Share

Bab 106 

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-06 08:56:58

Sudah lebih satu jam Sofia terbaring di ruang perawatan. Bahkan saat ini Galtero hanya bisa mengintip melalui celah pada pintu. Namun, Sofia tidak menunjukkan diri.

Wanita itu menutupi tirai yang mengelilingi ranjang. Tadi, wanita itu juga mengusirnya.

“Bagaimana kondisinya, Gal?” tanya Abuela yang baru saja sampai, sebab harus mengakhiri acara pesta sebelum dimulai.

“Dia menolakmu, huh?” sahut Alessandro, kakak kandung Galtero yang menatap sinis.

Sedangkan Galtero mengepalkan tangannya yang bergetar. Dia ingin mengisolasi bangsal ini agar tidak ada orang selain dirinya dan Sofia. Dia merasa dihakimi jika terus begini.

“Puas merusak semuanya? Tingkahmu ini tidak bisa dibenarkan, Gal!” sembur pria itu lagi.

“Sudah. Sudah. Seharusnya kalian bukan bertengkar.” Abuela menatap kedua cucunya yang sama-sama keras seperti batu. Lalu dia melanjutkan, “Gal memang salah, tapi Sofia sekarang butuh ketenangan. Tolong tahan emosi.”

“Anak ini memang bisanya buat masalah,” sarkas Alessandro sambil me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 109 

    Matahari musim gugur datang lebih lambat dari beberapa bulan lalu. Sofia mengerjapkan matanya, terbangun sendirian di ruang rawat yang cukup luas ini. Hatinya merasa hampa, apalagi teringat ucapannya kemarin. Hanya saja telapak tangannya masih terasa hangat. Dia memandanginya … mungkin itu karena selimut, pikirnya. Namun, batinnya berbisik, ‘Galtero.’ Samar-samar hidungnya menghirup aroma susu dan gula karamel tak jauh darinya. Saat menoleh, dia terdiam sejenak. Bukan tanpa alasan, melainkan karena melihat sebuket bunga mawar putih yang dilengkapi baby’s breath. Di belakangnya ada kotak makanan stainless, dan dari aromanya saja Sofia tahu itu. “Crema catalana,” gumamnya. Tidak ada nama pengirimnya, tetapi Sofia tahu siapa orang yang meletakkannya di atas meja. Entah dari mana Galtero mendapat makanan kesukaannya. Yang jelas, crema catalanan domdalam kotak itu bukan dari toko kue langganannya. Perasaannya sempat menghangat. Matanya memandangi kotak itu lama sekali, sebelum tangan

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 108

    Saraf-saraf pada wajah Galtero membeku. Mata birunya membelalak sesaat, sebelum kelopaknya menyempit. Pria itu ingin memastikan bahwa tidak salah dengar.Tangan Galtero turun perlahan dari sisi tubuhnya, seolah kehilangan kendali. Dia mencengkeram keras celana bagian paha, hingga nadi di pelipisnya tampak menonjol.Mulutnya terbuka sedikit, lalu beberapa detik berlalu, dia berbisik, “Apa kamu benar-benar ingin lepas dariku, Sofia? Setelah semua ini?”Tatapan Sofia tetap datar, seakan tanpa benci atau cinta. Justru itu membunuh Galtero pelan-pelan. “Ya. Tentu saja,” sahut Sofia begitu ringan, juga menyayat.Detik berikutnya, Galtero mundur setengah langkah. Dia masih menatap wanita itu, dengan sorot mata lelaki yang tidak siap mendengar ucapan terlalu dingin dari wanitanya.Sofia yang duduk setengah bersandar, diganjal tumpukan bantal, menyilangkan kedua tangan di atas perut. Ia tetap menatap Galtero secara langsung. “Aku minta kita batalkan kontrak pernikahan ini,” pinta Sofia, tena

