Home / Romansa / Sepanas Belaian Mantan Kekasihku / 2. Mantan yang Mendadak Jadi Pacar

Share

2. Mantan yang Mendadak Jadi Pacar

Author: Almiftiafay
last update Huling Na-update: 2025-12-02 13:44:51

‘Bodoh! Kenapa aku malah mengajak dia tidur?’ batin Brianna dalam kepanikan begitu ajakan itu lolos dari bibirnya.

Wajahnya memanas, Brianna ingin menampar dirinya keras-keras.

Menarik ucapan pun percuma karena Leon sudah mendengarnya dan memutar tubuhnya menghadap pada Brianna.

“Katakan sekali lagi,” pinta Leon dengan nada bicara yang menuntut. Selangkah mendekat pada Brianna yang menelan ludah dan berusaha menjaga bahunya tetap tegak.

Padahal Brianna hanya asal berucap dan ingin tahu bagaimana tanggapan Leon. Tapi sekarang, rasa percaya dirinya mendadak hilang.

“A-aku tidak bermaksud—”

Bibir Brianna terbungkam rapat, kalimat pembelaannya hanya sampai di tenggorokan saat Leon menundukkan kepalanya dan berbisik, “Tidak bermaksud apa?”

“M-maksudnya aku salah bicara.”

Salah satu alis lebat Leon menukik ke atas. “Salah bicara bagaimana?”

Panas di wajahnya telah menjalar ke sekujur badan, sadar semakin bicara akan semakin salah kaprah, Brianna memilih untuk menjauh dari Leon.

Melarikan diri adalah satu-satunya hal yang bisa ia pikirkan sekarang ini.

“Lupakan saja!”

Brianna berbalik, hampir tersandung kakinya sendiri agar cepat keluar dari ruangan itu. Ia berlarian menuju lift yang membawanya ke lantai bawah.

“Astaga bodohnya Brianna!” hardiknya pada diri sendiri, menatap bayangan wajahnya di pintu lift yang buram.

Otaknya berusaha keras membantah apa yang baru terjadi, tapi kalimat itu terus terngiang di kepalanya.

‘Ayo tidur denganku!’

Tuhan, siapa pun yang mendengar pasti mengira ia sedang menukar diri sendiri demi proyek!

‘Sial, bagaimana aku harus menghadapi Leon setelah ini?’

Rasanya sangat ingin menguap dari muka bumi.

Seharian, Brianna tak bisa membentuk pikiran yang koheren lagi. Fokusnya hanya sibuk mencari cara bagaimana pria itu agar mengubah keputusan untuk tak menyingkirkan Arcadia, nama perusahaan tempat Brianna bekerja dari proyek ini.

Melihatnya yang kusut sejak keluar dari ruang CEO, Katie mengajaknya untuk mencari angin segar dengan pergi ke sebuah klub malam.

Di depan meja counter, Brianna meneguk minuman pesanannya.

‘Di manapun tempatnya, pria sama saja,’ batinnya, tertuju pada Robert dan Leon yang hanya mementingkan diri mereka sendiri.

Brianna menatap Katie yang belum lama pergi dari sampingnya, menari bersama beberapa orang di bawah lampu.

Brianna hendak menyesap minumannya lagi sebelum kedatangan seorang wanita yang berdiri di dekatnya membuat terkejut.

Wajahnya penuh amarah, netranya basah oleh air mata. Sebelum Brianna sempat bertanya, gelas di tangan wanita itu terangkat tinggi, minuman yang dibawanya menyiram tepat ke wajah dan bahunya.

“Apa yang kamu lakukan?!”

Brianna terkejut dengan tindakan wanita itu. Ia turun dari kursinya, mengusap wajahnya yang basah meski itu sia-sia.

Cairan lengket mengalir dari dagunya, membasahi pakaian. Tubuhnya kaku, jantung berdebar di antara rasa kaget dan malu yang besar.

