Share

Lidya Di Luar Kota

Author: Kak Fonnia
last update Last Updated: 2025-05-14 11:57:10

“Hari ini saya libur kerja. Kamu tidak perlu menyiapkan pakaian kerja saya,” ucap Rajendra saat menghampiri Khanza di dapur. 

“Iya, Pak. Saya sudah tahu,” jawab Khanza tanpa menoleh ke arah lelaki yang berdiri di belakangnya. 

Rajendra melangkah kakinya untuk lebih dekat dengan Khanza dan kini dia sudah berdiri di samping ART-nya yang sedang mengaduk masakannya. 

Khanza tetap fokus dengan kegiatan memasaknya tanpa memperdulikan keberadaan lelaki itu. Sikapnya pada Rajendra masih terlihat canggung dan takut, apalagi saat mereka dekat dan berpapasan seperti ini. Pada sudah hampir dua minggu ini mereka berdua di rumah dan bahkan setiap malam suami majikannya tidur bersamanya. 

“Apa kamu mau jalan-jalan?” Rajendra sepertinya ingin mengajak Khanza jalan-jalan. 

“Tidak, Pak. Saya di rumah saja,” jawab Khanza. 

“Baiklah, kalau begitu saya juga akan tetap di rumah,” kata Rajendra. 

Setelah itu Khanza dan juga Rajendra kembali terdiam. Rajendra diam di tempatnya, sedangkan Khanza sibuk dengan menyiapkan sarapan di meja makan. 

Mata elang Rajendra tak lepas menatap Khanza yang begitu telaten dan fokus menyiapkan sarapan pagi mereka. Pemandangan yang dia inginkan selama ini, tapi tidak dia dapatkan dari istrinya. Justru yang memberikan pemandangan indah itu adalah wanita lain yang statusnya hanya ART. 

“Sarapan sudah saya siapkan, Pak.” Khanza memberitahu Rajendra jika sarapan untuk lelaki itu sudah ia siapkan di atas meja makan. 

“Ayo, kita sarapan berdua.” Rajendra mendekati Khanza dan mengajak wanita itu sarapan bersamanya. Tidak menerima penolakan dari Khanza, Rajendra pun menuntun wanita itu ke meja makan dan bahkan ia menarik kursi dan mempersilakan Khanza duduk. 

“Pak? Saya ini hanya ART di rumah ini, tolong jangan seperti ini.” Khanza merasa tidak enak diperlakukan dengan baik oleh majikannya itu. 

“Sudah, Khanza. Jangan banyak bicara dulu, sekarang kita sarapan.” Rajendra menarik kursi lalu duduk di samping Khanza. 

Khanza bangkit berdiri ia mengambilkan makanan untuk Rajendra dan memberikan pada lelaki itu. 

Rajendra menerimanya dan tidak lupa ia mengucapkan terima kasih pada Khanza. Namun, saat ia hendak menyendok makanan ke dalam mulutnya. Tiba-tiba ponselnya berdering tanda ada panggilan masuk. 

Rajendra mengambil ponselnya dan langsung menerima panggilan dari istrinya. 

“Halo, Mas? Hari ini aku pulang.” Suara Lidya dari seberang sana yang mengabari Rajendra kalau hari ini dia pulang dari luar kota. 

“Baik, sayang. Mas tunggu di rumah, kebetulan Mas juga lagi libur.” Rajendra berbicara dengan sangat lembut, ia tidak menunjukkan sisi bejatnya pada istrinya. Ia memperlakukan istrinya dengan baik dan bertanggung jawab atas wanita yang ia sebut istri itu. 

“Mas bisa jemput aku di luar kota? Soalnya jemputan dari perusahaan lagi tidak bisa,” kata Lidya. 

“Bisa sayang. Mas langsung ke sana, ya? Kamu tunggu Mas disitu.” Rajendra tidak menolak sama sekali. 

“Baik, Mas. Kalau begitu aku matikan telponnya, ya?” pamit Lidya. 

“Iya, sayang. Hati-hati kamu di sana,” ucap Rajendra dan langsung mematikan mengakhiri panggilan dengan istrinya. 

Rajendra bangkit berdiri dan melangkah cepat menuju kamarnya. Lelaki itu tidak lanjut menyantap sarapan dan melupakan Khanza yang duduk di meja makan. 

Bahkan tanpa berpamitan pada Khanza yang masih duduk di meja makan, Rajendra langsung berjalan keluar menuju mobilnya. Lelaki itu menghidupkan mesin mobilnya dan melesatnya pergi menjemput istrinya di luar kota. 

