Share

Berdebat

"Kenapa bisa terjadi kebakaran?" tanya Damian disela-sela kepanikannya. "Apa semuanya sudah keluar?"

"Rose ... Di mana Rose? Di mana putriku?" Tyna mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat. "Reega, di mana Rose?!"

"Aku tidak tahu, Ma. Aku tidak bersamanya tadi." Reega juga panik, perempuan yang baru saja menyandang gelar istri di hidupnya belum ditemukan. "Jangan-jangan Rose masih di dalam?"

Sambil menangis, Tyna terus berteriak. "Rose! Siapa pun tolong putriku, dia terjebak di dalam. Kenapa kalian diam saja!"

"Ma, tenang. Papa yakin Rose baik-baik saja." Chris, suaminya berusaha menenangkan Tyna.

"Aku akan ke dalam," ucap Reega namun sebelum masuk sudah ditahan lebih dulu oleh kedua orang tuanya. "Rose masih di dalam. Jangan halangi aku, dia bisa mati, Ma, Pa!"

"Papa mengerti, tapi lihat! Api sudah membesar. Kami juga tidak ingin kau kenapa-kenapa." Damian memberikan penjelasan pada putranya.

Reega sadar, meski perempuan yang sudah menyandang status istrinya itu bukanlah perempuan yang dia cintai, biar bagaimanapun juga dia memiliki tanggung jawab.

"To ... Loonggg ...." Tetiba terdengar suara teriakan seseorang muncul dari samping gedung.

Seluruh tamu undangan memusatkan perhatiannya ke sumber suara. Seseorang muncul dengan tertatih-tatih seraya menggendong perempuan. Mereka baru saja selamat dari kebakaran itu.

"Rose! Itu Rose!" kata Tyna menghampiri keduanya.

***

"Aku ada di mana?" Rose bertanya lirih sembari mengerjapkan matanya. Kesadarannya belum sepenuhnya terkumpul dan kepalanya sakit.

"Rose, akhirnya kau sadar juga." Reega bisa bernapas lega sekarang. "Sebentar, kupanggil dokter dan yang lainnya."

Rose tidak merespon perkataan Reega. Dia berusaha mengingat apa yang telah terjadi sebelumnya. Dia terjebak di dalam gedung pernikahannya. Ya ... Hanya itu yang dia ingat. Setelah itu dia tidak tahu siapa yang telah menyelamatkannya.

"Rose!" panggil Tyna langsung memasuki ruangan saat Reega memberitahu jika Rose sudah siuman.

"Saya periksa dulu, ya." Tyna memberi ruang agar dokter bisa memeriksa keadaan Rose. "Coba gerakkan kaki kirimu."

Perlahan, Rose mengikuti arahan dari dokter. "Awww ...," rintihnya kesakitan.

"Alhamdulillah, kaki kirinya tidak apa-apa. Hanya cedera ringan saja dan untungnya Rose tidak terlalu banyak menghirup asap." Semua yang ada di dalam ruangan mendengarkan penjelasan sang dokter. "Satu lagi, Rose juga sudah diperbolehkan pulang hari ini."

"Mmmm, Dok, kalau saya ingin Rose dirawat beberapa hari lagi di sini, apa boleh?" Pertanyaan Reega membuat keluarganya bingung.

"Tentu saja, boleh. Saya tinggal, ya."

Reega tentu saja melakukannya bukan tanpa alasan. Selain untuk kesembuhan Rose, baru saja dia mendapat kabar via pesan w******p dari Felix, jika wartawan sudah mengerubungi rumah sakit.

"Ga, aku ingin pulang saja," pinta Rose. Dia tidak suka berlama-lama di rumah sakit.

"Kau belum benar-benar pulih, Rose. Lihat kakimu, aku tidak ingin menanggung risiko jika terjadi sesuatu padamu."

"Benar apa yang dikatakan suamimu, Rose." Tyna menyetujuinya. "Mama ingin kau cepat pulih."

"Baiklah. Terserah saja." Rose pasrah dan tak bisa membantah. "Omong-omong kalian semua tahu, kan, siapa yang menolongku dari kebakaran itu?"

Seluruh pasang mata yang ada di ruangan terdiam. Tentu saja mereka semua tahu siapa yang telah menolong Rose dari kebakaran itu. Namun, orang itu tidak ingin Rose tahu jika dirinyalah yang menolong.

"Kami semua tidak tahu, Rose." Tyna menjawab. "Sudahlah lebih baik kau istirahat. Jangan pikirkan hal-hal yang tidak penting."

***

"Jadi, kau juga tidak tahu siapa yang menolongku di kebakaran itu?" Rose mengulang pertanyaannya pada Reega, benaknya masih dipenuhi dengan rasa penasaran.

Saat ini, Rose telah dipindahkan di ruangan pasien VIP dan orang tua mereka sudah pulang lebih dulu. Menurut informasi yang didapatnya dari Felix, kerumunan wartawan yang menunggu di luar rumah sakit juga sudah membubarkan diri.

"Kau masih ingin membahasnya? Bukankah Mamamu sudah mengatakannya tadi?" Reega berucap sambil mengupas apel.

"Aku tidak percaya. Aku yakin kalian semua menyembunyikan sesuatu dariku."

"Lupakan saja, Rose. Kami semua memang tidak tahu. Lebih baik kau fokus dengan kesembuhanmu." Reega geregetan hingga nyaris emosi. Ia menyuapkan apel tersebut pada Rose. "Makanlah."

"Aku tidak mau." Rose memalingkan wajahnya, enggan memakan apa pun karena tidak bernafsu. "Aku curiga kebakaran itu terjadi karena kesengajaan. Bisa jadi peneror yang menerorku."

"Soal itu tidak perlu kau pikirkan. Aku sudah mengerahkan orang-orangku untuk menyelidikinya." Reega masih sabar menghadapi Rose. "Sudah malam. Istirahatlah."

Rose memilih diam dan berhenti berdebat karena percuma juga, tak ada satu pun jawaban yang didapat. Sesuai dengan perintah Reega, Rose membaringkan tubuh dan berusaha memejamkan mata.

Setelah memastikan istrinya tertidur pulas, Reega keluar dari ruangan. Dia berniat menghubungi Felix akan tetapi dua orang polisi dan beberapa anak buahnya datang, mengurungkan niatnya.

"Selamat malam, Pak Reega. Kami sudah menyelidiki penyebab kebakaran di lokasi pernikahan anda," ucap salah satu polisi tersebut. "Diduga penyebab kebakaran karena adanya unsur kesengajaan. Kami menemukan beberapa dirijen kosong berbau gosong dan kabel-kabel yang terkelupas di tempat kejadian," lanjutnya panjang lebar.

"Jadi benar, ada orang yang sengaja membakar gedung itu." Reega bergumam, mengusap tengkuknya. "Saya harap pelakunya segera ditangkap."

"Ini baru dugaan sementara, kami masih akan menyelidikinya lebih lanjut dan mencari pelakunya. Kalau begitu kami permisi."

Kedua polisi itu pergi sementara beberapa anak buah Reega masih di tempat. Reega memerintahkan mereka untuk berjaga-jaga di luar ruangan karena keadaan belum aman, dia harus tetap waspada.

Saat kembali ke ruangan di mana Rose terbaring istirahat, Reega dikejutkan oleh sosok berpakaian hitam yang sedang membekap istrinya dengan bantal. Ia pun segera berusaha mengejar sosok tersebut.

"Hey, siapa kau! Jangan lari!" Reega tak dapat menangkapnya. Sosok itu berlari kencang dan kabur lewat jendela.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status