Savian berdecak, melempar kesal ponselnya ke atas sofa. Matanya yang menyipit tajam itu kembali melirik ke jam Eiger yang melingkar di pergelangan tangan kokohnya.
Jam 11 malam, dan Carla belum juga pulang. Kali ini Carla keterlaluan.
Savian bangkit dari duduknya, tubuhnya yang menjulang tinggi berjalan mondar-mandir bak setrikaan di depan pintu utama. Ia risau dan tidak tenang memikirkan apa yang Carla lakukan di luar flat hingga larut malam begini?
Ponsel Carla tidak aktif. Jika di hitung, mungkin hampir 50 kali Savian menelepon gadis itu. Sialnya, Carla seperti sengaja tidak mengaktifkan ponsel.
Savian menggeram. Merasa tidak tahan ia hanya berdiam diri di temani kecemasan seperti ini. Dengan tak sabaran Savian melangkah masuk
Jam 8 pagi, Carla keluar dari kamar dengan wajah mengantuknya. Ya, ini memang sudah pagi, tapi cewek itu belum tidur sama sekali. Malam panjangnya ia habiskan dengan mendengarkan musik melalui earphone sambil memandang langit malam di jendela. Carla suka menghabiskan tengah malamnya dengan cara seperti itu, tenang dan sepi. Apa lagi sekarang hari libur, jadi Carla bisa tidur setelah ini sampai sore nanti. Mata Carla melebar, mulutnya yang menguap seketika terkantup saat membuka pintu kamarnya dan mendapati Savian yang duduk menegak di sofa ruang tengah. Wajah pria matang itu terlihat mengantuk dan butuh tidur. Mendengar suara decitan pintu yang terbuka, Savian praktis menoleh. Senyumnya mengembang melihat Carla yang di tunggu-tunggu akhirnya keluar dari kamar. Savian bahkan sampai tidak tidur hanya untuk menunggu Carla keluar dari kamarnya. Savian berdiri, mengangkat tangannya menyapa Carla, "Pagi, Carla!" terdengar antusiasme. Tapi, Carla t
Lupakan rasa cemburunya. Dengan wajah cemberut Savian mengoleskan nutella ke atas selembar roti yang baru saja keluar dari alat pemanggang roti. Masih hangat dan sudah pasti kreyes, kesukaan Carla sekali.Savian gagal menginterogasi Carla karena gadis itu malah mengamuk sebab Savian melahap habis roti bakar miliknya. Itulah mengapa saat ini Savian sibuk bergelut dengan alat pemanggang roti dan selai coklat hazelnut kegemeran Carla."Jangan cemberut lagi, kan sudah saya bikinin nih roti bakarnya." ujar Savian merayu, ia meletakan roti buatannya ke hadapan Carla, tentu saja dengan beralaskan piring.Carla menyesap kopinya lebih dulu sebelum mengunyah roti buatan Savian. Carla makan dengan tenang, tidak sambil bicara dan menatap lurus ke depan, berbeda dengan Savian yang tidak bisa berpaling dari wajah Carla barang sedetik pun. Sebenarnya Carla sadar dan risih, tapi dia memilih diam tak menggubris Savian.Kal
Plak!!!Pertanyaan kurang ajar Savian dapat hadiah tamparan dari Carla. Setelah menciumnya dengan rakus seperti tadi, Savian malah bertanya apa ingin di lanjutkan?Carla beneran tidak habis pikir!"Nih, lanjutin sama panci!" ujar Carla kesal, lantas ia mengambil panci yang menggantung di dekatnya, lalu menaruhnya di kepala Savian.Carla hilang dari pandangan usai Savian melepaskan panci yang menutupi wajah tampannya iitu Bukannya mikir, Savian malah erkekeh melihat bagaimana menggemaskannya mimik wajah Carla ketika kesal. Padahal kalau Carla memberi izin, Savian bisa membuat gadis itu merasakan sensasi yang lebih nikmat dari sebelumnya.Savian mengusap sisi bibirnya, jejak ciuman mereka masih membekas di sana. Bibir Savian menyeringai, menatap pintu kamar Carla dengan pandangan menilai.Penolakan dari Carla semakin membuat Savian merasa tertantang. Lihat saja sampai kapan
"Pak Savian!" Langkah Savian yang sedang menuntun Carla ke parkiran kampus terhenti, secara kompak Savian dan Carla menoleh ke sumber suara. Mendapati Kristal yang menghampiri mereka seraya membawa lembaran kertas yang di gulung di genggamannya. Carla menelan ludah, tertampar dengan visual Kristal yang badas abis hari ini. Celana jeans ketat yang mencetak jelas kaki jenjangnya dipadukan dengan kemeja biru polos yang di masukan ke dalam celana, tak lupa dua kancing teratasnya dibiarkan terbuka. Carla yang sesama jenis saja menelan ludah, apa lagi mahluk jantan yang melihatnya. "Kamu tunggu di mobil, ya." Savian kembali melanjutkan langkahnya sambil menuntun Carla. Tersisa lima langkah saja untuk sampai dimobil Jeep putih milik Savian yang terparkir di bawah rimbunnya pohon beringin. Tangan Savian membuka pintu mobil bagian penumpang, memerintah Carla untuk masuk dan duduk menunggu selagi ia berbicara em