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 107

    “Nyonya Sofia, memang keluar dari kamar rawatnya, Tuan.” Antonio memegang tabletnya dengan kuat, khawatir tuannya itu melempar karena emosi.Darah Galtero makin mendidih, karena Sofia meninggalkannya. Tanpa kata, tanpa memberi pengampunan atau bahkan kesempatan terakhir. Otot-otot di leher pria itu menegang dan napasnya memburu.“Ke mana dia?” geramnya. Dia terus melangkah hingga berhenti tepat di depan lift.Antonio tergagap mencari rekaman CCTV pada tabletnya. Namun, gerakannya tidak cukup cepat.“Lamban!” hardik Galtero, lalu merebut tablet dari tangan asistennya. Antonio membeku.Jemari Galtero begitu cekatan menggulir layar. Pupilnya menyapu tiap cuplikan rekaman, detil demi detil.Hanya saja, sebelum dia sempat mengetuk salah satu data rekaman, langkahnya terhenti.Galtero merasa napasnya menyesakkan. Apa Sofia sungguh pergi darinya—lagi?Lalu terdengar suara lembut memanggilnya.“Apa yang kamu lakukan di sini?”Galtero menoleh. Rahangnya yang semula menegang berangsur mengendu

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 106 

    Sudah lebih satu jam Sofia terbaring di ruang perawatan. Bahkan saat ini Galtero hanya bisa mengintip melalui celah pada pintu. Namun, Sofia tidak menunjukkan diri.Wanita itu menutupi tirai yang mengelilingi ranjang. Tadi, wanita itu juga mengusirnya.“Bagaimana kondisinya, Gal?” tanya Abuela yang baru saja sampai, sebab harus mengakhiri acara pesta sebelum dimulai.“Dia menolakmu, huh?” sahut Alessandro, kakak kandung Galtero yang menatap sinis.Sedangkan Galtero mengepalkan tangannya yang bergetar. Dia ingin mengisolasi bangsal ini agar tidak ada orang selain dirinya dan Sofia. Dia merasa dihakimi jika terus begini.“Puas merusak semuanya? Tingkahmu ini tidak bisa dibenarkan, Gal!” sembur pria itu lagi.“Sudah. Sudah. Seharusnya kalian bukan bertengkar.” Abuela menatap kedua cucunya yang sama-sama keras seperti batu. Lalu dia melanjutkan, “Gal memang salah, tapi Sofia sekarang butuh ketenangan. Tolong tahan emosi.”“Anak ini memang bisanya buat masalah,” sarkas Alessandro sambil me

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 105 

    Ditanya seperti itu, Sofia bingung harus menjawab apa. Di satu sisi dia ingin mengatakan bahwa dia telah mengenal suaminya, tetapi bagian kecil dari hatinya menyangkal itu semua. Sofia pun terdiam. Napasnya terdengar berat dan tatapannya tak putus dari sosok sang suami yang entah mengapa bukannya menghampiri, justru terdiam bagai patung di ujung ruangan. “Sebenarnya ada apa ini?” cicit Sofia, dengan suara yang bergetar. Tuan Torres berdecak keras. Mengusap wajahnya dengan kasar, lalu bertolak pinggang. “Bilang padanya siapa dirimu yang sebenarnya, Galtero Torres!” Suara Tuan Torres meninggi dan menggema di ruang keluarga. Seketika, Sofia terkesiap. Dadanya makin sesak. Tangannya yang gemetar menggosok telinga, memastikan bahwa pendengarannya tidak sedang mempermainkannya. ‘A–apa aku tidak salah dengar? Galtero...?’ Bahkan batinnya saja tidak sanggup menyelesaikan kalimat itu. Ingatan tentang pertemuan awal mereka, tentang kontrak, tentang betapa mudahnya Galtero mengetahui semu

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 104

    “Apa yang kamu lakukan di sini?” Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir pria itu yang memandang lekat pada Sofia.Sofia menelan ludah. Lidahnya terasa kelu untuk mengucap sepatah kata. Dia agak gemetaran, takut dengan kondisi Abuela yang mendadak buruk dan dianggap disebabkan olehnya.“Tu–an …,” lirihnya, saat sosok pria bertubuh tinggi itu mendekat dan berdiri di depannya.“Bawa dia masuk, Al. Cepat!” perintah Abuela sambil memegangi dadanya.Pria yang pernah Sofia lihat dan mirip dengan Galtero itu membelalak sesaat menatap kalung di lehernya. Lalu memapah Abuela. Mereka berjalan di depannya, berbisik-bisik entah membicarakan apa.Pria itu menoleh. “Ikut kami.” Suara lebih pelan dan tertahan.Sofia mengangguk pelan. Sungguh dia tidak mengerti dengan perubahan sikap mereka. Apakah ada yang salah dengan penampilannya?Langkahnya makin masuk ke dalam mansion. Sofia mengedarkan pandangan mencari Galtero.Sedangkan pria yang dicarinya, saat ini baru saja turun ke garasi. Galtero

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status