Share

Obat Tidur

Author: Kak Fonnia
last update Last Updated: 2025-05-15 10:33:03

Lidya sampai lebih dulu di rumah. Wanita itu sama sekali tidak memperlihatkan wajah lelahnya seperti orang kerja pada umumya. Ia terlihat sangat segar dan sangat bersemangat. 

“Selamat sore,” ucapnya saat menghampiri Khanza di dapur. 

“Selamat sore juga, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” jawab Khanza, ramah. 

“Tidak ada, Za. Apa mas Rajendra belum pulang?” Lidya menanyakan suaminya yang saat ini belum menampakan batang hidungnya. 

“Belum, Bu.” 

“Oh, ya, sudah saya kembali ke kamar dulu.” Lidya meninggalkan dapur dan langsung melangkah menuju kamarnya. 

Saat kakinya melangkah masuk ke dalam kamar. Ia merasa mual dan dengan cepat ia membuka pintu dan berlari ke dalam kamar mandi. Wanita itu memuntah isi perutnya di wastafel. 

Hoek! 

Hoek! 

Hoek!

Suara Lidya memuntahkan semua isi perutnya di dalam kamar mandi. Wanita itu sampai terlihat pucat dan keringat dingin hanya karena memuntah. 

“Apa aku salah makan?” gumamnya pelan. 

“Tapi tadi aku… Aku rasa aku tidak salah makan. Semua makanan yang kumakan makanan kesukaanku,” ucapnya.

Lidya menghela nafas panjang, kemudian dia mengkumur air membersihkan mulutnya. Setelah tidak merasa mual dan muntah, Lidya keluar dari kamar mandi dan melangkah ke arah tempat tidurnya. Ia duduk di tepi ranjang sambil memijat kedua pelipisnya. 

Setelah itu Lidya mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan matanya kini fokus pada layar ponselnya.

Sedangkan di posisi lain, Rajendra berada di rumah Ibu. Ia menemui Ibunya yang saat ini tinggal seorang diri di rumah besar. 

Rumah itu nampak sepi, karena yang tinggal di sana hanya ibunya dan satu ART dan satunya lagi tukang kebun. Pekerja di sana adalah suami istri. 

“Kenapa kamu tidak ada Lidya ke sini?” tanya wanita paruh baya pada Rajendra. Mila, namanya. Dia adalah ibunya Rajendra. 

“Lidya sibuk kerja, Bu. Ibu tahu sendiri kalau menantu Ibu itu jiwa kerja,” kata Rajendra. 

“Kalian itu sibuk kerja terus. Kapan kasih Ibu cucu? Ibu sudah tua, Ibu mau gendong cucu.” Mila yang sudah tua tentunya menginginkan cucu dari anaknya. Tapi sayangnya, menantunya itu menunda untuk punya anak. Dengan alasan dia belum siap. 

Rajendra tidak menjawab, namu ia memeluk tubuh Ibunya dengan sangat erat. Kemudian memejamkan matanya di sana. 

“Ibu mau ART yang mudah tidak? Biar bisa temani Ibu, biar Ibu tidak kesepian seperti ini. Kalau Bu Asri kan sibuk kerja dan sibuk sama suaminya.” Rajendra mengusulkan untuk carikan ART baru untuk Ibunya itunya. 

“Cukup mereka saja. Lagian di rumah ini tidak ada kerjaan apapun, palingan hanya masak, bersih-bersih saja. Biar Asri saja yang melakukan, kamu cukup naikin gaji Asri dan suaminya. Biar mereka makin betah kerja di sini sama Ibu.” Ternyata Mila tidak membutuhkan ART baru lagi, tapi ia meminta putranya itu untuk menaikan gaji kedua pekerjanya itu. 

“Baiklah, bulan depan Rajendra naikin gaji dua pekerja Ibu.” Rajendra hanya bisa nurut saja dengan permintaan Ibu. 

Mila tersenyum senang dan begitu juga Rajendra. Ia juga melihat ibunya bahagia hanya karena hal kecil. Saat Rajendra tengah menikmati kebersamaan ibunya, tiba-tiba ponselnya berdering. 

Rajendra mengeluarkan benda pipi dari dalam kantong celananya dan menatap layar ponselnya dengan kening mengkerut. Ia membuka pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal. 

