Nyonya Chen tidak menjawab ucapan Chen Fu. Dia langsung pergi tidak jadi bertanya dengan koki kantor tentang menu makan siang hari ini. Dia hanya melirik Mei Yan penuh arti.
"Tunggu apa yang aku lakukan untuk kalian berdua. Aku pastikan kalian sebentar lagi tertawa di kantor ini," batin Nyonya Chen dengan penuh dendam. Dia melangkah pergi begitu saja tanpa banyak bicara.Mei Yan menjadi serba salah atas tindakannya membuat Nyonya Chen dan suaminya bersitegang."Suamiku, maafkan aku ya. Aku hanya ingin memasak untukmu saja," ucap Mei Yan dengan wajah sedih."Sudahlah Sayang. Mana sudah matang belum? Aku ingin mencoba masakanmu?" Chen Fu dengan senyum lebar.Mei Yan langsung mempersilakan suaminya dan Moudy untuk duduk bersama. Termasuk Felix dan Austin. Dengan sangat mesra dia menyuapi Chen Fu."Bagaimana enak kan,Suamiku?" tanya Mei Yan sambil menatap lekat mata suaminya.Chen Fu diam perlahan seolah menikmati masTiga orang yang memakai topi dan masker hitam keluar dari mobil mercy warna hitam yang berhenti dekat mobil Austin. Sementara Austin sudah berlindung ke tempat lain. Dia memperhatikan siapa yang datang mengganggu. Dengan kasar salah satu pria yang memakai jaket hitam dan masker hitam membuka pintu belakang mobil jip Austin. Tidak ada orang. Kemudian membuka pintu depannya. Mereka menggunakan sarung tangan hitam. " Wah tidak ada, Bos. Kita tertipu," ucap salah satu pria bermasker."Benar, target sudah tidak ada. Kita balik! Jangan sampai orang itu lapor polisi!" kata salah satu temannya kemudian dengan cepat dia menuju mobil setelah itu meninggalkan tempat itu. Austin yang sembunyi di pinggir taman segara keluar menuju ke mobil. Setelah situasi aman. Melihat kerusakan terjadi di dalam mobilnya "Siapa sebenarnya mereka? Apakah mereka kiriman dari orang-orang keluarga Chen atau dari kelompok lainnya?" batin Austin. Dia kemudian mengabari Felix. "Halo Felix. Sekarang posisi ada di
Chen Fu tidak banyak bicara. Dia kemudian menelpon Felix untuk menjemputnya di ruangan. "Hai Tuan, aku masih belum mengerti kenapa kamu berpura-pura lumpuh? Apa sebenarnya yang terjadi?" cecar Mei Yan belum puas rasa penasarannya. Dia memegangi tangan Chen Fu. Pria itu menatap lembut pada Mei Yan. Seolah ada sesuatu yang sulit untuk dijelaskan. Mendadak air matanya menetes. Mei Yan terkejut tidak menyangka pria yang terkenal dingin dan galak itu bisa menangis. Dengan cepat Mei Yan mengambil tisu dan mengusap air mata itu sebelum Moudy datang. "Hei, ada apa? Apa pertanyaanku membuat kamu sakit?" tanya Mei Yan lagi. "Sudahlah, ayo ikut aku pulang. Aku harap kamu tidak membantah. Kita dalam bahaya. Kalau aku tidak masalah. Aku lebih menghawatirkan kamu dan calon anaku. Semua itu lebih berharga," ucap Chen Fu dengan nada lemah. Mei Yan hanya menghela nafas panjang. Dia semakin masuk dalam konflik keluarga Chen. Padahal sebelumn
Nyonya Chen tidak menjawab ucapan Chen Fu. Dia langsung pergi tidak jadi bertanya dengan koki kantor tentang menu makan siang hari ini. Dia hanya melirik Mei Yan penuh arti. "Tunggu apa yang aku lakukan untuk kalian berdua. Aku pastikan kalian sebentar lagi tertawa di kantor ini," batin Nyonya Chen dengan penuh dendam. Dia melangkah pergi begitu saja tanpa banyak bicara. Mei Yan menjadi serba salah atas tindakannya membuat Nyonya Chen dan suaminya bersitegang. "Suamiku, maafkan aku ya. Aku hanya ingin memasak untukmu saja," ucap Mei Yan dengan wajah sedih. "Sudahlah Sayang. Mana sudah matang belum? Aku ingin mencoba masakanmu?" Chen Fu dengan senyum lebar. Mei Yan langsung mempersilakan suaminya dan Moudy untuk duduk bersama. Termasuk Felix dan Austin. Dengan sangat mesra dia menyuapi Chen Fu. "Bagaimana enak kan,Suamiku?" tanya Mei Yan sambil menatap lekat mata suaminya. Chen Fu diam perlahan seolah menikmati mas
