LOGINRara dan Septa ikut menolehkan kepala ketika mendengar suara riuh para tamu ke pintu aula hotel. Napas Rara tercekat ketika melihat Jefri melangkah masuk bersama Rachel dan Hani. Ketiganya berpegangan tangan dengan posisi Hani berada di tengah.Warna busana mereka adalah merah maroon. Jefri menggunakan kemeja merah maroon yang dibalut dengan vest dan jas hitam. Ia memadukannya juga dengan celana berwarna hitam yang senada dengan jasnya. Berbeda dengan pesta sebelumnya di hotel Rubi, kali ini pria itu meng-style rambutnya. Rara tidak tahu namanya apa, tapi ia bisa melihat bagian atas rambut Jefri disisir ke belakang dengan belahan di samping. Penampilan itu menambah karismatik Jefri, membuat jantung Rara tak berhenti berdebar-debar. Saking kencangnya, ia bahkan merasa dadanya sesak. Di sebelah Jefri, Rachel dan Hani juga tak kalah menawan. Hani kembali mengeritingkan rambutnya, gaya rambut itu memang sangat cocok untuknya. Ia menggunakan gaun ba
“Kenapa?” tanya Jefri dengan nada rendah. Tatapan mata pria itu berubah tajam, tapi ia masih menatap ke depan. Rara menelan ludah. Kalau boleh jujur, ia selalu ketakutan setiap Jefri bereaksi seperti ini. Ia merasa setiap omongannya akan salah jika berbicara dengan Jefri di mode ini. “Kita kan udah masuk bagian utama, jadi aku merasa udah cukup,” jelas Rara hati-hati. Ia tak berani melihat reaksi Jefri, jadi ikut menatap ke depan. “Bukannya kamu mau ‘kelas’ sampe sebulan?” buru Jefri lagi, nadanya berubah datar sekarang membuat Rara menegang. “Kita masih ada dua pertemuan lagi, Ra,”“Iya, tapi … setelah kupikir-pikir … kayaknya beneran udah cukup, om,”Rara tertawa kaku, berusaha mencairkan suasana tegang di antara mereka. Tapi, Jefri tak bereaksi. Takut-takut, Rara melirik ke pria itu. Wajah Jefri terlihat datar. Bibirnya terkatup rapat dan matanya semakin menatap tajam ke depan. Jari telunjuknya yang berada di setir kini me
“Kamu dibeliin gaun sama Septa?!” seru Hani dengan mata membelalak, “Buat pesta nanti?!”Rara meringis melihat reaksi Hani. Ia sudah menduga Hani akan bereaksi seheboh ini makanya memutuskan untuk menceritakannya ketika mereka sedang berdua saja di rumah Hani.Hari ini, Hani meminta bantuan Rara untuk memilihkan gaun buat dirinya di pesta nanti. Lebih tepatnya, outfit untuk kembaran bersama Rachel dan Jefri nanti karena mereka berencana untuk memakai baju senada. Seperti selayaknya keluarga.Sudah banyak baju mereka keluarkan hingga memenuhi ruang keluarga, tapi mereka masih belum menemukan yang cocok. Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak dan Rara akhirnya menceritakan perihal agendanya dengan Septa kemarin ke sahabatnya.
Rara mungkin sudah tahu dari awal kalau kalimat itu memiliki makna tersirat di baliknya. Dari pertama kali Jefri mengatakannya, Rara tahu itu bukan cuma ucapan kosong. Meski begitu, Rara selama ini menyangkal prasangkanya itu. Lebih tepatnya, ia berharap kalau hal itu tidak benar dan ia hanya terlalu dalam memikirkannya saja. Tapi, ketika mendengar kalimat Jefri sekarang, Rara akhirnya tak bisa menyangkal prasangkanya. Prasangka bahwa Jefri tengah menjodohkannya dengan Septa sekarang. Dan alasan di balik perbuatannya ini merujuk pada satu hal; Jefri sudah mengetahui Rara menyukainya dan berusaha menolak perasaan gadis itu, entah apa pun alasannya. Hati Rara seketika hancur. Air mata segera memenuhi matanya dan berusaha Rara tahan agar tidak jatuh. Tubuhnya lemas, tapi ia tahu harus menguatkan diri dulu agar bisa pergi dari sini. “Ra?” panggil Jefri khawatir. Ia melepaskan pisau di tangannya kemudian mendekati Rara. Tanganny
“Iya. Pasangan dansa maksudnya, yah!” celetuk Hani, membuat Rara seketika bersyukur karena sahabatnya itu langsung mengklarifikasi. “Septa mau ikutan dansa di acara keluarga kita tahun ini, jadi ajakin Rara buat jadi partner dansanya!”“Oh,” jawab Jefri singkat yang kembali membuat jantung Rara berdebar. Ia tersentak pelan saat Jefri mengalihkan pandangan padanya. Tatapan mata pria itu sekarang tak dapat terbaca olehnya membuat perasaan tak enak memenuhi hatinya. Rara menelan ludah. Mengingat pria itu suka mencocokkannya dengan Septa, semoga dia tidak berpikir hal yang ditakutkan Rara—“Lucu banget! Kalian emang cocok!” seru Rachel tiba-tiba. Septa tertawa, “Tuh kan, Ra! Emang kita paling cocok! Jadi, jawaban kamu apa?”“A-aku bakal jawab nanti!” balas Rara cepat. Ia kembali melirik Jefri yang masih bergeming. Tapi, tak lama, sudut bibir pria itu tertarik sedikit, membuat hati Rara mencelos. Apa maksud dari senyum tipis itu?“Iya, biarin Rara istirahat dulu!” dengus Hani. Ia lalu
“Aku nyuruh ayah buat pasangan sama tante Rachel yang juga dateng!”“Oh, nyonya Rachel juga dateng?” ulang Rara lagi dengan senyum terpaksa. Hani mengangguk riang.“Tante Rachel itu tamu kesukaan keluarga kami, jadi dia selalu diajak di acara tahunan ini,” jelas Hani, “Itu karena tante Rachel banyak menjadi klien dan investor di perusahaan keluarga lainnya!”Rara mengangguk-angguk paham. Ia sebenarnya sudah menduga kalau Rachel sangat spesial di keluarga Nicelson dari cerita Septa. Tidak heran jika mereka sangat mendukung hubungan Rachel dan Jefri untuk lebih intim.Tapi, tetap saja rasanya menyakitkan untuk mendengarnya langsung. Ia merasa tembok yang meng