Di mana orang tak kenal itu mengirimnya beberapa foto Lidya dengan seorang pria dan pria itu adalah atasannya istrinya itu sendiri. 

Tidak menunjukan kemarahan atau apapun. Usia melihat foto kemesraan istrinya dengan pria lain, Rajendra kembali memasukan ponselnya ke dalam kantong celananya. 

Setelah itu ia berpamitan pada Ibunya. Ia akan kembali ke rumah dia dan Lidya … dan juga Khanza. 

Kini Rajendra sudah melesat mobilnya meninggalkan pekerjaan rumah ibunya. Lelaki itu kembali mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong celananya dan menghubungi kontak ART yang ada di rumahnya, ia menghubungi Khanza. 

“Saya sedang dalam perjalanan, apa kamu mau sesuatu?” ucap Rajendra saat panggilan berhubungan dengan Khanza. 

“Tidak perlu, Pak.” Suara Khanza dari seberang sana, wanita itu menolak untuk dibawakan sesuatu oleh Rajendra. 

“Saya belikan jajan untuk kamu, biar kamu bisa stok di kamar.” Rajendra tetap kekeh untuk berhenti di salah satu supermarket untuk belikan sesuatu untuk ART-nya itu.

“Tidak perlu, Pak. Ibu Lidya sudah ad di rumah,” kata Khanza. Ia takut sampai Rajendra membelikan sesuatu untuknya, karena saat ini istri dari lelaki sudah ada rumah. Ia tahu Lidya curiga pada mereka. 

Rajendra tidak menjawab, ia sibuk membayar di meja kasir. Ia mendengar semua perkataan Khanza yang menolak ia membawakan sesuatu, tapi ia belikan untuk wanita itu. 

“Pak? Kalau tidak ada keperluan lagi, saya matikan sambungan telponnya,  ya?” Kembali terdengar suara Khanza meminta untuk mematikan sambungan telfon. 

“Iya, tunggu saya di rumah,” jawab Rajendra. Kemudian ia memutuskan sambungan telfon dengan Khanza. 

Setelah selesai membayar barang belanjaannya, Rajendra kembali kembali mobilnya dan meletakan barang belanjaannya di belakang. Sesudah itu dia kembali melesat mobil kembali ke rumah. 

*

*

*

“Mas sudah pulang?” Lidya menyambut suaminya itu dengan ramah. 

“Iya. Ini Mas belikan jajan untuk kamu,” ucap Rajendra dan menyerahkan beberapa jajanan untuk istrinya itu. 

Walaupun ia sudah melihat foto istrinya yang bermesraan dengan lelaki lain, tapi sikap Rajendra tetap terlihat biasa-biasa saja seakan tidak ada rasa cemburu ataupun. 

“Terima kasih, Mas.” Lidya sangat senang menerima jajan yang diberikan oleh suaminya. 

“Aku bawa ke kamar, ya?” kata Lidya dan melangkah ke kamar. Wanita itu langsung kembali lagi ke kamarnya. 

Setelah memastikan Lidya masuk ke dalam kamar, Rajendra melangkah kakinya menuju dapur. Entahlah dia merasa sangat senang saat melihat Khanza yang menyibukkan diri di dapur. 

Ia mendekati Khanza dan berdiri di belakang wanita itu. “Jajan kamu masih di mobil, nanti saya antar ke kamar.” Suara Rajendra membuat Khanza terkejut dan sontak membalikkan badan menghadap Rajendra. 

“P—Pak?” ucap Khanza gugup. 

“Iya, Khanza. Kenapa kamu terlihat gugup? Bersikap biasa saja, kalau kamu terus seperti ini. Istri saya bakalan curiga,” kata Rajendra dengan suara pelan. 

Rajendra melangkah ke arah tempat gelas, kemudian mengambil gelas air untuk dirinya. Ia meneguk air di gelasnya hingga tersisa setengah. Kemudian ia menorehkan gelas dengan air yang tersisa setengah itu pada Khanza. 

“Minum biar tidak gugup,” ucap Rajendra. 

Khanza seperti terhipnotis oleh suami majikannya itu. Ia mengambil gelas dari tangan Rajendra dan meneguk air sisa lelaki itu. 

“Saya ke kamar,” ujar Rajendra dan kembali ke kamarnya. 

