Share

Lidya Selingkuh?

Author: Kak Fonnia
last update Last Updated: 2025-05-14 11:57:48

Khanza tidak percaya kalau semalam itu kedua majikannya kembali lagi ke rumah. Dia baru menyadari saat melihat Rajendra yang tidur di bersamanya di kamar. 

Suami majikannya itu sudah benar-benar buat dia jantungan. 

“Maaf, Bu, semalam saya tidak dengar Ibu panggil.” Khanza meminta maaf pada Lidya. 

“Tidak apa-apa, Khanza. Salah saya juga karena sudah mengabari kamu kalau saya dan suami tidak jadi pulang, tapi tiba-tiba mas Rajendra di telfon sama klien. Kalau pagi ini mereka akan meeting jam 9, makanya kamu pulang lagi. Suami saya takut telat ketemu klien kalau menginap di sana.” Lidya tidak memarahi Khanza, karena dia tahu itu salah dia dan suaminya yang sudah lebih dulu mengabari Khanza. 

Syukurnya semalam mereka bawa kunci cadangan, kalau tidak mereka pasti bakalan tidur di luar. 

“Tapi tadi kata mas Rajendra mereka tidak jadi meeting,” ucap Lidya lagi. 

Khanza hanya menganggukkan kepalanya saja. Kemudian dia kembali ke dapur.

“Khanza tolong kamu buatkan kopi untuk mas Rajendra, ya? Nanti tolong kamu antar ke ruang kerjanya, dia lagi kerja di sana.” Lagi dan lagi Lidya meminta Khanza untuk sekedar buatkan kopi pagi untuk suaminya. 

Lidya benar-benar lepas tangan untuk mengurus suaminya. Hal sekecil apapun dia serahkan pada Khanza, dia percayakan pada ART untuk mengurus suaminya. 

“Tolong, ya, Za?” ucap Lidya. 

“Baik, Bu.” Khanza langsung ke dapur dan menjalankan perintah dari Lidya. Ia buatkan segelas kopi panas untuk Rajendra.

Setelah itu dia mengantar kopi panas itu ke ruangan kerja Rajendra. 

Tok tok tok

Khanza mengetuk pintu ruangan kerja Rajendra. Hatinya berdegup kencang saat bertemu lelaki itu, apalagi ia teringat kembali kejadian semalam. Itu sangat memalukan dan memubuatnya muak untuk bertemu Rajendra lagi. Tapi sayangnya, dia tidak bisa menghindar dari lelaki itu, karena semua kebutuhan lelaki itu dia yang mengurus semuanya. 

“Masuk!” Suara Rajendra dari dalam ruangan mempersilahkan masuk. 

Khanza perlahan membuka pintu dan melangkah kakinya masuk ke dalam ruangan itu. 

“Selamat pagi, Pak. Saya dimin—,” ucap Khanza. 

“Tutup pintu,” potong Rajendra tanpa mau tahu perkataan wanita itu lebih lanjut. 

Kali ini Khanza bersikap seolah-olah dia tidak mendengar perkataan suami majikannya itu. Dia terus melangkah kakinya dan meletakkan gelas kopi di atas meja kerja Rajendra. 

Rajendra mengangkat kepalanya dan menatap tajam wanita di hadapannya yang seakan tidak peduli dengan perintahnya yang meminta untuk tutup pintu ruangan kerja. 

“Tutup pintu, Khanza.” Rajendra mengulangi perkataannya meminta Khanza menutup pintu.

“Baik, Pak. Saya permisi,” ucap Khanza yang langsung meninggalkan ruangan lelaki itu. Tidak lupa ia mengunci pintu ruangan itu. 

Prang! 

Baru juga Khanza menutup pintu ruangan dan hendak melangkah kembali ke dapur, tiba-tiba terdengar suara seperti barang yang dibanting dengan sengaja. 

“Khanza?” Tidak berselang lama namanya kembali dipanggil oleh Rajendra. 

‘Kalau bukan karena kau sudah membantu uang pengobatan adikku, aku tak sudi bekerja di rumah ini.’ Khanza hanya bisa menggerutu dalam hati. 

Khanza mencoba untuk tetap tidak mendengar suara apapun dari dalam sana. Ia melangkah cepat kembali ke dapur. Namun, sayangnya saat ia baru saja sampai di dapur Lidya menghampirinya dan memberitahunya kalau Rajendra memanggilnya. 

