Beranda / Romansa / Sengketa Hati Mantan Suami / BAB 4. MAKAN SIANG YANG TIDAK DIRENCANAKAN

Share

BAB 4. MAKAN SIANG YANG TIDAK DIRENCANAKAN

Penulis: baeyorka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-05 02:08:38

Di sebuah kafe yang tenang di sudut kota, Laksmi dan Jaka duduk di meja yang terpisah, tetapi terlalu dekat untuk kenyamanan mereka sendiri. Mereka terjebak dalam situasi makan siang bersama, sebuah peristiwa yang diatur oleh rekan kerja mereka, Sarah, yang sepertinya memiliki rencana tersendiri untuk mendamaikan hubungan yang tegang di antara mereka.

Laksmi duduk dengan anggun di satu sisi meja, mengaduk-aduk salad di piringnya dengan gerakan yang cermat, mencoba untuk fokus pada makanannya daripada pada kehadiran Jaka di seberangnya. Dia merasa tegang dan canggung, tidak yakin apa yang harus dia katakan atau bagaimana dia harus bertindak di sekitar mantan suaminya.

Di sisi lain meja, Jaka merasa sebaliknya—ia tidak dapat menghindari pandangan matanya yang terus memandang Laksmi. Dia mencoba menemukan cara untuk memecah keheningan yang tidak nyaman di antara mereka, tetapi setiap kali dia berpikir untuk membuka mulut, kata-kata itu terasa berat dan tidak pantas.

Sarah, yang duduk di samping Laksmi, mencoba menciptakan percakapan ringan. "Jadi, bagaimana perasaan kalian setelah sidang kemarin?" tanya Sarah dengan senyum ramah.

Laksmi menjawab dengan hati-hati, "Ini adalah pengalaman yang menguras energi, tapi saya senang dengan hasilnya." Dia mencoba tersenyum, meskipun perasaan tegangnya masih terasa jelas.

Jaka menanggapi dengan sopan, "Ya, sidang itu benar-benar menguji kemampuan kami. Tapi, seperti yang dikatakan Laksmi, hasilnya memang patut diapresiasi."

Sarah mengangguk mengerti, mencoba untuk menciptakan iklim yang nyaman di sekitar mereka. Namun, kecanggungan di antara Laksmi dan Jaka seolah menjadi semakin terasa dengan setiap saat yang berlalu.

Saat pelayan datang untuk mengambil pesanan minuman, keheningan yang tidak nyaman kembali meliputi mereka. Sarah, yang tidak bisa menahan keheningan lebih lama, mencoba mengalihkan perhatian mereka. "Bagaimana dengan cuaca akhir-akhir ini?" tanya Sarah dengan nada coba-coba.

Laksmi dan Jaka saling bertatapan sejenak sebelum Laksmi menjawab dengan ragu, "Hmm, cuaca cukup baik belakangan ini."

Jaka menambahkan, "Ya, musim semi biasanya membawa cuaca yang menyenangkan."

Sarah tersenyum, mencoba untuk tetap optimis meskipun suasana yang tidak nyaman. "Bagaimana dengan rencana kalian untuk liburan musim panas ini? Sudah ada rencana?" tanyanya lagi, mencoba memecahkan keheningan.

Laksmi tersenyum tipis, "Belum ada rencana konkret, tapi mungkin akan ada waktu untuk beristirahat sebentar setelah sidang ini selesai."

Jaka mengangguk setuju, "Saya juga belum merencanakan apa pun. Mungkin akan ada waktu untuk berlibur sebentar setelah menyelesaikan beberapa kasus."

Sarah mencoba menciptakan percakapan yang tidak terlalu formal, tetapi kecanggungan di antara mereka seolah menjadi semakin dalam. Makan siang yang dimaksudkan untuk mendamaikan dan menciptakan atmosfer yang lebih hangat justru menjadi cerminan dari ketegangan yang terpendam di antara Laksmi dan Jaka.

Saat makan siang berlanjut, percakapan terus berjalan dengan canggung. Mereka berusaha untuk menunjukkan keprofesionalan mereka di hadapan Sarah dan rekan kerja lainnya, tetapi kehadiran satu sama lain di ruang yang begitu pribadi dan intim tidak bisa diabaikan.

Setelah makan siang berakhir, mereka berdua berdiri dengan cepat. Laksmi dan Jaka mengucapkan terima kasih kepada Sarah atas undangannya sambil mencoba menutup perasaan ketidaknyamanan yang masih menggelayut di antara mereka. Mereka meninggalkan kafe dengan langkah yang terburu-buru, masing-masing merasa lega karena bisa meninggalkan kecanggungan di belakang mereka.