Khanza masih berdiri mematung dengan gelas di tangannya. ‘Kenapa aku meminum air bekas pak Rajendra? Bukankah aku sangat jijik dengan bekas orang lain? Tapi tadi … tadi kenapa aku merasa tidak jijik minum air bekas orang lain?’ gumamnya bingung. 

‘Apa karena dia sudah menyentuhku?’ gumamnya lagi. 

Sedangkan Rajendra. Dia sudah di dalam kamar. Dia hanya bisa tersenyum lebar melihat istrinya yang sudah tepar di atas tempat tidur. 

Mata elang itu menoleh ke arah nakas kecil samping tempat tidur dan tersenyum. Ia tersenyum melihat tempat ice cream yang sudah kosong dan tentunya itu sudah dihabiskan oleh istrinya. 

“Pasti obat tidur sudah beraksi,” ucap Rajendra pelan. 

‘Malam ini biarkan kamu tidur dengan lelap, dan aku bisa habiskan malam panjangin bersama Khanza.’ Rajendra bergumam dalam hatinya. 

Tanpa berganti pakaian ataupun mandi, Rajendra kembali meninggalkan kamarnya dengan membawa kunci mobil. Ia berjalan keluar ke mobilnya mengambil jajanan yang ia belikan untuk Khanza. 

Rajendra membawa jajanan dan menemui Khanza yang saat ini sudah ada di kamar. Dia masuk ke dalam kamar wanita itu dan meletakkan jajan di atas meja kecil. 

Tidak lupa Rajendra mengunci pintu kamar ART-nya itu. 

Saat ini Khanza sedang mandi, jadi tidak tahu kalau Rajendra sudah ada di dalam kamarnya. 

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   10 Video Perselingkuhan Lidya

    Rajendra terlihat sangat murka saat ia mendapatkan pesan dari orang suruhannya yang dia minta untuk cari tahu hotel tempat penginapan hotel.“Aku harus ke sana, aku sudah mendapatkan alamat tempat tinggal wanita itu.” Rajendra bangkit berdiri bergegas pergi dari sana. “Aku ikut,” ucap Arga. Lelaki itu bangkit berdiri lalu melangkah mengikuti langkah Rajendra menuju mobilnya. Arga melarang Rajendra setir mobil, karena dia tahu saat ini temannya itu dalam keadaan tidak baik-baik saja. Dia tidak mau terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan di antara mereka berdua. Kini dua lelaki itu sudah pergi dari kediaman Arga dengan menggunakan mobil milik Rajendra. Mereka akan datangi Lidya yang sedang menikmati liburan bersama selingkuhannya. Dalam perjalanan menuju tempat penginapan Lidya, Rajendra tak henti-hentinya mencaci maki dirinya sendiri karena terlalu bodoh mempercayai wanita ular itu berulang kali.Saat suasana lagi tegang ponsel Rajendra kembali berdering tanda ada pesan masuk. Ia m

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   09 Selingkuh Berkedok Kerja

    Apa kau ingin melihat video istrimu? Aku rasa kau juga sangat ingin melihat wanitamu di gagahi lelaki lain,” ucap lelaki itu.Rajendra tetap diam tanpa menjawab apapun.Sedangkan Khanza, ia sangat syok dengan ucapan lelaki di seberang sana yang dia dengar dari ponsel Rajendra. Ia ikut merasa sakit hati mendengar berita bahwa majikannya itu ternyata suka bermain dengan banyak pria di luar sana.Setelah beberapa menit terdiam, bunyi notifikasi masuk di ponsel Rajendra. Beberapa pesan berupa video itu berderet pada aplikasi milik di ponsel Rajendra.“Selamat menonton Tuan Rejandra,” ucap lelaki itu dengan nada mengejek.Rajendra sama sekali tidak bersuara dan ia pun mengakhiri panggilan telfon dengan lelaki itu. dengan perasaan yang sangat memuakan, Rajendra membuka pesan video tersebut dan menontonnya. Ia tidak lagi terkejut melihat video tersebut, karena dia sendiri pernah menyaksikan secara langsung istrinya melayani atasannya di salah satu hotel. Kala itu ia ingin menggugat cerai ist