“Perempuan murahan! Kamu ‘kan jalang yang disimpan suamiku?!”

Hardikan wanita itu memicu reaksi dari orang-orang di sekitar. Ada yang tak peduli tapi sebagian besar lainnya memilih untuk menyaksikan.

“Aku bahkan tidak kenal siapa suamimu!” balas Brianna.

“Jangan bohong! Ciri-cirimu sama dengan perempuan yang mau dia temui!”

Pembelaan Brianna disangkal sebab wanita itu masih belum usai mencecar, “Kamu sendirian karena menunggunya datang, ‘kan?”

“Tidak, aku tidak sendiri! Aku datang dengan—” Brianna menunjuk Katie, tapi temannya itu menghilang entah ke mana.

Jika tahu akan jadi seperti ini, Brianna pasti akan menolak ajakan Katie tadi.

‘Sial!’ Ia menengok sekeliling, tak ada wajah yang dikenalnya kecuali—

“Masih mau mengelak?!” desak wanita asing itu. “Dasar jalang murahan!”

“Hei! Jangan membuat keributan di sini!” celetuk salah seorang pengunjung yang mulai kesal dengan ulah mereka.

“Tuntut saja perempuan simpanan itu, Nona!” usul pengunjung lain yang membuat Brianna semakin terdesak.

Suara mereka tumpang tindih di telinga, menghimpitnya.

Brianna berjalan meninggalkan wanita itu, menghampiri seorang pria yang duduk di sudut lain meja counter dan tampak tak terganggu dengan keributan yang terjadi di sekitarnya.

Satu-satunya wajah yang ia kenal di antara keramaian itu, pria yang tengah mengangkat gelas berkaki berisikan cocktail.

Leon.

Brianna melingkari lengan kekar Leon yang terkejut dengan apa yang ia lakukan.

Kedua mata biru pria itu melebar, mencerna situasi, meminta penjelasan. Tapi Brianna tak peduli sebab ia memilih untuk menatap wanita yang menuduhnya sebagai simpanan itu seraya mengatakan,

“Ini pacarku, aku datang dengannya.”

“Uhukk—” Pada detik yang sama, minuman yang diteguk oleh Leon nyaris menyembur keluar.

Brianna melihat pria itu tersedak, batuk sebanyak beberapa kali sebelum meletakkan gelasnya ke atas meja counter.

Suara bisikan bercampur dengan gaduhnya musik, ratusan pasang mata mengarah pada keduanya, seakan sedang menunggu kelanjutan drama yang tengah digantung.

“Apa katamu?!” tanya Leon seraya menoleh pada Brianna.

“Berpura-puralah dan bantu aku, Leon.”

“Tidak,” tolak Leon seraya menguraikan tangan Brianna. “Pergi sana!”

Brianna semakin erat memeluk Leon, tak mengindahkan pria itu dan bersikeras bertahan. Ia pikir, kesalahpahaman dengan wanita yang menuduhnya sebagai simpanan itu harus diselesaikan di sini. Karena jika tidak, ia khawatir bisa berkelanjutan di kemudian hari.

“Please, Leon … akan aku lakukan apapun yang kamu minta, tapi tolong selamatkan aku dulu.”

“Apapun?” tanya Leon, salah satu sudut bibirnya terangkat. Tatapannya penuh perhitungan.