Khanza tidak peduli dengan itu, justru ia senang jika lelaki itu sibuk dan tidak ada di rumah. Wanita itu bangkit dari duduknya dan kembali merapikan meja makan. Ia juga kembali ke dapur dan menyantap sarapan di dapur. 

💐💐💐💐

Setelah menempuh perjalanan dua setengah jam lamanya, akhirnya Rajendra sampai juga di hotel tempat istrinya menginap. 

Lelaki itu mengambil ponselnya guna mengabari sang istri jikalau saat ini dia sudah ada di depan hotel. 

“Sayang? Mas sudah di depan hotel,” ucap Rajendra memberitahu Lidya. 

“Baik, Mas. Apa Mas tidak mau istirahat dulu sebentar?” Suara Lidya yang menawarkan Rajendra untuk istirahat sebentar di hotel tempat ia menginap. 

“Kalau Mas mau istirahat dulu, ayo ke kamar. Aku tunggu Mas disini,” kata Lidya. 

“Baik, sayang. Mas mau istirahat dulu, Mas juga capek.” Rajendra mengiyakan untuk istirahat sejenak di hotel tersebut. 

“Mas langsung saja ke kamar nomor 702 ada di lantai 15, ya? Aku tunggu di sini,” ucap Lidya lagi. 

Ia bergegas keluar dari mobilnya kemudian melangkah masuk ke dalam hotel. Rajendra bergegas masuk ke dalam lift dan menekan menuju lantai 15. 

Hanya dalam hitungan menit pintu lift kembali terbuka tanda bahwa Rajendra sudah sampai di lantai 15. Mata Rajendra melihat nomor yang ada di depan pintu kamar hotel dan ia terus melangkah sampai menemukan kama. dengan nomor 702. Kamar itu letaknya di paling pojok. 

Rajendra menekan tombol bel dan tidak perlu menunggu lama pintu kamar pun dibukakan oleh Lidya. 

Rajendra tersenyum melihat penampilan istri yang sangat menggoda. Wanita di hadapannya itu menyambutnya dengan pakaian minim yang transparan menampilkan lekuk tubuhnya. 

“Ayo, masuk, Mas.” Lidya mempersilakan suaminya itu masuk. 

Rajendra pun melangkah kakinya masuk ke dalam kamar hotel dan langsung memeluk istrinya itu dengan sangat erat. 

“Aku sangat merindukan kamu, Mas.” Lidya membalas memeluk Rajendra dengan sangat erat. 

“Mas juga, sayang. Mas juga sangat merindukan kamu,” ucap Rajendra. 

Tidak perlu menunggu lama lagi dan tidak melewatkan kesempatan bersama sang istri. Rajendra membawa istrinya itu ke arah ranjang. 

Keduanya terlihat sangat mesra melepas rindu mereka di atas ranjang hotel. 

*

Jarum jam sudah di angka 18.00. Khansa sudah selesai dengan pekerjaannya. Wanita itu bahkan sudah mandi dan kini dia duduk santai menonton televisi di ruang khusus ART. Dia duduk di sana menunggu majikannya pulang. 

Saat ia fokus menonton, telepon rumah berdering. Khansa berjalan ke arah tempat telepon rumah diletakkan. Diangkatnya telfon yang sudah jelas dari majikannya. 

“Khanza?” Suara Lidya. 

“Iya, Bu.” 

“Nanti kamu makan duluan saja. Tidak perlu menunggu saya dan suami saya, kami menginap di luar kota.” Ternyata Lidya memberitahu Khanza jika malam ini dia dan Rajendra tidak pulang dan akan menginap di luar kota lagi. 

“Baik, Bu. Kalau begitu Khansa langsung tutup gerbang dan pintu rumah, ya?” kata Khansa

 

“Iya, tutup saja gerbang dan pintu rumah.” 

“Baik, Bu.”

Panggilan pun terputus dan tentunya Lidya lah yang mengakhiri panggilan tersebut. 

Setelah berbicara dengan majikannya Khanza melangkah keluar. Dia langsung menutup gerbang, setelah itu ia kembali ke dalam rumah dan mengunci pintu rumah. 

Setelah memastikan pintu dan jendela tertutup rapi, Khansa kembali ke ruang televisi ia mematikan televisi dan kembali ke kamarnya. 

Malam ini dia merasa lega dan bebas, karena suami majikannya itu tidak mengganggu tidurnya dan dia merasa tidak perlu capek-capek melayani lelaki itu di atas ranjang malam ini. 

“Akhirnya malam ini aku bisa tidur dengan tenang,” ucap Khanza yang langsung membanting tubuhnya di atas tempat tidur. 

