"Iya!" gumamnya dengan nada yang lemas dan memijit keningnya.
Liliana naik ke atas kasur dan duduk di sisi Aldi.
"Sini aku yang pijit,” Liliana memindahkan posisi kepala Aldi ke pahanya. Membuat Aldi tanpa sadar tersenyum.
"Mau panggil dokter lagi ?" tanya Liliana dengan suara begitu pelan dan penuh perhatian.
"Ehmm gak perlu! Setiap dokter yang datang jawabannya sama!"
"Ya sudah, mau makan?" tawar Liliana sambil terus memijit kening Aldi dengan lembut.
Aldi hanya menggelengkan kepala "Belum lapar."
"Ok." jawab Liliana singkat.
Mereka berdua pun tidak melanjutkan percakapan. Hanyut dalam pikiran mereka masing-masing.
"Ehmm, siapa yang telpon?" tanya Aldi memecah keheningan.
"Teman," jawab Liliana singkat.
"Di Singapore?"
"Bukan... "
"Lalu?" Aldi mengernyitkan alisnya. Sepengetahuannya Liliana tidak memiliki kenalan di Indonesia.
"Di sini, baru kenalan dua minggu lalu," Liliana men
tanya Liliana tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Bukannya menjawab, Aldi langsung saja melumat bibir Liliana dan dengan perlahan mendorong tubuh Liliana ke belakang hingga berbaring."Entah sejak kapan pikiranku hanya terfokus padamu Lili!" ucap Aldi di sela-sela lumatannya di payudara Liliana."Ahh...""Aku menjadi ke kanak-kanakan hanya untuk mencari perhatian mu!"Kini Aldi berpindah ke tengkuk leher Liliana dan menjilatinya dengan lembut."All... ahh..!""Aku gelisah setiap kamu keluar rumah!"Aldi kembali menghisap payudara Liliana dan meremas gunung kembar itu bergantian. Lalu mengigit lembut putingnya yang mencuat."Ahh... "Desahan demi desahan keluar dari bibir Liliana.Sentuhan dan ungkapan perasaan Aldi membuatnya tidak bisa berbicara. Liliana terbuai begitu dalam. Pandangan matanya begitu berembun dan sayu."Aku selalu ingin tidur di sampingmu dan memelukmu dengan erat sambi
"Dan terima kasih sudah sabar selama ini berada di sisiku Liliana, menghadapi sikap kasarku selama ini..." ucapan Aldi terhenti karna Liliana melumat bibir Aldi dengan begitu dalam hingga Aldi tidak dapat berbicara."Kamu membalas perasaanku itu sudah lebih dari cukup Aldi. Maaf wanita hina ini sudah lancang mencintaimu!" ucap Liliana yang langsung mendapatkan tatapan murka dari Aldi.Aldi menggendong Liliana naik ke atas meja bar yang lumayan lebar. Nafas mereka saling memburu."Jangan pernah menyebut dirimu seperti itu! Aku akan sangat marah! Paham?" setelah berkata seperti itu. Aldi kembali melumat bibir Liliana. Lumatan demi lumatan. Sesapan demi sesapan begitu panas. Saliva yang saling bertukar. Bibir kemerahan karena hisapan mereka. Deru nafas saling berhembus. Lidah mereka menyeruak bergantian, saling mengabsen mulut mereka. Lidah yang menari begitu indah."Ahhh..!" Desahan pertama Liliana karena hisapan kuat di lehernya. Tanda kebiruan tercetak be