Ketika mereka berpisah di halaman parkir, Jaka menoleh sejenak ke arah Laksmi. Dia melihat kilatan rasa bersalah di mata Laksmi, yang menggambarkan semua kerumitan dan ketidakpastian yang mereka alami sejak bercerai. Meskipun dia tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya, dia berharap bahwa suatu hari nanti, mereka berdua bisa menemukan cara untuk meredakan kecanggungan yang terus mengikuti mereka setiap kali mereka bersama-sama.

Laksmi, di sisi lain, merasa campur aduk. Dia merindukan kebersamaan yang mereka dulu miliki, tetapi juga menyadari bahwa mereka berdua telah berubah. Setiap kali dia melihat Jaka, dia melihat kenangan yang indah dan juga luka yang masih perih di hatinya. Dia berharap bahwa waktu akan membantu menyembuhkan luka-luka itu dan membawa kedamaian di antara mereka, meskipun saat ini perjalanan itu masih terasa jauh dan sulit.

Dengan langkah yang terburu-buru, mereka masing-masing masuk ke mobil mereka dan meninggalkan tempat itu. Keheningan yang tercipta di antara mereka masih berbicara lebih keras daripada kata-kata yang tidak terucapkan, menunjukkan betapa rumitnya dinamika di antara mereka.

_____________________________________________________________________________________________

Setelah makan siang yang canggung itu, hari-hari berikutnya di kantor terasa seperti berjalan di atas telur. Laksmi dan Jaka berusaha untuk kembali ke rutinitas profesional mereka, tetapi kehadiran satu sama lain di ruang kerja yang sama membuat suasana tetap tegang di antara mereka. Mereka berusaha untuk berinteraksi sebagaimana mestinya, tetapi setiap pertemuan mata atau percakapan singkat selalu memunculkan perasaan yang rumit di dalam hati masing-masing.

Di ruangannya, Laksmi sering kali menemukan dirinya terpaku di depan layar komputernya, mencoba untuk fokus pada pekerjaannya meskipun pikirannya sering terlupakan pada momen-momen canggung yang mereka alami bersama Jaka. Dia merenung tentang bagaimana hidup mereka bisa berubah begitu drastis, dari pasangan yang saling mencintai menjadi mantan yang berusaha untuk menjaga profesionalisme di tempat kerja.

Sementara itu, Jaka menemukan dirinya sering meluangkan waktu untuk merenung di kantorannya sendiri. Dia membalikkan foto-foto masa lalu mereka yang terselip di antara buku-bukunya, mengenang saat-saat bahagia yang mereka bagikan bersama. Namun, setiap kenangan itu juga membawa rasa kehilangan yang mendalam, menyadarkannya akan jarak yang sekarang terbentang di antara mereka.

Suatu sore, ketegangan di antara mereka mencapai puncaknya saat mereka dipanggil ke ruang rapat untuk rapat tim mendadak. Sarah, yang memimpin rapat, tampak berusaha untuk menciptakan suasana yang nyaman di antara semua orang, tetapi tatapan antara Laksmi dan Jaka mengungkapkan lebih banyak daripada yang bisa diungkapkan oleh kata-kata.

Di tengah rapat, ketika diskusi mengenai kasus terbaru sedang berlangsung, Laksmi dan Jaka menemukan diri mereka terlibat dalam argumen kecil tentang pendekatan yang harus diambil. Pertukaran pandangan tajam di antara mereka mencerminkan tidak hanya perbedaan pendapat profesional, tetapi juga ketegangan pribadi yang masih mereka bawa sejak perpisahan mereka.

"Saya pikir pendekatan ini lebih masuk akal," ujar Laksmi dengan suara yang tenang namun tegas, mencoba untuk mempertahankan posisinya.

Jaka menanggapi dengan nada yang sedikit lebih tajam, "Tapi saya rasa kita harus mempertimbangkan sisi lain dari situasi ini juga."

Sarah, yang merasa ketegangan di ruang rapat tersebut, mencoba untuk memediasi diskusi mereka dengan lembut. "Baiklah, mari kita semua berusaha untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan," ucapnya dengan penuh perhatian.

Namun, upaya untuk menenangkan suasana hanya berlangsung sebentar. Laksmi dan Jaka tetap bertentangan dalam pandangan mereka, tidak hanya karena perbedaan profesional mereka tetapi juga karena ketegangan emosional yang tidak mereka sebutkan.

Setelah rapat selesai, Laksmi dan Jaka meninggalkan ruang rapat dalam keheningan yang kaku. Mereka berdua merasa lelah dengan perasaan yang mereka hadapi, menyadari bahwa meskipun mereka berusaha untuk menjaga profesionalisme di tempat kerja, emosi mereka tidak pernah sepenuhnya bisa mereka kendalikan.

Di akhir hari, saat mereka berdua mengambil tas mereka untuk pulang, Laksmi mendekati Jaka dengan ragu. "Jaka, mungkin kita perlu berbicara sebentar," ujarnya dengan suara yang lembut.

