เข้าสู่ระบบ"Seharusnya nggak, dan jawabannya nggak boleh ada rasa sama mantan selain rasa kemanusiaan," jawab Nada cukup jelas. "Alhamdulillah ... syukurlah, kamu harus ikhlas melihat mereka bahagia. Kamu kan sudah punya Kak Saga si kating dingin itu." "Aku udah move on Nimas sayang, aku juga berharap mereka bahagia. Aku sudah menentukan pilihanku, jadi harus bertanggung jawab dengan statusku sekarang." "Apa kamu sudah jatuh cinta dengan ayahnya Zea?" tanya Nimas kepo. Mengingat masa lalu kelam mereka begitu masam. "Kenapa nanya gitu?" "Ya pingin tahu aja, masa melayani setiap hari. Ditiduri enggak jatuh cinta juga." "Ish, bahasa kamu nggak enak didengar." "Lah ya emang iya, apa Kak Saga yang dingin itu sekarang sudah mencair?" tanya Nimas serius. Dulu pas jadi kating, Saga adalah senior paling tidak suka basa-basi. Cowok cool seantero kampus dan pastinya bikin siapa pun penasaran. "Itu dulu Animas julid, sekarang dia udah nggak dingin lagi, tapi panas," jawab Nada mengingat lagi hanga
"Bun ayo!" rengek Zea tak sabar menariknya masuk ke toko. "Bentar," jawab Nada masih fokus dengan pemandangan di sebelahnya. Jujur, Nada sangat penasaran mereka akan ke mana. "Ayo Bun," rengek Zea lagi menarik ibunya masuk. Bocah kecil itu sudah tidak sabar sekali. "Zea mau beli apa, bunda mau beli susu Zea udah mau habis." "Em, es krim, yupi, banyak pokoknya," jawab gadis kecil itu kegirangan dibawa ke mini market. Niat Nada memang sekalian membeli susunya Zea yang hampir habis, plus keperluan dapur yang penting, tetapi sepertinya jajannya dengan keperluannya banyakan jajan Zea. "Bun ini boleh?" pinta anak itu mengambil permen tak biasa. "Permen karet, Zea belum bisa, ambil yang lain aja." "Mau ini, satu aja ya please ... bunda baik deh." "Bunda memang baik, kan bundanya Zea, tapi itu nggak boleh," jawab Nada gemas sendiri. Untungnya anak Pak Saga ini tidak tantrum di dalam, bisa dia tinggalin kalau ngeyelan begini. "Sudah Nak, jangan banyak-banyak. Permen
Orang tua Nada dan Saga pulang sore hari hampir berbarengan. Mereka menitipkan banyak pesan dan wejangan untuk putra-putrinya. "Zea ikut," ajak Mama Zee yang langsung ditolak. "Enggak, mau di rumah ayah," jawab bocah kecil itu sembari memeluk boneka kesayangannya. "Hati-hati Ma, kapan-kapan ke sini lagi." "Ya, baik-baik ya kamu di sini. Ingat, nurut sama suami kamu. Kalau mau apa-apa ngomong, biar Saga ngerti." Menikah itu harus banyak mengobrol, dari hal yang tidak penting menjadi penting. Pokoknya apa pun harus dikomunikasikan berdua. Semoga saja dengan masa lalu mereka yang telah dilewati, ada banyak hikmah di dalamnya. "Ayo Zea masuk!" ajak Nada menuntutnya. Bocah kecil itu mengangguk, lalu berjalan pelan masuk ke rumah. Saga mengekor di belakangnya. Sisanya beres-beres bersama karena rumah sedikit berantakan. "Sayang, biar aku saja, kamu urusin Zea sudah petang." "Iya Mas, ayo Zea mandi!" "Mau sama ayah," ujar anak itu sengaja menunggu bapaknya. "Ya udah bentar
Duh ... Maka mancing-mancing saja, Nada tidak bisa berkata-kata lagi. Bu Hira dan Pak Arya ikut room tour melihat setiap detail ruangan sembari mengumandangkan adzan. Konon katanya masuk rumah pertama itu harus disambut agar penuh dengan keberkahan yang menghuninya. "Tidak terlalu jauh kan Pa, dari rumah. Bisa banget sesekali mampir nengokin Zea.""Ya, terima kasih Saga, sudah memberikan tempat tinggal yang layak huni. Semoga rumah tangga kalian selalu diberkahi. Rukun-rukun ya, papa cuma bisa mendoakan yang terbaik."Masa lalu yang pernah ada, cukup menjadi pembelajaran hidup yang berharga. Beliau berharap dengan doa tulus untuk kebaikan mereka. Karena baru pertama masuk, belum ada stok makanan apa pun, Saga sengaja sekali memesan makanan untuk makan siang sekaligus menjamu kedua mertuanya. "Belakang sana masih luas sekali Ga, bisa dimanfaatkan untuk kebun belakang," tunjuk Pak Arya melihat-lihat sampai halaman belakang. "Iya Pa, rencananya begitu. Biar bundanya Zea betah tingga
"Cuma nanya Ma, mengingat kabarnya Raisa mau menikah dengan Aksa," jawab perempuan itu tidak ada apa pun. Kenapa Raisa tidak mengabari lewat telfon saja. Bukankah nomor Nada tidak pernah ganti. Menunggu tanpa komunikasi jelas membuatnya tidak mengerti. Tapi jujur, dia juga ingin bertemu dengan sahabat lamanya itu. Ingin sekedar berkabar, apa pun hubungannya Raisa dengan Aksa, Nada tidak akan andil apa pun. Tentu saja dia mendukung walaupun lumayan surprise juga. "Raisa menikah dengan Aksa?" tanya Mama Hira kaget. Namun, detik itu juga langsung merubah ekspresi wajahnya. Syukurlah kalau mantan terindah anaknya sudah mau berkeluarga. Bukannya beliau tidak suka, tetapi ada Saga dan Zea yang jelas-jelas tengah menjemput kebahagiaan bersama. Bu Hira tidak membenci siapa pun, sikapnya kemarin hanya mengantisipasi saja. Tetiba tahu kalau ternyata sudah mau berkeluarga, tentu saja merasa senang. Mendoakan yang terbaik untuk kedepannya. "Iya, Mama tidak tanya keperluan Raisa apa? Dia
Wanita memang ahli sejarah, biarpun sudah berlalu memorinya masih menyimpan begitu tajam. Apalagi tentang hal yang tidak mengenakan. Saga harus banyak sabarnya, karena Nada juga pasti bakalan sulit melupakan begitu saja walaupun sudah dipupuk dengan sejuta perhatian baru. Di saat yang bersamaan, Nada dipanggil untuk diperiksa ke dalam. Yang tadinya Saga mau menimpali dengan sabar, atensinya teralihkan langsung berdiri mengekor istrinya masuk. Serangkaian pemeriksaan dijalani Nada ditemani suaminya. Pria itu memperhatikan dengan teliti. Tidak mau ketinggalan info penting sedikit pun. Setelah diperiksa Nada pindah ke meja konsultasi. Perempuan itu ternyata tensinya sangat rendah. Pantesan kaya kliyengan seperti itu. Nada juga melakukan serangkaian test untuk mengetahui hamil atau tidak, ternyata gejala mual yang dideritanya lantaran efek dari pil kontrasepsi. "Hasilnya negatif Ibu, Anda tidak hamil. Darah Anda sangat rendah, ini yang menyebabkan kliyengan." "Alhamdulillah