"Aldi lepasin!" gumam Liliana dengan suara serak."Aldi! Please, jangan seperti ini! Kalau kamu seperti ini aku tidak bisa lebih kuat lag!" gumam Liliana dengan suara rendah dan bergetar."Please...” Suara sendu Liliana dan terisak."Maaf Aldi, aku sudah melanggar perjanjian kita. Sepertinya aku tidak bisa menepati janjiku... Aku sudah jatuh cinta padamu Al..." Aldi terkejut dan terpaku mendengar pernyatan Liliana.“Apa dia juga menyukaiku?" batinnya, tanpa sadar Aldi tersenyum."Maaf, sekali lagi maaf, hari ini juga aku akan pergi dari apartment ini dan hidup kamu...” ucap Liliana pasrah.Aldi melepaskan pelukannya dan melihat Liliana."Maaf, hari ini aku akan kembali ke singapore. Terima kasih untuk beberapa bulan ini,” sambung Liliana dengan senyuman tipis yang menyedihkan. Ia mendorong pelan tubuh Aldi hingga membuat jarak.Begitu ia berbalik, Bugh!Mata Liliana membelalak saat bibirnya di lum
"Apa pria itu lebih penting! Hahh!! Dasar jalang!” Teriak Aldi begitu kesal, memikirkan Liliana pasti bertemu dengan pria yang semalam telponan dengan dirinya.Dan bersamaan saat Aldi berteriak. Pintu terbuka."Siapa yang kau sebut jalang Aldi?" suara gemetar Liliana dan menjatuhkan kantongan di tangannya. Sehingga isi di dalam kantongan tersebut hancur tak beraturan dari dalam boxnya. Hatinya begitu perih."Kamu!" ketus Aldi dengan raut wajah memerah. Dirinya tidak dapat menahan amarahnya. Dia sendiri bingung dengan perasaannya. Tapi begitu tahu Liliana ingin bertemu pria lain. Dia tidak terima.Liliana mengepalkan tangannya, "Ah... Maaf kalau wanita jalang ini membuatmu marah." ucap Liliana sambil menunduk, ia berlutut dan mengambil kembali kantongan yang jatuh di lantai. Tangannya gemetar sambil memungut kantongan tersebut.Aldi hanya diam dan menatap Liliana dengan tajam. Dadanya masih bergemuruh."Maaf sepertinya bubur ini sudah t
"Iya!" gumamnya dengan nada yang lemas dan memijit keningnya.Liliana naik ke atas kasur dan duduk di sisi Aldi."Sini aku yang pijit,” Liliana memindahkan posisi kepala Aldi ke pahanya. Membuat Aldi tanpa sadar tersenyum."Mau panggil dokter lagi ?" tanya Liliana dengan suara begitu pelan dan penuh perhatian."Ehmm gak perlu! Setiap dokter yang datang jawabannya sama!""Ya sudah, mau makan?" tawar Liliana sambil terus memijit kening Aldi dengan lembut.Aldi hanya menggelengkan kepala "Belum lapar.""Ok." jawab Liliana singkat.Mereka berdua pun tidak melanjutkan percakapan. Hanyut dalam pikiran mereka masing-masing."Ehmm, siapa yang telpon?" tanya Aldi memecah keheningan."Teman," jawab Liliana singkat."Di Singapore?""Bukan... ""Lalu?" Aldi mengernyitkan alisnya. Sepengetahuannya Liliana tidak memiliki kenalan di Indonesia."Di sini, baru kenalan dua minggu lalu," Liliana men
Kevin dan Eliza keluar dari Ruangan Dokter dengan wajah yang begitu bahagia. Namun perhatian Eliza teralihkan melihat seseorang yang terasa familiar."Eh... bukannya itu?" gumam Eliza."Ada apa sayang?" tanya Kevin.Eliza menggeleng pelan kepalanya, "Emm, gak yank. Aku salah lihat," ujar Eliza."Tidak mungkin ‘kan dia datang ke dokter kandungan?" batin Eliza.~POV RubiSetelah memakai topi hitam dan masker. Sebelum turun dari mobil, Rubi melirik kiri dan kanan melihat keadaan. Dengan sangat berhati-hati Rubi berjalan di koridor Rumah Sakit."Sus... aku yang tadi sudah buat janji dengan Dokter Maharani via telpon...""Atas nama siapa Bu?"balas Suster."Rubi.." bisik Rubi ke suster."Baik Bu... Silahkan."Rubi masuk ke dalam ruangan. "Selamat siang Nona..." sapa Dokter Maharani ke Rubi."Siang Dok," balas Rubi dengan kikuk. Ini adalah kunjungannya yang ke tiga kali."Silahkan duduk