“Khanza, kamu dipanggil sama mas Rajendra. Tolong ke ruangan dia, mungkin dia butuh bantuan kamu,” kata Lidya. 

“Oh, iya, Khanza? Bilang juga ke mas Rajendra kalau aku sudah berangkat kerja, aku ada meeting sama atasan.” 

“Baik, Bu.” 

Khanza langsung kembali ke ruangan kerja Rajendra. Sedangkan Lidya, wanita itu langsung berangkat kerja dengan menggunakan mobilnya. 

Khanza yang tadinya sudah berniat ke ruangan Rajendra, namun ia menghentikan langkah dan memastikan Lidya pergi dari sana. Setelah melihat mobil Lidya keluar dari halaman rumah, Khanza dengan cepat kembali ke dapur. 

Dia tidak peduli dengan Rajendra yang memanggilnya. Wanita itu kembali menyibukkan dirinya dengan melanjutkan kegiatan masaknya yang sempat tertunda. 

Rajendra sudah menunggu Khanza dalam ruangannya, tapi wanita itu tidak menampakkan muka hidungnya sama sekali. Ia bangkit berdiri lalu keluar dari ruangan kerjanya. Dia melangkah menuju dapur menemui Khanza di sana. 

Mendengar suara langkah kaki ke arahnya, Khanza hanya bisa menghela nafas panjang. Dia tahu siapa yang datang dan berdiri di belakangnya saat ini. 

“Ehem.” Rajendra berpura-pura saat melihat Khanza yang sedang sibuk memasak. 

Dengan ekspresi datar, Khanza membalikkan badannya menghadap Rajendra. 

“Bapak butuh sesuatu?” tanya Khanza. Ia bersikap biasa saja seolah-olah tidak tahu kalau lelaki itu memanggil dan menunggunya di ruang kerja. 

“Saya butuh kamu,” jawab Rajendra tegas dan penuh penekanan di setiap kata yang ia ucapkan. 

“Apa yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Khanza lagi. 

Kali ini Rajendra tidak menjawab. Ia melangkah lebih dekat dengan wanita itu dan kini dia sudah berdiri tepat di hadapan Khanza dengan posisi kedua tangannya yang ia tumpukan di belakang Khanza. Tepatnya di atas tempat kompor, posisnya seakan ingin mengunci pergerakan Khanza yang hendak menghindar darinya. 

“P— Pak, ada Ibu,” ucap Khanza dengan raut wajah gugup. 

“Istri saya sudah berangkat kerja,” jawab Rajendra yang ternyata tahu kalau istrinya itu sudah pergi dari rumah. 

“Pak? Saya mohon, jangan seperti ini. Saya tidak mau ibu Lidya marah,” ucap Khanza memohon. 

“Saya yang marah sama kamu. Kamu sudah buat saya marah besar,” kata Rajendra. Matanya menatap lekat wajah Khanza seperti seekor harimau yang ingin memangsa mangsanya. 

“Saya minta maaf, Pak. Saya—”

Drtd drtd drtd

Suara ponsel Rajendra berdering. Lelaki itu pun langsung merogoh ponselnya dan berbicara dengan kliennya. 

Khanza bernafas lega, akhirnya dia selamat dari Rajendra. Saat ini lelaki itu sudah kembali ke kamarnya sambil berbicara dengan klien. 

“Ya Allah, godaan yang hamba lewati sungguh sangat berat.” Khanza berucap lirih sambil mengelus dadanya. 

Setelah merasa sedikit lega, Khanza kembali melakukan pekerjaannya. 

Sedangkan Rajendra, lelaki itu langsung pergi dengan mobilnya tanpa memberitahu ataupun berpamitan pada Khanza. 

💐💐💐💐

Di salah satu cafe, Lidya sedang duduk berdua dengan seorang lelaki. Lelaki itu adalah bosnya. 

Entahlah tadinya ia mengatakan kalau dia akan ada meeting bersama atasannya, tapi nyatanya saat ini dia dan bosnya ada di cafe menikmati segelas kopi berdua. 

Lidya terlihat sangat akrab dan dekat dengan atasannya itu. Wanita itu bahkan dengan gamblangnya menggenggam satu tangan lelaki itu di atas pangkuannya. 

