Share

Bab 2

"Aku nggak mau buat kamu sakit," bisik pria itu, sembari terus melanjutkan lumatan kasarnya pada bibir Adel. 

Dada Adel membusung dan naik turun, berusaha mengambil napas setelah cukup lama merasa sesak. 

"Nggak akan sakit," racau Adel. Dalam kondisi mabuk, dia hilang akal. 

Niat awalnya murni hanya ingin mengerjai gadis yang sudah lama dia incar. Pria itu hanya berpikir untuk memberi sedikit lumatan saja. Tidak ada niatan untuk melakukan lebih. 

Pria itu pura-pura menolak, walaupun hasratnya juga sudah tak bisa ditahan. Tapi, dia tahu persis kalau Adel masih perawan. Dia akan merasa sangat brengsek jika menghancurkan masa depan Adel, meskipun Adel sendiri yang meminta. Andai saja gadis itu tidak mabuk, menyetubuhinya dengan persetujuan tidak akan menjadi masalah. 

"Pakai kembali bajumu, Adel," suruhnya sedikit menggeram. 

"Tidak. Aku suka kalau kamu sentuh. Ayo, tolong dilanjutkan!" 

Berkali-kali menggeleng, akan tetapi akal sehatnya pun perlahan musnah. Pria itu kini dikendalikan oleh hasrat. Matanya berubah sayu dan sarat akan nafsu. 

Dalam hitungan detik, pakaiannya berserakan di mana-mana. Adel hanya tertawa dan terus meracau tidak jelas karena masih dalam pengaruh minuman keras. 

"Apa kau serius?" Suara itu terdengar serak dan semakin berat. 

"Lakukan saja. Aku bosan... mari bersenang-senang!" 

Anggukan dari Adel menjadi pembuka manis permainan mereka. Pria dengan tubuh atletis itu mulai melucuti satu persatu pakaian Adel dan hanya dibalas tawa ringan oleh gadis itu. Sungguh, dia sudah dikendalikan setan.

"Maaf, aku akan melakukannya sekarang," bisiknya. Adel yang masih sangat mabuk hanya tertawa ringan sambil membelai wajah pria itu. 

Gejolak batin yang dirasakan benar-benar tidak bisa ditahan lagi. Dia brengsek. Dia gila. Dia terlalu ambisius. Semua hal buruk ada pada dirinya. 

Pria itu merutuki dirinya sendiri. Ini bukan hal gampang yang bisa diganti begitu saja ketika pemiliknya meminta ganti rugi. Sudahlah! Iblis nafsu sudah membabi buta merayu otak dan hati kecilnya. Tanpa menunggu lagi, segera ia tancapkan miliknya yang sudah sekeras batang pohon pada organ kewanitaan yang masih tersegel sempurna. 

"Aw, sakit!" Adel memekik dengan tangannya mengepal kuat. Tawa renyah itu seketika musnah. Dia tidak menangis. Tapi hanya terdiam. 

Melihat gadisnya mulai tenang, pria itu melanjutkan permainan panasnya lagi dengan lebih hati-hati. Sangat lembut dan pelan. 

"Sial! Ternyata memang senikmat ini," gumam pria itu ditengah desah dan rentetan umpatan yang ia keluarkan. 

Permainan semakin panas karena ia menaikkan tempo. Adel pun ikut mengerang dan melenguh karena sudah bisa merasakan nikmatnya. 

Berhasil dengan durasi yang cukup lama, pria itu berhenti. Tidak sampai hati untuk melampiaskan nafsu bejatnya pada wanita tak berdosa ini. 

Setelah selesai memakai kembali bajunya, pria itu berbisik lembut, "Kamu hanya milikku." 

"Woy! Ngapain halu, sih?" 

Teguran Risa membuat Adel tersadar. Hampir setiap menit, yang ia bayangkan selalu saja kejadian malam itu. 

Adel terus berusaha mengingat bagaimana wajah pria itu. Walaupun kenyataannya sangat sulit karena saat itu Adel mabuk berat. Hanya aromanya saja yang Adel ingat. Dan tunggu... satu kalimat terakhir yang pria itu bisikkan. Seketika Adel meremang mengingat beratnya suara pria yang menggaulinya. 

