakan Khansa. "Caca?"Khansa mengerjap. Saking terkejutnya ia dengan kedatangan Tante Rahmi, Khansa sampai sempat bengong sejenak. "Ah, ma-mari masuk, Tante. Tapi maaf ya sempit dan nggak ada kursi tamunya. Jadi, duduk di tikar aja."Tante Rahmi mengangguk. Ia masuk setelah Khansa membuka kunci pintu rumah kontrakannya. Ketika masuk ke dalam rumah itu, memang tidak ada kursi tamu. Ruang tamu tersebut hanya dialasi tikar saja untuk duduk. Khansa sendiri juga tidak punya banyak perabotan rumah. Jadi memang rumah kontrakan yang ia sewa ini tampak lumayan kosong."Silakan duduk, Tante."Tante Rahmi mengangguk. Ia pun duduk lesehan di tikar tersebut. Lalu, Khansa pun pamit ke belakang sebentar. Ia hendak menyeduh teh untuk Tante Rahmi. Beberapa saat kemudian, Khansa kembali ke ruang tamu membawa nampan b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status