Savian mengamati wajah Carla yang terlelap di sampingnya. Posisinya saat ini sedang duduk di tepi ranjang sembari mengusapi perut rata Carla yang terlelap di sebelah kanan. Tanpa sadar Savian tersenyum samar, Carla kalau pulas begini wajah menyebalkannya jadi hilang tergantikan raut teduh dan polos bagaikan bayi. Tangan Savian yang bergerak mengusap lembut perut rata Carla kini berhenti. Ia terdiam sejenak seakan sedang mempertimbangkan sesuatu. Meski agak ragu, tapi Savian menundukkan kepalanya slow motion mengarah pada perut Carla. Cup. Kecupan manis bibir Savian jatuh tepat di atas perut Carla. Lembut dan dalam. Savian resapi mulusnya kulit perut Carla yang bersentuhan dengan bibirnya itu, sebelum akhirnya Savian mengangkat kepalanya lalu menarik kaus oversize yang Carla kenakan untuk menutupi seluruh perutnya. Savian beneran hanya mengusapi perut rata Carla, tidak merambat kemana-mana meskipun menahan tangannya untuk tidak geraya
Flashback. Hari pengumuman hasil SNMPTN. Suara ketukan pintu membuat Carla terdiam sejenak, belum juga ia beranjak untuk membuka pintunya, pintu tersebut sudah lebih dulu terbuka. Wajah Gentara muncul dari sana, membuat senyum di wajah Carla memudar seketika. Jantung Carla mulai berdetak abnormal seiring dengan tungkai Gentara yang melangkah masuk ke dalam kamarnya dengan senyum mengerikan. Pintu di tutup, Carla terduduk di atas ranjangnya dengan tangan gemetar. "Kakak dengar dari Mama, katanya hasil tes ujian kamu lolos, ya?" sambil berkata demikian Gentara melangkah mendekati ranjang Carla. Sementara Carla masih terpaku di tempat dengan wajah gelisahnya. "Kenapa diam? kakak nanya, Car." Gentara duduk di tepi ranjang, tangannya bergerak mengusap pipi tirus Carla. Wajah Carla melengos, menghindari sentuhan tangan dari kakak tirinya itu. Perlahan kepala Carla mengangguk, sebagai jawaban dari pertanyaan Gentara baru
"Apa gak sebaiknya kamu lapor ke orang tua kamu, Car?" Obrolan Savian dan Carla masih berlanjut. Mereka duduk bersebelahan di atas ranjang sembari menyenderkan punggung mereka. Di bahu lebar Savian tersandar kepala Carla yang terlihat nyaman. Kedua mata Carla terpejam, mengingat kembali hari dimana ia memilih memberitahukan Papa dan Mamanya tentang kelakuan bejat Gentara, kakaknya. Sekilas senyum pedih terlintas, Carla kembali merasakan bagaimana harapannya hancur saat itu. Dimana ia berharap mama dan mamanya memberinya perlindungan dari Gentara, tapi yang ia dapatkan adalah hal yang tidak pernah terbayangkan. Gentara playing victim dan membuat seolah semua Carla yang salah. Mulai hari itu Carla berhenti berharap kepada Mama dan Papa tirinya. Percuma.
“Katanya kamu kemarin di antar pulang sama pak Savian?”Obrolan santai makan siang di alihkan Alvero ke sesi interogasi. Gara-gara kemarin Alvero tidak ikut kelas Savian, cowok itu jadi ketinggalan berita. Beruntung kampusnya itu memiliki banyak lambe, jadi Alvero tidak perlu susah payah mencari kabar Carla yang katanya kemarin hampir pingsan. Dan yang membuat kabar tersebut semakin panas sebab nama Savian ikut terseret.“Dinne yang ngomong itu ke kamu?” Carla bertanya balik sebelum memasukan baksonya ke dalam mulut.Alvero menggeleng, “Aku tahu dari Jinan.” Jawab Alvero membuat kunyahan Carla terhenti.“Jinan anak teknik?” setahu Carla yang namanya Jinan di kampus ini memang cuma Jinan Angkasa dari Fakulitas sebelah. Tapi tidak ada salahnya bertanya untuk memastikan kembali, kan?Anggukan di kepala Alvero membuat Carla melongo tak percaya. Masa iya kabar tentang dirinya dan Savian sampai ke telinga a