"Ngagetin aja!" 

Risa tertawa, sembari berkata, "Kamu sih. Jangan ngelamun terus.  Udah punya solusi?" 

Adel hanya menggeleng.

"Aku bisa membersihkan rahim aku besok pagi. Tapi Papa sudah mengacaukan semua jadwalnya, Risa! Aku kan kesal!" 

"Nggak apa-apa. Masih bisa besok atau lusa." 

"Dan untuk sementara waktu, lebih baik kamu istirahat dulu deh di rumah. Sesekali dengerin kata dokter cantik, dong," seru Risa memuji diri. 

Sudah biasa dengan bualan Risa, Adel hanya mencebikkan bibir saja. 

"Iya. Lagian aku juga nggak ke kantor. Papa udah minta Sekar buat kosongin jadwal sampai besok pagi. Resek!" 

Risa hanya bisa tertawa melihat kehidupan sahabatnya yang masih saja diatur oleh keluarga. Apa pun yang ingin Adel lakukan, harus dengan persetujuan keluarga. Bahkan, dalam waktu dekat dia akan menikah dengan pria yang tidak ia kenal sama sekali. Yah, tentu itu adalah perjodohan. 

"Lahir dari keluarga super kaya sepertinya juga cukup merepotkan," batin wanita yang berprofesi sebagai dokter itu.  

Pertemuan mereka harus berakhir cepat karena Adel mendapat panggilan dari papanya. Gadis itu sempat mengelak dan meminta waktu lebih, tapi tidak ada penolakan. Itu aturannya. 

"Pa, aku masih ngomong penting loh sama Risa," keluh Adel. Dengan napas memburu gadis itu duduk di samping papanya. "Lagian, yang mau Papa bicarakan juga pasti nggak penting-penting amat. Seperti biasanya." 

Napas Adel tiba-tiba tercekat saat mendapati tatapan tak bersahabat dari papanya. Wajah pria baya itu terlihat kaku dan pucat. 

"Ada apa, Pa?" 

"Papa mau bicara serius sama kamu." 

Betapa terkejutnya Adel saat melihat benda yang papanya keluarkan dari saku jaket. 

"Papa nemuin ini di kamar kamu." Adel mengepalkan jemarinya yang terasa sangat dingin. Ia mulai gemetar melihat sebuah pengukur kehamilan berada di tangan keriput papanya. 

"Adel bisa jelasin, Pa."

Pria tua itu hanya berpaling dan mulai menutup wajahnya. Bahunya terlihat bergetar. Beberapa kali Adel menegur papanya. Mencoba menjelaskan se-rasional mungkin. Adel juga berusaha mendekati papanya, memegang tangan keriput yang gemetar hebat. Namun, tangannya ditepis cukup keras. Perlakuan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. 

"Papa kecewa sama kamu, Del. Bagaimana caranya Papa jelaskan semua ini sama temen mendiang Mama kamu?" 

"Aku yang akan minta maaf. Kalau perlu, aku akan ngemis agar mereka nggak menghakimi Papa."

"Bicaramu ringan sekali, Del. Hancur hati Papa. Hancur, Del ...." 

Tangis mereka pecah. Adel bersimpuh di hadapan papanya yang sama sekali tidak mau menatapnya.  

"Aku akan tanggung konsekuensinya, Pa. Bahkan, kalau pun Papa mau hapus namaku dari keluarga ini, aku akan terima." 

Adel menghela napas berat nan panjang. Terdengar begitu lelah dan pasrah. "Aku mohon, pertemuan besok jangan dibatalkan. Aku akan perjelas semuanya, biar tidak ada pihak yang merasa dirugikan." 

Papa Adel dilanda kebingungan. Dia hanya mengangguk kecil, memberikan kesempatan untuk putri kesayangannya. Entah bagaimana caranya Adel akan menjelaskan ini semua. Adel sendiri bimbang, apakah mereka akan menerima perjodohan ini dibatalkan? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status