Jaka menatap Laksmi sejenak sebelum mengangguk setuju. "Tentu, saya pikir itu baik," jawabnya dengan nada yang setenang mungkin.

Mereka berdua memutuskan untuk pergi ke ruang istirahat kecil di ujung lorong, tempat yang relatif tenang di tengah kebisingan kantor yang mulai sepi. Saat mereka duduk di meja kecil yang terletak di sudut ruangan, ketegangan di antara mereka masih terasa kuat.

Laksmi menatap Jaka dengan penuh keraguan, mencoba untuk menemukan kata-kata yang tepat untuk memulai percakapan yang begitu sulit ini. "Saya... saya hanya ingin mengatakan bahwa saya berharap kita bisa menemukan cara untuk bekerja sama tanpa harus merasa seperti ini setiap saat," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kejujuran.

Jaka mengangguk, ekspresinya sedikit lembut. "Saya juga merasakannya, Laksmi. Kita mungkin tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi kita bisa mencoba untuk menemukan cara untuk maju dari sini."

Laksmi menghela napas dalam-dalam, merasa lega bahwa dia bisa mengungkapkan perasaannya kepada Jaka. Meskipun masih ada banyak yang harus diatasi di antara mereka, percakapan ini merupakan langkah pertama untuk memahami dan menerima dinamika baru dalam hubungan mereka yang rumit.

Mereka berdua berbicara lebih lama, membahas harapan dan harapan mereka untuk masa depan di firma hukum tempat mereka bekerja. Meskipun tidak ada keputusan besar yang diambil dalam percakapan itu, mereka berdua merasa lebih lega karena bisa membuka garis komunikasi yang lama terputus di antara mereka.

Ketika mereka meninggalkan ruang istirahat, meskipun kecanggungan di antara mereka masih ada, mereka merasa sedikit lebih ringan. Percakapan itu memberi mereka kedamaian yang mereka cari, setidaknya untuk saat ini. Dengan harapan bahwa waktu akan membawa pemulihan dan kedamaian di antara mereka, Laksmi dan Jaka melangkah menuju hari berikutnya dengan langkah yang sedikit lebih mantap.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Menonton Pertandingan Sepakbola

    Pertandingan sepakbola selalu menjadi acara yang dinanti-nantikan oleh banyak orang, tak terkecuali bagi Laksmi dan Jaka. Di tengah jadwal kerja yang padat, mereka berdua memutuskan untuk meluangkan waktu dan menonton pertandingan sepakbola bersama, meski dengan perasaan campur aduk. Pertandingan ini bukan hanya soal tim favorit yang bertanding, tetapi juga tentang bagaimana mereka bisa menikmati waktu bersama di luar lingkungan kerja.Stadion yang penuh sesak dengan para penggemar menciptakan atmosfer yang meriah dan bersemangat. Suara sorak-sorai, teriakan, dan nyanyian dari para suporter menggema di seluruh arena. Laksmi dan Jaka tiba di stadion dengan langkah penuh semangat, mengenakan atribut tim favorit mereka. Laksmi mengenakan syal berwarna biru, sementara Jaka dengan kaos merah menyala, menunjukkan dukungan mereka untuk tim yang berbeda."Mungkin kita seharusnya tidak duduk bersebelahan," canda Jaka, melihat perbedaan warna syal dan kaos mereka.Laksmi tersenyum tipis. "Oh, j

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Reuni Keluarga

    Hari itu cerah, sinar matahari menembus dedaunan dan menciptakan bayangan-bayangan indah di halaman rumah besar tempat reuni keluarga diadakan. Laksmi dan Jaka tiba bersamaan, meski tidak direncanakan. Mereka berdua datang atas undangan klien mereka, Pak Agus, yang telah menangani kasus hukumnya bersama-sama.Reuni keluarga Pak Agus adalah acara besar. Banyak tamu yang hadir, dari kerabat dekat hingga keluarga jauh yang sudah lama tidak bertemu. Meja-meja panjang dihiasi dengan makanan lezat, tenda-tenda putih berdiri megah di sudut halaman, dan suara musik yang lembut mengalun, menciptakan suasana yang hangat dan akrab.Laksmi dan Jaka bertemu di pintu masuk, keduanya tampak rapi dengan pakaian semi-formal. Laksmi mengenakan gaun berwarna biru muda, sementara Jaka tampil gagah dengan kemeja putih dan celana panjang hitam. Mereka saling tersenyum dan menyapa dengan canggung."Selamat datang, Laksmi, Jaka," kata Pak Agus dengan ramah sambil menjabat tangan mereka. "Terima kasih sudah d