“Mau liburan lagi ke luar kota?” tawar lelaki bernama Chris, atasan Lidya. 

“Emang boleh?” jawab Lidya sambil tersenyum. 

“Boleh dong. Asal sama kamu boleh boleh saja,” kata Chris. 

“Oke, kalau begitu kapan kita ke luar kota lagi. Biar aku bisa minta izin lagi sama suami aku kalau aku ada kerjaan lagi ke luar kota,” kata Lidya. Ternyata selama ini Lidya bohong kalau dia ada kerjaan di luar kota, tapi nyatanya dia menemani atasannya liburan di luar kota. 

“Minggu depan saja, tapi jangan ke tempat biasa. Aku mau yang lebih jauh. Apa kamu mau kita ke Bali?” 

“Aku mau banget. Aku sudah sejak lama pengen ke Bali, tapi belum kesampaian.” 

“Oke, nanti kamu izin saja sama suami kamu. Kalau kamu ditugaskan keluar kota lagi dan bilang sama dia, kalau kamu bakalan tugas satu bulan.”

Lidya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum bahagia pada lelaki itu. 

Tanpa disadari oleh Lidya, jika saat ini ada seseorang yang sedang melihatnya bermesraan dengan lelaki lain. 

Dia merogoh ponsel dari dalam kantongnya dan mengambil gambar Lidya dan Chris yang sedang bermesraan. 

“Ini akan aku kirimkan pada pak Rajendra,” ucapnya. 

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   10 Video Perselingkuhan Lidya

    Rajendra terlihat sangat murka saat ia mendapatkan pesan dari orang suruhannya yang dia minta untuk cari tahu hotel tempat penginapan hotel.“Aku harus ke sana, aku sudah mendapatkan alamat tempat tinggal wanita itu.” Rajendra bangkit berdiri bergegas pergi dari sana. “Aku ikut,” ucap Arga. Lelaki itu bangkit berdiri lalu melangkah mengikuti langkah Rajendra menuju mobilnya. Arga melarang Rajendra setir mobil, karena dia tahu saat ini temannya itu dalam keadaan tidak baik-baik saja. Dia tidak mau terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan di antara mereka berdua. Kini dua lelaki itu sudah pergi dari kediaman Arga dengan menggunakan mobil milik Rajendra. Mereka akan datangi Lidya yang sedang menikmati liburan bersama selingkuhannya. Dalam perjalanan menuju tempat penginapan Lidya, Rajendra tak henti-hentinya mencaci maki dirinya sendiri karena terlalu bodoh mempercayai wanita ular itu berulang kali.Saat suasana lagi tegang ponsel Rajendra kembali berdering tanda ada pesan masuk. Ia m

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   09 Selingkuh Berkedok Kerja

    Apa kau ingin melihat video istrimu? Aku rasa kau juga sangat ingin melihat wanitamu di gagahi lelaki lain,” ucap lelaki itu.Rajendra tetap diam tanpa menjawab apapun.Sedangkan Khanza, ia sangat syok dengan ucapan lelaki di seberang sana yang dia dengar dari ponsel Rajendra. Ia ikut merasa sakit hati mendengar berita bahwa majikannya itu ternyata suka bermain dengan banyak pria di luar sana.Setelah beberapa menit terdiam, bunyi notifikasi masuk di ponsel Rajendra. Beberapa pesan berupa video itu berderet pada aplikasi milik di ponsel Rajendra.“Selamat menonton Tuan Rejandra,” ucap lelaki itu dengan nada mengejek.Rajendra sama sekali tidak bersuara dan ia pun mengakhiri panggilan telfon dengan lelaki itu. dengan perasaan yang sangat memuakan, Rajendra membuka pesan video tersebut dan menontonnya. Ia tidak lagi terkejut melihat video tersebut, karena dia sendiri pernah menyaksikan secara langsung istrinya melayani atasannya di salah satu hotel. Kala itu ia ingin menggugat cerai ist