Sayangnya, baru juga dia ingin tidur dengan tenang. Lagi dan lagi ponselnya berdering, mau tidak mau dia harus angkat telfon tersebut. Tadi yang menelfonnya adalah tantenya di kampung, namun kali ini adalah Rajendra. 

Kali ini nama Rajendra tertera jelas pada layar ponselnya. Dia langsung menekan tombol hijau pada layar ponselnya. 

“Malam, Khanza. Kamu pasti senang karena malam ini bisa tidur dengan nyenyak.” Suara Rajendra terdengar serak dan berat dari seberang sana. 

“Tapi saya akan menagih jatah saya besok saat sudah sampai di rumah,” ucapnya lagi tanpa memberikan jeda untuk Khanza berbicara. 

Tidak bicara sepatah katapun, Khansa langsung mematikan sambungan telfon dan menonaktifkan ponselnya. Dia benar-benar kesal dengan sikap semena-mena Rajendra yang tidak tahu batasan. 

Padahal saat ini dia lagi bersama istrinya, tapi masih sempat-sempatnya ia menghubungi Khanza dan memberitahu Khanza kalau dia akan menagih jatuhnya saat ia sampai di rumah. 

Khanza tidak mau terlalu memikirkan lelaki itu, ia pun memejamkan katanya dan memilih untuk tidur. Karena menurutnya malam ini adalah malam paling tenang tanpa gangguan Rajendra. 

💐💐💐💐

Di atas tempat tidur seorang wanita tertidur dengan sangat pulas. Wanita itu lelap sampai tidak sadar jika saat ini ada seseorang sudah ada di dalam kamarnya. 

Orang itu bahkan sudah ada di sampingnya dan merangkulnya dengan erat. Matanya menatap lekat wajah Khanza dalam kegelapan kamar. 

“Aku disini, Khanza. Aku tidak mau kehilangan kesempatan emas untuk tidur berduaan denganmu,” ucap orang itu berbisik di dekat telinga Khanza. 

“Aku hanya ingin bersamamu disetiap malam panjangku, aku ingin terus bersamamu.” Bisikan dan juga usapan tangan orang itu membuat Khanza merasa terganggu. 

Dengan mata yang masih terasa berat, Khanza membuka matanya dan seketika itu juga ia dibuat syok dengan keberadaan seseorang. Jantungnya berdegup kencang dan matanya membulat semperuna. 

“Ka—Kamu?” 

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   10 Video Perselingkuhan Lidya

    Rajendra terlihat sangat murka saat ia mendapatkan pesan dari orang suruhannya yang dia minta untuk cari tahu hotel tempat penginapan hotel.“Aku harus ke sana, aku sudah mendapatkan alamat tempat tinggal wanita itu.” Rajendra bangkit berdiri bergegas pergi dari sana. “Aku ikut,” ucap Arga. Lelaki itu bangkit berdiri lalu melangkah mengikuti langkah Rajendra menuju mobilnya. Arga melarang Rajendra setir mobil, karena dia tahu saat ini temannya itu dalam keadaan tidak baik-baik saja. Dia tidak mau terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan di antara mereka berdua. Kini dua lelaki itu sudah pergi dari kediaman Arga dengan menggunakan mobil milik Rajendra. Mereka akan datangi Lidya yang sedang menikmati liburan bersama selingkuhannya. Dalam perjalanan menuju tempat penginapan Lidya, Rajendra tak henti-hentinya mencaci maki dirinya sendiri karena terlalu bodoh mempercayai wanita ular itu berulang kali.Saat suasana lagi tegang ponsel Rajendra kembali berdering tanda ada pesan masuk. Ia m

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   09 Selingkuh Berkedok Kerja

    Apa kau ingin melihat video istrimu? Aku rasa kau juga sangat ingin melihat wanitamu di gagahi lelaki lain,” ucap lelaki itu.Rajendra tetap diam tanpa menjawab apapun.Sedangkan Khanza, ia sangat syok dengan ucapan lelaki di seberang sana yang dia dengar dari ponsel Rajendra. Ia ikut merasa sakit hati mendengar berita bahwa majikannya itu ternyata suka bermain dengan banyak pria di luar sana.Setelah beberapa menit terdiam, bunyi notifikasi masuk di ponsel Rajendra. Beberapa pesan berupa video itu berderet pada aplikasi milik di ponsel Rajendra.“Selamat menonton Tuan Rejandra,” ucap lelaki itu dengan nada mengejek.Rajendra sama sekali tidak bersuara dan ia pun mengakhiri panggilan telfon dengan lelaki itu. dengan perasaan yang sangat memuakan, Rajendra membuka pesan video tersebut dan menontonnya. Ia tidak lagi terkejut melihat video tersebut, karena dia sendiri pernah menyaksikan secara langsung istrinya melayani atasannya di salah satu hotel. Kala itu ia ingin menggugat cerai ist

