LOGIN"Ada apa Dek?" tanya pria itu lagi melihat kebingungan istrinya. Apa Nada kepikiran tentang ayahnya. "Ada yang ingin aku sampaikan. Pertama mungkin sedikit mengejutkan kamu. Keduanya aku nggak tahu Mas suka atau tidak." "Ya udah katakan saja, aku kan sudah bilang kalau ada apa-apa ngomong." "Iya, ini mau ngomong, jangan marah dulu." "Aku nggak marah sayang, ngomong yang jelas. Ada apa nggak usah bingung." "Aku ... aku hamil lagi Mas," kata Nada membuat Saga tersenyum senang. Mau memberikan berita bahagia seperti ini kenapa belibet. Padahal ngomong dari tadi saja, dijamin Saga langsung berbinar senang. "Alhamdulillah ... akhirnya keinginan aku sama Zea terkabul," ucap Saga penuh syukur. Ini berita bahagiakan, tetapi kenapa Nada tidak bahagia. Apa dia masih ragu dengan perasaan aku sehingga membuatnya takut. "Jangan khawatir, aku janji bakalan lakuin yang terbaik. Bertanggung jawab penih terhadap kamu dan keluarga kita. Aku mencintai kamu, Sayang, kenapa wajahmu tidak s
"Zea lucu ya, masa dedek bayi disuruh beli," kata Nada mengingat tadi. "Namanya juga bocil, sah sah saja kan? Ayo kita wujudkan mimpi Zea sayang." "Maksudnya?" tanya perempuan itu menatap curiga. Saga malah mengerling seraya senyum-senyum penuh arti. "Bikin project bareng lah, masa yang tampan ini dianggurin." Saga menarik istrinya hingga terjerembab ke dalam pelukan. Mumpung si cantik Zea sudah bobo, saatnya quality time berdua bareng pasangan. Nada sampai menjerit, endingnya pasrah saat suaminya mulai merusuh. Malam ini diajak begadang sampai larut. Maklum, lagi seneng-senengnya punya mainan baru. Bucin akut, jadi wajar kalau setiap ada kesempatan pinginnya begituan terus. "Terima kasih, lanjut besok pagi ya," kata pria itu mengecup keningnya dengan sayang. Perasaannya membuncah bahagia setelah mendapatkan apa yang dia mau. Istrinya sudah menjadi candu baginya. "Ish, capek Mas," keluh perempuan itu mengusak lembut di dada bidang suaminya. Mereka tertidur dalam suasa
Beberapa hari lalu, Nada seperti diteror dari panggilan gelap dan pesan dengan nada tidak mengenakan. Dia menyimpan semua bukti-bukti. Kalau benar semua ini ulah Aksa, Nada harus melakukan langkah hukum karena pria itu sangat mengganggunya. "Apa Aksa masih mengirim pesan-pesan aneh ke kamu?" "Sementara nggak, terakhir ya pas aku bilang ke kamu Mas. Cuma ada beberapa panggilan dari nomor tidak dikenal aku abaikan."Saga mulai tidak tenang, sepertinya dia harus menemuinya secara personal. Untuk apa mengganggu istrinya terus menerus. Toh dia sudah beristri, seharusnya fokus dengan keluarga barunya. "Sayang, nanti Zea berangkat sama aku aja." Mereka tengah menikmati sarapan bersama. "Nggak usah Mas, rencananya aku mau sekalian keluar. Nanti ada acara sama ibu-ibu yang suka nungguin anaknya ke rumah teman.""Acara apa?" "Itu loh Mas, ada yang lahiran temen wali murid dari temannya Zea, jadi mau jenguk dedek bayinya.""Owh gitu, ya sudah, eh ya, sudah jadi testpack Dek? Kok diem-diem b
Malam itu kedua pasutri yang baru menikah belum genap satu bulan bertengkar hebat. Raisa tidak menyangka kalau pria yang selalu dibangga-banggakan Nada karena baik itu ternyata begini. Bahkan cenderung menyebalkan dan tidak berperasaan sama sekali. Raisa pikir seiring berjalannya hari Aksa akan berubah, ternyata malah menjadi. Pria itu semakin sesuka hati memperlakukan dirinya. Bahkan tidak menghargai keberadaannya sama sekali. Perempuan itu menangis sesenggukan, sementara Aksa pergi begitu saja tanpa peduli pada istrinya. Sebenarnya dia ingin pulang ke rumah orang tuanya, tetapi malu. Masa baru menikah langsung pisah rumah. Haruskah Raisa mengadukan Aksa pada mertuanya saja. Agar beliau tahu kelakuan anaknya seperti apa. Jujur, Raisa shock setelah menikah Aksa malah menjadi makin tidak peduli. "Nada bohong banget sih, dia tuh jahat, Nad, buktinya biarin aku kaya gini," batin perempuan itu kesal sendiri. Merasa tidak seberuntung dia yang dicintai. Seharusnya kemarin dia tidak asa
Nimas bingung sendiri saat mendapati Nada berlalu begitu saja dengan wajah masam. Dia kira keluar menemui anaknya yang rewel terus kembali, tetapi tak muncul lagi sampai resepsi selesai. Hal itu menjadi tanda tanya besar lantaran sikap Raisa juga terlihat aneh begini. "Duh ... kok Nada nggak balik. Apa dia pulang cepet gegara Zea rewel," gumam Nimas menduga-duga. Biasanya bawa anak kecil memang riweh. Tapi ini acara penting Raisa, seharusnya tetap di sini sampai acaranya selesai. Perempuan itu pun mencoba menghubungi Nada, berharap dia kembali walaupun acaranya hampir selesai. [Nad, di mana? Kok nggak balik]~ Nimas mengirim pesan setelah panggilan keduanya tak juga diangkat. Harusnya pulangnya entaran, belum juga mengikuti acara dan jamuan malah sudah ngilang. [Raisa nggak butuh aku balik, jadinya aku pulang]~ Nada membalasnya tanpa basa-basi. Capek banget dia menahan diri dari kemarin-kemarin, endingnya malah bikin sakit hati seperti ini. Untungnya punya suami pengertian,
"Ada apa? Cerita jangan diem aja.""Pulang sekarang, aku nggak mau di sini.""Kenapa sayang? Apa yang terjadi? Aku nggak mau pulang kalau kamu nggak jelas gini."Nada bukannya menjelaskan malah menangis sesenggukan. Rasanya sakit sekali dituduh seperti ini. Raisa benar-benar kemakan omongannya Aksa dan berhasil menciptakan prahara di antara keduanya. Saga yang melihat istrinya menangis tidak bisa berkata-kata. Bingung, pasalnya Nada tidak pernah seperti ini. "Kalau kamu nggak cerita, aku nggak tahu masalahnya apa," kata Saga sembari menarik beberapa lembar tisu lalu memberikannya. Sejenak membiarkan istrinya menangis, mengeluarkan uneg-uneg hatinya. Mungkin setelah ini Nada mau berbicara. "Tiba-tiba banget Raisa sinis ke aku, dia nuduh banyak hal. Mengira aku masih suka sama Aksa, bahkan yang mempengaruhi dia untuk tidak datang. Dia kaya marah banget sama aku, Mas, padahal aku nggak ngomong apa pun. Pasti ini kerjaannya Aksa, yang udah ngadu macem-macem.""Sialan Aksa, dia playing