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   08 Rencana Liburan

    “Aku harus gunakan kesempatan ini untuk berlibur. Sebelum Khanza berhenti kerja,” ucap Lidya sambil berjalan mondar mandir.“Sekarang aku harus telfon Chris minta untuk mempercepat liburan kami,” ucap Lidya. Dia mengambil ponselnya dan langsung menghubungi atasannya sekaligus selingkuhannya. Setelah panggilan terhubung dengan Chris, Lidya pun mulai berbicara dengan lelaki itu. “Halo, sayang? Aku mau liburan kita dipercepat,” ucap Lidya saat sambungan telfon terhubung dengan Chris. “Bisa saja, sayang. Aku ikut mau kamu saja,” jawab Chris dari seberang sana. “Baiklah, bagaimana kalau besok saja kita berangkat liburan? Soalnya ini ART di rumahku ini sudah mau berhenti kerja. Aku takutnya nanti kalau dia sudah berhenti kerja aku akan sibuk urus mas Rajendra dan bakalan susah untuk ketemuan sama kamu.” “Baiklah, kalau begitu aku langsung booking saja tiket untuk ke kita berdua ke Bali.” “Iya, Mas. Malam ini aku juga mau meminta izin sama mas Rajendra. Aku mau cari alasan agar mas Raj

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   07 Berhenti Kerja

    Malam sudah semakin larut, Lidya terbangun dari tidurnya karena merasa ingin buang air kecil. Wanita bangun dan cepat dia turun dan berjalan ke arah toilet. Sekitar lima menit kemudian dia keluar dari toilet dan kembali ke tempat tidur. ia menghentikan langkahnya saat ia hendak naik ke atas tempat tidur. Lidya memicingkan matanya menatap heran suaminya yang tidak ada di atas tempat tidur.Dengan penuh penasaran, Lidya melihat ke arah kamar mandi, pikirnya mungkin suaminya itu sedang buang air kecil sana. Tapi saat ia menunggu cukup lama di samping tempat tidur, suaminya itu tak kunjungan keluar.Lidya melangkah kakinya ke arah kamar mandi dan mengetuk pintu kamar mandi. “Mas Rejan?” panggilnya.Tidak ada suara sahutan sama sekali dari dalam kamar mandi. Lidya yang takut terjadi sesuatu di dalam kamar mandi, ia pun membuka pintu, namun saat pintu terbuka ia tidak menemukan siapa pun di dalam sana.“Di mana mas Rajendra?” ucap Lidya.Dengan rasa khawatir, wanita itu melangkah cepat kelu

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Obat Tidur

    Lidya sampai lebih dulu di rumah. Wanita itu sama sekali tidak memperlihatkan wajah lelahnya seperti orang kerja pada umumya. Ia terlihat sangat segar dan sangat bersemangat. “Selamat sore,” ucapnya saat menghampiri Khanza di dapur. “Selamat sore juga, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” jawab Khanza, ramah. “Tidak ada, Za. Apa mas Rajendra belum pulang?” Lidya menanyakan suaminya yang saat ini belum menampakan batang hidungnya. “Belum, Bu.” “Oh, ya, sudah saya kembali ke kamar dulu.” Lidya meninggalkan dapur dan langsung melangkah menuju kamarnya. Saat kakinya melangkah masuk ke dalam kamar. Ia merasa mual dan dengan cepat ia membuka pintu dan berlari ke dalam kamar mandi. Wanita itu memuntah isi perutnya di wastafel. Hoek! Hoek! Hoek!Suara Lidya memuntahkan semua isi perutnya di dalam kamar mandi. Wanita itu sampai terlihat pucat dan keringat dingin hanya karena memuntah. “Apa aku salah makan?” gumamnya pelan. “Tapi tadi aku… Aku rasa aku tidak salah makan. Semua makanan yang

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Lidya Selingkuh?

    Khanza tidak percaya kalau semalam itu kedua majikannya kembali lagi ke rumah. Dia baru menyadari saat melihat Rajendra yang tidur di bersamanya di kamar. Suami majikannya itu sudah benar-benar buat dia jantungan. “Maaf, Bu, semalam saya tidak dengar Ibu panggil.” Khanza meminta maaf pada Lidya. “Tidak apa-apa, Khanza. Salah saya juga karena sudah mengabari kamu kalau saya dan suami tidak jadi pulang, tapi tiba-tiba mas Rajendra di telfon sama klien. Kalau pagi ini mereka akan meeting jam 9, makanya kamu pulang lagi. Suami saya takut telat ketemu klien kalau menginap di sana.” Lidya tidak memarahi Khanza, karena dia tahu itu salah dia dan suaminya yang sudah lebih dulu mengabari Khanza. Syukurnya semalam mereka bawa kunci cadangan, kalau tidak mereka pasti bakalan tidur di luar. “Tapi tadi kata mas Rajendra mereka tidak jadi meeting,” ucap Lidya lagi. Khanza hanya menganggukkan kepalanya saja. Kemudian dia kembali ke dapur.“Khanza tolong kamu buatkan kopi untuk mas Rajendra, ya