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   08 Rencana Liburan

    “Aku harus gunakan kesempatan ini untuk berlibur. Sebelum Khanza berhenti kerja,” ucap Lidya sambil berjalan mondar mandir.“Sekarang aku harus telfon Chris minta untuk mempercepat liburan kami,” ucap Lidya. Dia mengambil ponselnya dan langsung menghubungi atasannya sekaligus selingkuhannya. Setelah panggilan terhubung dengan Chris, Lidya pun mulai berbicara dengan lelaki itu. “Halo, sayang? Aku mau liburan kita dipercepat,” ucap Lidya saat sambungan telfon terhubung dengan Chris. “Bisa saja, sayang. Aku ikut mau kamu saja,” jawab Chris dari seberang sana. “Baiklah, bagaimana kalau besok saja kita berangkat liburan? Soalnya ini ART di rumahku ini sudah mau berhenti kerja. Aku takutnya nanti kalau dia sudah berhenti kerja aku akan sibuk urus mas Rajendra dan bakalan susah untuk ketemuan sama kamu.” “Baiklah, kalau begitu aku langsung booking saja tiket untuk ke kita berdua ke Bali.” “Iya, Mas. Malam ini aku juga mau meminta izin sama mas Rajendra. Aku mau cari alasan agar mas Raj

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   07 Berhenti Kerja

    Malam sudah semakin larut, Lidya terbangun dari tidurnya karena merasa ingin buang air kecil. Wanita bangun dan cepat dia turun dan berjalan ke arah toilet. Sekitar lima menit kemudian dia keluar dari toilet dan kembali ke tempat tidur. ia menghentikan langkahnya saat ia hendak naik ke atas tempat tidur. Lidya memicingkan matanya menatap heran suaminya yang tidak ada di atas tempat tidur.Dengan penuh penasaran, Lidya melihat ke arah kamar mandi, pikirnya mungkin suaminya itu sedang buang air kecil sana. Tapi saat ia menunggu cukup lama di samping tempat tidur, suaminya itu tak kunjungan keluar.Lidya melangkah kakinya ke arah kamar mandi dan mengetuk pintu kamar mandi. “Mas Rejan?” panggilnya.Tidak ada suara sahutan sama sekali dari dalam kamar mandi. Lidya yang takut terjadi sesuatu di dalam kamar mandi, ia pun membuka pintu, namun saat pintu terbuka ia tidak menemukan siapa pun di dalam sana.“Di mana mas Rajendra?” ucap Lidya.Dengan rasa khawatir, wanita itu melangkah cepat kelu

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Obat Tidur

    Lidya sampai lebih dulu di rumah. Wanita itu sama sekali tidak memperlihatkan wajah lelahnya seperti orang kerja pada umumya. Ia terlihat sangat segar dan sangat bersemangat. “Selamat sore,” ucapnya saat menghampiri Khanza di dapur. “Selamat sore juga, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” jawab Khanza, ramah. “Tidak ada, Za. Apa mas Rajendra belum pulang?” Lidya menanyakan suaminya yang saat ini belum menampakan batang hidungnya. “Belum, Bu.” “Oh, ya, sudah saya kembali ke kamar dulu.” Lidya meninggalkan dapur dan langsung melangkah menuju kamarnya. Saat kakinya melangkah masuk ke dalam kamar. Ia merasa mual dan dengan cepat ia membuka pintu dan berlari ke dalam kamar mandi. Wanita itu memuntah isi perutnya di wastafel. Hoek! Hoek! Hoek!Suara Lidya memuntahkan semua isi perutnya di dalam kamar mandi. Wanita itu sampai terlihat pucat dan keringat dingin hanya karena memuntah. “Apa aku salah makan?” gumamnya pelan. “Tapi tadi aku… Aku rasa aku tidak salah makan. Semua makanan yang

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Lidya Selingkuh?

