Share

Bab 103

Author: Millanova
last update Last Updated: 2025-12-21 11:01:14

Function Hall di lantai 40 penuh sesak oleh kamera TV dan wartawan. Blitz kamera meledak seperti badai petir saat Arka memasuki ruangan.

Dia berjalan menuju meja panjang di atas panggung. Di sana, perwakilan kurator dan notaris sudah menunggu. Di belakang mereka, layar raksasa tidak lagi menampilkan logo Hermanto Group, melainkan logo sementara: Holding Investment Consortium. (Arka sengaja belum memasang logo Phoenix Ventures agar Clara yang menonton TV tidak langsung serangan jantung dia ingin permainan ini berlangsung sedikit lebih lama).

Arka duduk di kursi tengah kursi yang selama sepuluh tahun terakhir diduduki oleh Dirga dengan angkuh. Kursi itu terasa pas. Nyaman.

"Silakan, Pak," ucap notaris, menyodorkan dokumen MoU (Memorandum of Understanding) dan pena emas.

Arka mengambil pena itu. Dia menatap lensa kamera TV yang menyiarkan acara ini secara langsung. Dia tahu, di suatu tempat di rumah mewahnya, Clara mungkin sedang menonton. Atau mungkin Dirga, yang sedang meringkuk di a
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sentuhan Pembantu Seksi Sang Tuan   Bab 108

    Ruangan itu berbau kulit mahal dan parfum maskulin yang menyengat sisa-sisa ego Dirga yang masih tertinggal. Arka duduk di kursi kebesaran yang dulu diduduki pria yang meniduri istrinya. Rasanya... adiktif.Dia memutar kursi itu perlahan, menghadap ke pintu tepat ketika ketukan terdengar."Masuk," perintah Arka singkat.Pintu terbuka. Dirga masuk dengan nampan di tangan. Pria yang biasanya tampil necis dengan jas Italia itu kini hanya mengenakan kemeja putih polos yang lengan bajunya digulung asal-asalan. Dasinya sudah hilang. Kantung matanya hitam dan tebal, bukti bahwa dia tidak tidur semalaman memikirkan utang 200 juta yang diminta Arka atau lebih tepatnya, yang diminta "Clara".Dirga meletakkan cangkir kopi di meja dengan tangan gemetar. Bunyi klanting kecil antara cangkir dan lepek terdengar nyaring di ruangan sunyi itu."Kopi Anda... Pak," ucap Dirga, kata terakhirnya seolah tersangkut di tenggorokan.Arka tidak langsung meminumnya. Dia menatap Dirga dari ujung kaki sampai ujung

  • Sentuhan Pembantu Seksi Sang Tuan   Bab 107

    Arka memarkirkan mobil MPV keluarga yang sederhana di garasi. Di sebelahnya, mobil sport milik Clara terparkir mentereng hadiah ulang tahun dari orang tua Clara, atau setidaknya itu yang Clara katakan dulu. Arka tahu mobil itu sebenarnya dibayar oleh Dirga sebagai "DP" perselingkuhan mereka.Sebelum turun, Arka menarik napas panjang. Dia melepas jam tangan Rolex yang baru dibelinya tadi siang dan menggantinya kembali dengan jam tangan rubber murah yang talinya sudah sedikit getas. Dia juga mengacak sedikit rambutnya agar terlihat lelah dan kusut.Transformasi selesai. Sang CEO yang baru saja meluluhlantakkan harga diri seorang konglomerat kini kembali menjadi suami "numpang hidup".Saat Arka melangkah masuk ke ruang tamu, dia langsung disambut oleh tatapan tajam Clara. Wanita itu duduk di sofa sambil memijat keningnya, perut buncitnya terlihat menyembul di balik daster sutra mahal."Dari mana saja kamu?" sembur Clara tanpa basa-basi. "Aku meneleponmu lima kali! Kamu pikir aku ini apa?