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   08 Rencana Liburan

    “Aku harus gunakan kesempatan ini untuk berlibur. Sebelum Khanza berhenti kerja,” ucap Lidya sambil berjalan mondar mandir.“Sekarang aku harus telfon Chris minta untuk mempercepat liburan kami,” ucap Lidya. Dia mengambil ponselnya dan langsung menghubungi atasannya sekaligus selingkuhannya. Setelah panggilan terhubung dengan Chris, Lidya pun mulai berbicara dengan lelaki itu. “Halo, sayang? Aku mau liburan kita dipercepat,” ucap Lidya saat sambungan telfon terhubung dengan Chris. “Bisa saja, sayang. Aku ikut mau kamu saja,” jawab Chris dari seberang sana. “Baiklah, bagaimana kalau besok saja kita berangkat liburan? Soalnya ini ART di rumahku ini sudah mau berhenti kerja. Aku takutnya nanti kalau dia sudah berhenti kerja aku akan sibuk urus mas Rajendra dan bakalan susah untuk ketemuan sama kamu.” “Baiklah, kalau begitu aku langsung booking saja tiket untuk ke kita berdua ke Bali.” “Iya, Mas. Malam ini aku juga mau meminta izin sama mas Rajendra. Aku mau cari alasan agar mas Raj

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   07 Berhenti Kerja

    Malam sudah semakin larut, Lidya terbangun dari tidurnya karena merasa ingin buang air kecil. Wanita bangun dan cepat dia turun dan berjalan ke arah toilet. Sekitar lima menit kemudian dia keluar dari toilet dan kembali ke tempat tidur. ia menghentikan langkahnya saat ia hendak naik ke atas tempat tidur. Lidya memicingkan matanya menatap heran suaminya yang tidak ada di atas tempat tidur.Dengan penuh penasaran, Lidya melihat ke arah kamar mandi, pikirnya mungkin suaminya itu sedang buang air kecil sana. Tapi saat ia menunggu cukup lama di samping tempat tidur, suaminya itu tak kunjungan keluar.Lidya melangkah kakinya ke arah kamar mandi dan mengetuk pintu kamar mandi. “Mas Rejan?” panggilnya.Tidak ada suara sahutan sama sekali dari dalam kamar mandi. Lidya yang takut terjadi sesuatu di dalam kamar mandi, ia pun membuka pintu, namun saat pintu terbuka ia tidak menemukan siapa pun di dalam sana.“Di mana mas Rajendra?” ucap Lidya.Dengan rasa khawatir, wanita itu melangkah cepat kelu

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Obat Tidur

    Lidya sampai lebih dulu di rumah. Wanita itu sama sekali tidak memperlihatkan wajah lelahnya seperti orang kerja pada umumya. Ia terlihat sangat segar dan sangat bersemangat. “Selamat sore,” ucapnya saat menghampiri Khanza di dapur. “Selamat sore juga, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” jawab Khanza, ramah. “Tidak ada, Za. Apa mas Rajendra belum pulang?” Lidya menanyakan suaminya yang saat ini belum menampakan batang hidungnya. “Belum, Bu.” “Oh, ya, sudah saya kembali ke kamar dulu.” Lidya meninggalkan dapur dan langsung melangkah menuju kamarnya. Saat kakinya melangkah masuk ke dalam kamar. Ia merasa mual dan dengan cepat ia membuka pintu dan berlari ke dalam kamar mandi. Wanita itu memuntah isi perutnya di wastafel. Hoek! Hoek! Hoek!Suara Lidya memuntahkan semua isi perutnya di dalam kamar mandi. Wanita itu sampai terlihat pucat dan keringat dingin hanya karena memuntah. “Apa aku salah makan?” gumamnya pelan. “Tapi tadi aku… Aku rasa aku tidak salah makan. Semua makanan yang

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Lidya Selingkuh?

    Khanza tidak percaya kalau semalam itu kedua majikannya kembali lagi ke rumah. Dia baru menyadari saat melihat Rajendra yang tidur di bersamanya di kamar. Suami majikannya itu sudah benar-benar buat dia jantungan. “Maaf, Bu, semalam saya tidak dengar Ibu panggil.” Khanza meminta maaf pada Lidya. “Tidak apa-apa, Khanza. Salah saya juga karena sudah mengabari kamu kalau saya dan suami tidak jadi pulang, tapi tiba-tiba mas Rajendra di telfon sama klien. Kalau pagi ini mereka akan meeting jam 9, makanya kamu pulang lagi. Suami saya takut telat ketemu klien kalau menginap di sana.” Lidya tidak memarahi Khanza, karena dia tahu itu salah dia dan suaminya yang sudah lebih dulu mengabari Khanza. Syukurnya semalam mereka bawa kunci cadangan, kalau tidak mereka pasti bakalan tidur di luar. “Tapi tadi kata mas Rajendra mereka tidak jadi meeting,” ucap Lidya lagi. Khanza hanya menganggukkan kepalanya saja. Kemudian dia kembali ke dapur.“Khanza tolong kamu buatkan kopi untuk mas Rajendra, ya