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Pesta Pernikahan

    Pesta perpisahan diadakan di ruang pertemuan besar firma hukum, sebuah ruang yang sering dipakai untuk rapat besar atau acara penting. Namun, kali ini suasananya berbeda. Ruang yang biasanya serius dan penuh tekanan kini didekorasi dengan balon, bunga, dan hiasan yang meriah. Semua orang mengenakan pakaian yang rapi dan suasana penuh dengan tawa serta percakapan hangat.Laksmi berdiri di dekat meja minuman, mengenakan gaun elegan berwarna merah marun. Ia memegang gelas jus di tangannya, sambil memperhatikan keramaian di sekelilingnya. Malam itu terasa istimewa, bukan hanya karena perpisahan untuk salah satu anggota tim senior, tetapi juga karena suasana yang penuh dengan kenangan dan harapan.Jaka mendekatinya, membawa dua gelas anggur. "Ini untukmu," katanya sambil menyerahkan salah satu gelas kepada Laksmi."Terima kasih," jawab Laksmi dengan senyum lembut. "Malam ini benar-benar mengingatkan kita pada banyak hal, ya?""Benar," kata Jaka sambil menatap sekeliling ruangan. "Banyak ke

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Ulang Tahun yang Tak Terlupakan

    Hari itu adalah hari yang istimewa di kantor firma hukum tempat Laksmi dan Jaka bekerja. Seluruh kantor terasa lebih hidup, dengan hiasan balon dan pita yang menghiasi ruang kerja. Beberapa kolega terlihat sibuk mengatur meja-meja dengan kue, minuman, dan hadiah yang tertata rapi. Semua orang tampak bersemangat, karena mereka merencanakan sebuah kejutan besar untuk Laksmi yang berulang tahun hari ini.Pagi itu, Laksmi datang ke kantor seperti biasa, tanpa mengetahui apa yang sedang direncanakan untuknya. Ia mengenakan gaun biru sederhana dan senyum ramah yang selalu ia bawa. Jaka, yang sudah mengetahui rencana kejutan tersebut, berpura-pura tidak tahu apa-apa dan menyambut Laksmi dengan senyum hangat di pintu masuk."Selamat pagi, Laksmi," sapa Jaka sambil menahan tawa. "Siap untuk hari yang penuh dengan tumpukan dokumen?"Laksmi tertawa kecil. "Selalu siap, Jaka. Kamu sendiri bagaimana?""Oh, aku? Aku merasa hari ini akan menjadi hari yang menarik," jawab Jaka dengan nada misterius.

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Perjalanan Ke Tempat Liburan

    Matahari bersinar cerah di langit biru saat Laksmi dan Jaka berdiri di depan kantor firma hukum mereka, menunggu jemputan untuk perjalanan liburan yang telah lama mereka rencanakan. Setelah berbulan-bulan tenggelam dalam tumpukan pekerjaan dan tekanan kasus-kasus hukum yang rumit, mereka akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti dan melarikan diri sejenak dari hiruk-pikuk kota.Mobil yang dikemudikan oleh sopir pribadi tiba, dan mereka memasukkan koper-koper mereka ke dalam bagasi. Dengan hati yang ringan dan senyum yang tak terelakkan, mereka melangkah masuk ke dalam mobil dan duduk berdampingan di kursi belakang. Perjalanan mereka dimulai dengan obrolan ringan dan tawa yang mengisi suasana, membuat mereka merasa seperti kembali ke masa-masa awal hubungan mereka."Sudah lama sekali kita tidak bepergian bersama," kata Laksmi sambil melihat keluar jendela, mengagumi pemandangan yang berubah dari gedung-gedung tinggi menjadi perbukitan hijau.Jaka mengangguk setuju. "Benar. Kita terlalu

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial - Kenangan Pertama

    Di sebuah kantor hukum yang sibuk di pusat kota, terdapat sebuah ruang tunggu kecil yang sering kali terabaikan oleh kebisingan lalu lintas pekerjaan sehari-hari. Di pagi yang cerah itu, suasana tenang di ruang tunggu terganggu dengan kedatangan Laksmi, seorang pengacara muda yang terkenal dengan kecerdasan dan dedikasinya dalam menangani kasus-kasus hukum yang rumit. Dengan langkah ringan, dia memasuki ruang tunggu dan duduk di salah satu sudut, menata berkas-berkas klien yang perlu dia tinjau.Sementara itu, dari ujung koridor, langkah-langkah mantap terdengar semakin dekat. Itu adalah Jaka, seorang pengacara berpengalaman yang dihormati atas keahlian dan keberaniannya dalam ruang sidang. Pikirannya dipenuhi dengan strategi-strategi hukum untuk kasus terbaru yang sedang dia tangani. Saat dia memasuki ruang tunggu, dia tidak terlalu memperhatikan sekelilingnya, fokus pada ponselnya yang berdering tanpa henti.Mata mereka bertemu secara kebetulan di tengah ruang tunggu yang sunyi. Itu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status