Brianna mengangguk yakin, akan ia telan semua risikonya, “Apapun.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Christy Lino
Kasian banget nasib luw Brin,..si lelon jg bkin kesal mulu aishhh
goodnovel comment avatar
Ivat Jesi
BRIANNA apes banget wkwkwkw, hayooo habis ini awas aje kalau LEON NAGIH Janji wkwkw
goodnovel comment avatar
Aya Melodi Agrifina
Bri apaan sih,hidup lu penuh dengan masalah hahahaha..... pagi2 ketemu si spion,emng jodohnya si Bri kayaknya hahaha
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   6. Kegilaan di Meja CEO

    Brianna menahan napas, jantungnya bertalu keras sewaktu berpikir ia telah tertangkap basah oleh anak buahnya sendiri.Dalam ketegangan yang mencekik leher itu, mendadak anggota timnya yang lain menyela dengan mengatakan, “Kami hanya sebentar saja pergi ke sana dan pulang karena ada keributan.”“Aah iya, ada wanita gila yang jadi simpanan dan dilabrak istri sah.” Anak buah Brianna yang tadi menatapnya itu membenarkan.“Astaga, selain gila sepertinya wanita itu juga punya kebodohan yang menembus tulang!”“Kenapa dia mau-mau saja jadi simpanan?”Brianna sangat lega saat pandangan menelisik anak buahnya itu telah berpindah darinya.Tak apa meski ia harus disebut gila dan bodoh oleh mereka.Ia melirik Leon dan kebetulan pandangan mereka bersirobok. Intensitasnya dalam menahan senyuman meningkat, menikmati situasi saat Brianna jadi bahan olok-olokan anak buahnya sendiri.Sedetik kemudian, Leon berdeham dan berujar, “Saya memang ada di sana, tapi tidak melihat kalian.”“Apa Pak Leon juga per

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   5. Boleh di Atas, Boleh di Bawah

    Seseorang berdiri di ambang pintu sebelum terhuyung masuk ke dalam kamar.‘Katie?’“Ah, kenapa gelap sekali?” racau Katie, melemparkan tasnya ke lantai secara sembarangan.Aroma alkohol menguar saat Katie mendekat.‘Dia mabuk?’ gumam Brianna kemudian membungkam bibir Leon dengan telapak tangannya, mengisyaratkan agar ia diam.Brianna menarik Leon agar menyisih sewaktu Katie berjalan ke arah ranjang tanpa menghiraukan keberadaan mereka.Kegelapan yang membatasi jarak pandang dan ditambah Katie yang mabuk adalah perpaduan sempurna yang menyelamatkan Brianna agar tak tertangkap basah membawa masuk pria oleh temannya itu.Katie terlihat melepas sepatu yang ia kenakan lalu menghempaskan dirinya ke atas ranjang. Hanya dalam waktu singkat setelahnya, ia tak bergerak, jatuh dalam lelap.Brianna menoleh pada Leon saat tangannya yang ada di wajah pria itu diturunkan.“Sepertinya tidak bisa lanjut, Brie,” bisik Leon di dekat telinganya. “Tapi tenang, tawaranku tadi masih berlaku.”Leon mengusap

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   4. Ah, Sudah Terbakar Gairah

    “Lepaskan aku, Leon ….” pinta Brianna seraya menarik wajahnya menjauh.Tapi alih-alih pergi, Leon justru merenggut dagunya semakin erat. “Kamu tidak kedinginan?” tanyanya. “Bukannya kamu harus cepat ganti karena bajumu basah?”Brianna menelan kasar ludahnya sewaktu embusan hangat napas Leon dan wangi cocktail yang tadi diminumnya itu menyeruak. Ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri saat pria itu mengatakan, “Akan aku antar kamu ke kamar.”“Tidak perlu. Aku bisa sendiri,” tolak Brianna dengan cepat.“Artinya kamu tidak takut gelap? Yang tadi itu hanya alasan supaya aku masuk. Begitu?”Niat Brianna untuk meminta tolong kini telah berubah menjadi bumerang.Ini adalah pisau bermata dua. Jika Brianna tak mengizinkan Leon mengantarnya, artinya ia membenarkan pria itu bahwa ia memang tengah menggodanya. Tapi jika Brianna membiarkan Leon mengikutinya hingga ke kamar … entah apa yang akan terjadi.“Jadi kamu memang sengaja—”“Kamu bisa masuk,” potong Brianna agar prasangka Leon tidak menj