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Lidya Di Luar Kota

    “Hari ini saya libur kerja. Kamu tidak perlu menyiapkan pakaian kerja saya,” ucap Rajendra saat menghampiri Khanza di dapur. “Iya, Pak. Saya sudah tahu,” jawab Khanza tanpa menoleh ke arah lelaki yang berdiri di belakangnya. Rajendra melangkah kakinya untuk lebih dekat dengan Khanza dan kini dia sudah berdiri di samping ART-nya yang sedang mengaduk masakannya. Khanza tetap fokus dengan kegiatan memasaknya tanpa memperdulikan keberadaan lelaki itu. Sikapnya pada Rajendra masih terlihat canggung dan takut, apalagi saat mereka dekat dan berpapasan seperti ini. Pada sudah hampir dua minggu ini mereka berdua di rumah dan bahkan setiap malam suami majikannya tidur bersamanya. “Apa kamu mau jalan-jalan?” Rajendra sepertinya ingin mengajak Khanza jalan-jalan. “Tidak, Pak. Saya di rumah saja,” jawab Khanza. “Baiklah, kalau begitu saya juga akan tetap di rumah,” kata Rajendra. Setelah itu Khanza dan juga Rajendra kembali terdiam. Rajendra diam di tempatnya, sedangkan Khanza sibuk dengan

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Semakin Terikat

    Satu minggu sudah Lidya di luar kota. Wanita itu hanya mengabari Rajendra saat dia sampai di sana dan mengatakan kalau dirinya akan sibuk dan tidak bisa mengabari suaminya itu lagi. Rajendra tidak keberatan dia memaklumi kesibukan istrinya yang seorang jiwa kerja itu. Di satu sisi dia juga merasa senang, karena tidak ada yang mengganggu waktunya bersama Khanza. Ada Khanza di rumah saja sudah buat dia merasa seperti ada istri. Jadi, untuk apa dia memikirkan kabar dari istrinya yang jelas-jelas tidak memberikan perannya sebagai istri untuknya. Saat Rajendra tengah duduk melamun menatap ponselnya, Khanza datang menghampirinya. “Selamat pagi, Pak. Kopinya sudah saya buatkan,” ucap Khanza.“Baik, saya akan segera ke sana. Tolong temani saya minum,” ucap Rajendra. “Iya, Pak.” Khanza berdiri di hadapan Rajendra dengan tubuh yang sedikit membungkuk, layaknya ART pada majikan. Khanza tetap bersikap ramah walaupun lelaki itu bersikap seenaknya pada dirinya. Kalau bukan karena uang untuk

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Mendapatkan Peran Istri Dari Wanita Lain

    “Khanza? Tolong kamu siapin pakaian kerja suami saya. Saya harus pergi, saya buru-buru.” Lidya sudah bersiap diri untuk berangkat ke luar kota. Seperti biasa ia meminta Khanza yang menyiapkan pakaian untuk suaminya. “Baik, Bu.” Khanza hanya bisa patuh dengan perintah dari majikannya itu. “Sayang? Tolong cariin dasi Mas.” Suara Rajendra dari depan pintu kamar. Ia meminta bantuan pada Lidya untuk carikan dasinya. Sayangnya, lagi dan lagi istrinya itu selalu meminta Khanza yang menyiapkan segala kebutuhannya. “Khanza tolong bantu cariin dasi suami saya, ya? Saya harus pergi, jemputan saya sudah datang.” Lidya begitu buru-buru sampai tidak punya waktu untuk suaminya. Bahkan hanya sekedar carikan dasi untuk Rajendra. Semua waktunya hanya untuk kerja, kerja dan kerja. Mendengar perkataan Lidya,Rajendra hanya bisa diam. Ia sudah tidak kaget dengan istrinya yang super sibuk itu. Istrinya itu seakan kalah dengan dirinya yang seorang direktur di perusahaan besar. Bahkan lebih anehnya wanit

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status