  • Sentuhan Pembantu Seksi Sang Tuan   Bab 106

    "Mulai detik ini, kau adalah anjingku. Secara resmi, di mata publik dan karyawan, kau dipecat sebagai CEO. Tapi aku akan menempatkanmu sebagai 'Konsultan Senior' tanpa wewenang apa pun. Kau akan datang ke kantor ini setiap hari, duduk di kubikel kecil di dekat toilet, dan melihatku memimpin perusahaanmu."Wajah Dirga berkerut. Itu penyiksaan mental."Dan yang paling penting," lanjut Arka, suaranya memberat. "Kau tidak boleh memberitahu Clara siapa aku."Dirga bingung. "Apa? Kenapa?""Karena aku belum selesai bermain dengannya," jawab Arka dengan senyum misterius yang membuat Dirga merinding."Di depan Clara, kau harus tetap berpura-pura menjadi 'Pak Dirga yang Hebat'. Kau harus bilang padanya bahwa perusahaan sedang restrukturisasi biasa. Kau tidak boleh bilang bahwa akulah pemilik barumu. Kau tidak boleh bilang bahwa kau sudah bangkrut.""Tapi... Clara butuh uang! Dia terus meminta uang padaku!" protes Dirga."Kalau dia minta uang, bilang saja kau sedang ada masalah cash flow sementa

  • Sentuhan Pembantu Seksi Sang Tuan   Bab 105

    "Hei! Investor Sialan!" suara Dirga menggelegar, serak dan penuh emosi. "Siapa kau sebenarnya?! Berani-beraninya kau mengancamku dengan kejaksaan?! Kau tidak tahu siapa aku?!"Arka tidak berbalik. Dia tetap memandang ke luar jendela, membiarkan Dirga berteriak pada punggung kursi tingginya."Kau pikir kau bisa mengambil kantorku begitu saja?" lanjut Dirga, suaranya mendekat. "Aku yang membangun tempat ini! Hadap aku, pengecut! Tunjukkan mukamu!"Arka tersenyum lebar. Saatnya.Perlahan, sangat perlahan, Arka memutar kursi kebesarannya.Wajah Dirga yang merah padam, dengan rambut berantakan dan kemeja yang kancingnya salah pasang, membeku seketika saat kursi itu berputar penuh.Mulut Dirga terbuka, tapi kata-katanya tersangkut di tenggorokan. Matanya melotot, seakan bola matanya hendak melompat keluar.Di sana, duduk di kursi tahtanya, dengan kaki disilangkan santai dan jari-jari bertaut di depan dada, adalah pria yang selama ini dia sebut "Suami Parasit"."Halo, Dirga," sapa Arka lembu

  • Sentuhan Pembantu Seksi Sang Tuan   Bab 104

    Pagi hari di lantai 40 gedung pencakar langit itu terasa berbeda. Udara yang biasanya pengap oleh aroma cerutu mahal dan parfum maskulin yang menyengat, kini mulai berganti dengan aroma segar pengharum ruangan green tea dan bau kertas baru.Arka berdiri di tengah ruangan CEO ruangan yang selama sepuluh tahun terakhir menjadi simbol kekuasaan absolut Dirga Hermanto.Dia memandang sekeliling dengan tatapan jijik. Di dinding, tergantung lukisan diri Dirga yang sangat besar dengan pose angkuh memegang stik golf. Di meja kerja mahoni, berjejer trofi-trofi golf dan foto-foto seremonial Dirga bersalaman dengan pejabat.Ruangan ini adalah kuil narsisme."Nia," panggil Arka tanpa menoleh."Ya, Pak?" Nia masuk membawa kardus kosong. Dia tampak efisien dan tajam, sangat kontras dengan sekretaris lama Dirga yang biasanya hanya sibuk memoles kuku."Turunkan lukisan itu," perintah Arka, menunjuk wajah Dirga di dinding. "Ganti dengan lukisan abstrak atau pemandangan. Aku tidak mau melihat wajah pecu

  • Sentuhan Pembantu Seksi Sang Tuan   Bab 103

    Function Hall di lantai 40 penuh sesak oleh kamera TV dan wartawan. Blitz kamera meledak seperti badai petir saat Arka memasuki ruangan.Dia berjalan menuju meja panjang di atas panggung. Di sana, perwakilan kurator dan notaris sudah menunggu. Di belakang mereka, layar raksasa tidak lagi menampilkan logo Hermanto Group, melainkan logo sementara: Holding Investment Consortium. (Arka sengaja belum memasang logo Phoenix Ventures agar Clara yang menonton TV tidak langsung serangan jantung dia ingin permainan ini berlangsung sedikit lebih lama).Arka duduk di kursi tengah kursi yang selama sepuluh tahun terakhir diduduki oleh Dirga dengan angkuh. Kursi itu terasa pas. Nyaman."Silakan, Pak," ucap notaris, menyodorkan dokumen MoU (Memorandum of Understanding) dan pena emas.Arka mengambil pena itu. Dia menatap lensa kamera TV yang menyiarkan acara ini secara langsung. Dia tahu, di suatu tempat di rumah mewahnya, Clara mungkin sedang menonton. Atau mungkin Dirga, yang sedang meringkuk di a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status