    Khanza tidak percaya kalau semalam itu kedua majikannya kembali lagi ke rumah. Dia baru menyadari saat melihat Rajendra yang tidur di bersamanya di kamar. Suami majikannya itu sudah benar-benar buat dia jantungan. “Maaf, Bu, semalam saya tidak dengar Ibu panggil.” Khanza meminta maaf pada Lidya. “Tidak apa-apa, Khanza. Salah saya juga karena sudah mengabari kamu kalau saya dan suami tidak jadi pulang, tapi tiba-tiba mas Rajendra di telfon sama klien. Kalau pagi ini mereka akan meeting jam 9, makanya kamu pulang lagi. Suami saya takut telat ketemu klien kalau menginap di sana.” Lidya tidak memarahi Khanza, karena dia tahu itu salah dia dan suaminya yang sudah lebih dulu mengabari Khanza. Syukurnya semalam mereka bawa kunci cadangan, kalau tidak mereka pasti bakalan tidur di luar. “Tapi tadi kata mas Rajendra mereka tidak jadi meeting,” ucap Lidya lagi. Khanza hanya menganggukkan kepalanya saja. Kemudian dia kembali ke dapur.“Khanza tolong kamu buatkan kopi untuk mas Rajendra, ya

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Lidya Di Luar Kota

    “Hari ini saya libur kerja. Kamu tidak perlu menyiapkan pakaian kerja saya,” ucap Rajendra saat menghampiri Khanza di dapur. “Iya, Pak. Saya sudah tahu,” jawab Khanza tanpa menoleh ke arah lelaki yang berdiri di belakangnya. Rajendra melangkah kakinya untuk lebih dekat dengan Khanza dan kini dia sudah berdiri di samping ART-nya yang sedang mengaduk masakannya. Khanza tetap fokus dengan kegiatan memasaknya tanpa memperdulikan keberadaan lelaki itu. Sikapnya pada Rajendra masih terlihat canggung dan takut, apalagi saat mereka dekat dan berpapasan seperti ini. Pada sudah hampir dua minggu ini mereka berdua di rumah dan bahkan setiap malam suami majikannya tidur bersamanya. “Apa kamu mau jalan-jalan?” Rajendra sepertinya ingin mengajak Khanza jalan-jalan. “Tidak, Pak. Saya di rumah saja,” jawab Khanza. “Baiklah, kalau begitu saya juga akan tetap di rumah,” kata Rajendra. Setelah itu Khanza dan juga Rajendra kembali terdiam. Rajendra diam di tempatnya, sedangkan Khanza sibuk dengan

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Semakin Terikat

    Satu minggu sudah Lidya di luar kota. Wanita itu hanya mengabari Rajendra saat dia sampai di sana dan mengatakan kalau dirinya akan sibuk dan tidak bisa mengabari suaminya itu lagi. Rajendra tidak keberatan dia memaklumi kesibukan istrinya yang seorang jiwa kerja itu. Di satu sisi dia juga merasa senang, karena tidak ada yang mengganggu waktunya bersama Khanza. Ada Khanza di rumah saja sudah buat dia merasa seperti ada istri. Jadi, untuk apa dia memikirkan kabar dari istrinya yang jelas-jelas tidak memberikan perannya sebagai istri untuknya. Saat Rajendra tengah duduk melamun menatap ponselnya, Khanza datang menghampirinya. “Selamat pagi, Pak. Kopinya sudah saya buatkan,” ucap Khanza.“Baik, saya akan segera ke sana. Tolong temani saya minum,” ucap Rajendra. “Iya, Pak.” Khanza berdiri di hadapan Rajendra dengan tubuh yang sedikit membungkuk, layaknya ART pada majikan. Khanza tetap bersikap ramah walaupun lelaki itu bersikap seenaknya pada dirinya. Kalau bukan karena uang untuk

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Mendapatkan Peran Istri Dari Wanita Lain

    “Khanza? Tolong kamu siapin pakaian kerja suami saya. Saya harus pergi, saya buru-buru.” Lidya sudah bersiap diri untuk berangkat ke luar kota. Seperti biasa ia meminta Khanza yang menyiapkan pakaian untuk suaminya. “Baik, Bu.” Khanza hanya bisa patuh dengan perintah dari majikannya itu. “Sayang? Tolong cariin dasi Mas.” Suara Rajendra dari depan pintu kamar. Ia meminta bantuan pada Lidya untuk carikan dasinya. Sayangnya, lagi dan lagi istrinya itu selalu meminta Khanza yang menyiapkan segala kebutuhannya. “Khanza tolong bantu cariin dasi suami saya, ya? Saya harus pergi, jemputan saya sudah datang.” Lidya begitu buru-buru sampai tidak punya waktu untuk suaminya. Bahkan hanya sekedar carikan dasi untuk Rajendra. Semua waktunya hanya untuk kerja, kerja dan kerja. Mendengar perkataan Lidya,Rajendra hanya bisa diam. Ia sudah tidak kaget dengan istrinya yang super sibuk itu. Istrinya itu seakan kalah dengan dirinya yang seorang direktur di perusahaan besar. Bahkan lebih anehnya wanit

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status