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   3. Godaan dalam Gelap

    Leon terlihat menyipitkan mata. Senyum tipis terlukis di bibirnya dan itu membuat Brianna lega karena sepertinya Leon akan bermurah hati membantunya.Tapi, ia salah. Brianna benar-benar putus harapan sewaktu Leon menepis tangannya.“Tidak!”Wanita yang ada di depannya itu tersenyum penuh ejekan dan melangkah mendekat pada Brianna.‘Here we go ….’ batinnya berpasrah.Niat hati ingin melepaskan lelah, kedatangannya ke tempat ini malah membuatnya mendapat label sebagai ‘penggoda suami orang.’Tapi, wanita itu tiba-tiba berhenti. Sepasang matanya melebar seperti halnya Brianna karena Leon mendadak merangkul bahunya.Tubuh mereka berbenturan saat Leon mengatakan, “Ya. Aku ke sini memang untuk bertemu dia.”Kebas, Brianna merasakan hentakan tak karuan di dalam rongga dadanya.“Bohong!” sangsi wanita itu, menatap curiga sewaktu Leon turun dari kursinya tanpa melepas rangkulannya.“Kalian berdua saling kenal?”“Mana ada perempuan gila yang sembarangan mengklaim pria asing jadi pacarnya, Nona?

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   2. Mantan yang Mendadak Jadi Pacar

    ‘Bodoh! Kenapa aku malah mengajak dia tidur?’ batin Brianna dalam kepanikan begitu ajakan itu lolos dari bibirnya.Wajahnya memanas, Brianna ingin menampar dirinya keras-keras.Menarik ucapan pun percuma karena Leon sudah mendengarnya dan memutar tubuhnya menghadap pada Brianna.“Katakan sekali lagi,” pinta Leon dengan nada bicara yang menuntut. Selangkah mendekat pada Brianna yang menelan ludah dan berusaha menjaga bahunya tetap tegak.Padahal Brianna hanya asal berucap dan ingin tahu bagaimana tanggapan Leon. Tapi sekarang, rasa percaya dirinya mendadak hilang.“A-aku tidak bermaksud—”Bibir Brianna terbungkam rapat, kalimat pembelaannya hanya sampai di tenggorokan saat Leon menundukkan kepalanya dan berbisik, “Tidak bermaksud apa?”“M-maksudnya aku salah bicara.”Salah satu alis lebat Leon menukik ke atas. “Salah bicara bagaimana?”Panas di wajahnya telah menjalar ke sekujur badan, sadar semakin bicara akan semakin salah kaprah, Brianna memilih untuk menjauh dari Leon.Melarikan di

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   1. Menantang Tidur Bersama

    “Tidak becus! Bawa timmu pergi dari sini dalam dua hari, Brianna Ellery!”Jari-jari Brianna mati rasa saat kalimat itu menghantam telinganya. Suara dingin yang membungkam seisi ruangan itu datang dari seorang CEO perusahaan developer, Leon Alejandro Ronan.Saat ini, mereka tengah bekerja sama dalam pembangunan sebuah rumah sakit. Banyaknya kelalaian yang dilakukan oleh project manager sebelumnya membuat Brianna dimutasi ke kota kecil ini. Kini, ia lah yang bertanggung jawab membersihkan ‘sampah’ yang ditinggalkan oleh rekannya itu.Meski sudah berusaha sebaik mungkin, tapi bagi Leon kehadirannya masih dianggap tidak bisa memperbaiki keadaan.Keterlambatan kedatangan bahan konstruksi dari pihak vendor dinilai Leon sebagai kelalaian yang menghambat, dan pria itu berakhir mengusir mereka.Berdiri di dekat layar proyektor, Brianna menelan ludah, darahnya berdesir panas sewaktu mengatakan, “Tolong, dengar—” “Rapat selesai,” potong Leon seraya menutup map di depannya.Leon berdiri, berjal

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status