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Lidya Di Luar Kota

    “Hari ini saya libur kerja. Kamu tidak perlu menyiapkan pakaian kerja saya,” ucap Rajendra saat menghampiri Khanza di dapur. “Iya, Pak. Saya sudah tahu,” jawab Khanza tanpa menoleh ke arah lelaki yang berdiri di belakangnya. Rajendra melangkah kakinya untuk lebih dekat dengan Khanza dan kini dia sudah berdiri di samping ART-nya yang sedang mengaduk masakannya. Khanza tetap fokus dengan kegiatan memasaknya tanpa memperdulikan keberadaan lelaki itu. Sikapnya pada Rajendra masih terlihat canggung dan takut, apalagi saat mereka dekat dan berpapasan seperti ini. Pada sudah hampir dua minggu ini mereka berdua di rumah dan bahkan setiap malam suami majikannya tidur bersamanya. “Apa kamu mau jalan-jalan?” Rajendra sepertinya ingin mengajak Khanza jalan-jalan. “Tidak, Pak. Saya di rumah saja,” jawab Khanza. “Baiklah, kalau begitu saya juga akan tetap di rumah,” kata Rajendra. Setelah itu Khanza dan juga Rajendra kembali terdiam. Rajendra diam di tempatnya, sedangkan Khanza sibuk dengan

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Semakin Terikat

    Satu minggu sudah Lidya di luar kota. Wanita itu hanya mengabari Rajendra saat dia sampai di sana dan mengatakan kalau dirinya akan sibuk dan tidak bisa mengabari suaminya itu lagi. Rajendra tidak keberatan dia memaklumi kesibukan istrinya yang seorang jiwa kerja itu. Di satu sisi dia juga merasa senang, karena tidak ada yang mengganggu waktunya bersama Khanza. Ada Khanza di rumah saja sudah buat dia merasa seperti ada istri. Jadi, untuk apa dia memikirkan kabar dari istrinya yang jelas-jelas tidak memberikan perannya sebagai istri untuknya. Saat Rajendra tengah duduk melamun menatap ponselnya, Khanza datang menghampirinya. “Selamat pagi, Pak. Kopinya sudah saya buatkan,” ucap Khanza.“Baik, saya akan segera ke sana. Tolong temani saya minum,” ucap Rajendra. “Iya, Pak.” Khanza berdiri di hadapan Rajendra dengan tubuh yang sedikit membungkuk, layaknya ART pada majikan. Khanza tetap bersikap ramah walaupun lelaki itu bersikap seenaknya pada dirinya. Kalau bukan karena uang untuk

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Mendapatkan Peran Istri Dari Wanita Lain

    “Khanza? Tolong kamu siapin pakaian kerja suami saya. Saya harus pergi, saya buru-buru.” Lidya sudah bersiap diri untuk berangkat ke luar kota. Seperti biasa ia meminta Khanza yang menyiapkan pakaian untuk suaminya. “Baik, Bu.” Khanza hanya bisa patuh dengan perintah dari majikannya itu. “Sayang? Tolong cariin dasi Mas.” Suara Rajendra dari depan pintu kamar. Ia meminta bantuan pada Lidya untuk carikan dasinya. Sayangnya, lagi dan lagi istrinya itu selalu meminta Khanza yang menyiapkan segala kebutuhannya. “Khanza tolong bantu cariin dasi suami saya, ya? Saya harus pergi, jemputan saya sudah datang.” Lidya begitu buru-buru sampai tidak punya waktu untuk suaminya. Bahkan hanya sekedar carikan dasi untuk Rajendra. Semua waktunya hanya untuk kerja, kerja dan kerja. Mendengar perkataan Lidya,Rajendra hanya bisa diam. Ia sudah tidak kaget dengan istrinya yang super sibuk itu. Istrinya itu seakan kalah dengan dirinya yang seorang direktur di perusahaan besar. Bahkan lebih anehnya wanit

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status