Dengan penuh perasaan Mei Yan memasak sayap ayam. Dia memberikan bumbu kemudian memanggangnya sambil tersenyum. Sesekali dia menoleh kepada Austin dan kedua koki itu. "Kenapa wajah mereka sangat tegang kayak gitu? Apakah aku ini kayak hantu saat di dapur? Padahal aku adalah chef yang paling cantik. Kata papaku aku tidak bisa masak di rumah. Akan aku buktikan kalau aku bisa masak untuk Tuan Chen Fu," batin Mei Yan."Koko, kenapa ya istrinya Bos kok kayak orang kampung. Biasanya orang kaya mana mau masuk dapur. Ini kok aneh. Apa Bos salah pilih istri ya," bisik Yenny, koki wanita pada rekan kerjanya. "Sttt, jangan banyak bicara. Kita masak saja. Biasanya Nyonya Besar akan datang. Kalau belum beres dia bisa marah," sahut John, terus mengiris daging sapi. Mereka kembali bekerja. Sementara Austin hanya senyum-senyum di depan pintu sambil kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantong celana. Matanya mengawasi setiap sudut terutama jalan keluar dari dapur. Dia harus siaga jika terjadi sesua
Mei Yan melangkah mendekati meja dapur. Dia melihat bahan apa saja yang akan dimasak oleh kedua koki itu. "Hei, kalian masak apa hari ini? Apakah kalian juga masak sup untuk suamiku?" tanya Mei Yan sambil melihat wortel yang diiris dengan ukuran cukup besar. "Iya Nyonya. Hari ini kami akan masak sup buntut sapi dengan wortel dan jagung. Untuk Tuan Muda minta dibuatkan sayur pok Joy dengan saus tiram," ucap koki itu. "Hmmm, aku ingin ikut masak dengan kalian. Kali ini aku akan membuat asinan kacang merah. Serta panggang sayap ayam dengan biji wijen dan kuah madu di atasnya," ucap Mei Yan sambil tersenyum. Kedua koki itu masih bingung dengan tingkah Mei Yan namun gadis itu sudah gesit membuka kulkas stok bahan daging yang ada di dapur. Dia mencari sayap ayam dan beberapa sayur. "Oh maaf Nyonya. Saya takut Tuan Muda Chen Fu akan marah karena istrinya harus masak sendiri. Tangan Nyonya nanti kotor," ungkap koki itu mengambil pisau di tangan Mei Yan. "Hei ada apa ini? Aku ingin masak
"Aduuuuh!" teriak wanita yang tertabrak Mei Yan.Dia terjatuh di lantai dengan memeluk tasnya yang mahal. Kemudian mendongak kepada Mei Yan. Wajahnya memerah dan matanya melotot. Hidungnya mendengus menahan marah. Wanita cantik itu mengambil ponsel yang terjatuh. Mei Yan merasa bersalah berusaha membantu wanita yang ditabraknya untuk bangun. "Mami Mertua!" teriak Mei Yan dengan wajah yang pucat. "Maaf... maaf aku tidak sengaja," ucap Mei Yan lagi. Melihat Mei Yan dengan penampilan seperti itu wanita yang tidak lain adalah Nyonya Chen semakin marah. Dia mendorong tubuh Mei Yan hingga terjengkang. Austin sempat kaget dan menolong Mei Yan. Dia tidak pernah takut dengan Nyonya Chen. Saat ini tugasnya hanya menjaga Chen Fu dan Mei Yan. "Nyonya Muda kamu tidak apa-apa?" tanya Ajudan Austin. "Tidak apa-apa," sahut Mei Yan berusaha bangun. Menerima uluran tangan Austin. Nyonya Chen bangun dengan mengibaskan rok pendek yang kotor. Dia juga membetulkan rambut pendeknya. "Hei wanita kamp