Share

3. Godaan dalam Gelap

Penulis: Almiftiafay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-02 13:47:08

Leon terlihat menyipitkan mata. Senyum tipis terlukis di bibirnya dan itu membuat Brianna lega karena sepertinya Leon akan bermurah hati membantunya.

Tapi, ia salah. Brianna benar-benar putus harapan sewaktu Leon menepis tangannya.

“Tidak!”

Wanita yang ada di depannya itu tersenyum penuh ejekan dan melangkah mendekat pada Brianna.

‘Here we go ….’ batinnya berpasrah.

Niat hati ingin melepaskan lelah, kedatangannya ke tempat ini malah membuatnya mendapat label sebagai ‘penggoda suami orang.’

Tapi, wanita itu tiba-tiba berhenti. Sepasang matanya melebar seperti halnya Brianna karena Leon mendadak merangkul bahunya.

Tubuh mereka berbenturan saat Leon mengatakan, “Ya. Aku ke sini memang untuk bertemu dia.”

Kebas, Brianna merasakan hentakan tak karuan di dalam rongga dadanya.

“Bohong!” sangsi wanita itu, menatap curiga sewaktu Leon turun dari kursinya tanpa melepas rangkulannya.

“Kalian berdua saling kenal?”

“Mana ada perempuan gila yang sembarangan mengklaim pria asing jadi pacarnya, Nona?” balas Leon yang Brianna tahu itu berisikan sindiran untuknya.

Brianna lah perempuan gila itu!

“Ayo pergi, Sayang.”

Ajakan darinya penuh penekanan sewaktu mengatakan ‘Sayang’, yang mendengarnya saja membuat Brianna merinding.

Akhirnya, mereka keluar meninggalkan hingar-bingar tanpa sempat Brianna mencari Katie.

Sedang wanita yang menyiramnya itu masih mengikuti mereka hingga parkiran, entah apa yang ingin dipastikannya. Tetapi gerak-gerik Brianna bersama Leon tak luput dari pengawasan.

Di samping sedan mewah yang ada di sudut tempat, Leon lebih dulu berhenti.

Brianna belum sempat mengatakan apapun saat Leon melepas coat yang ia kenakan dan menyerahkannya.

Jelas untuk menutupi pakaiannya yang menjadi transparan akibat basah.

“Masuk, aku antar pulang!”

Ketus, tapi membuat Brianna lega.

Di dalam mobil, hampir tak ada percakapan yang terjadi setelah Brianna mengatakan di mana ia tinggal.

Di balik kemudinya, Leon duduk dengan tenang saat Brianna tak tahu harus menutupi rasa malunya dengan cara apa.

Hening panjang di antara mereka hancur saat suara pria itu mendadak terdengar.

“Kenapa kamu tidak pergi saja dari sini, Brianna? Suamimu tidak memberimu nafkah atau bagaimana, sampai kamu jungkir balik kerja dan membuat keributan di klub?”

“Jangan sok tahu!”

“Aah, atau jangan-jangan … kamu datang ke sini memang punya tujuan seperti yang dituduhkan oleh perempuan tadi?”

‘Maksudnya dia menuduhku jadi simpanan suami orang?’ sahut Brianna dalam hati. ‘Yang benar saja! Yang ada malah suamiku yang selingkuh!’

Meskipun sangat kesal, Brianna lebih memilih untuk diam daripada diturunkan di tengah jalan.

Mobil yang dikemudikan oleh Leon berhenti di rumah tempat Brianna tinggal, rumah sewa yang ditinggalinya bersama Katie, tak jauh dari kantor cabang Arcadia.

Baru selangkah keluar dari mobil, sebuah pemandangan menodai matanya.

Di rumah seberang jalan, lenguhan samar seorang wanita terdengar dari dalam mobil yang ‘bergoyang.’

Brianna memalingkan wajahnya sembari berdecak, “Apa tidak ada tempat lain untuk melakukan itu?”

“Melakukan apa?” sahut Leon yang juga keluar dari mobilnya.

“Kamu juga tahu, ‘kan? Kenapa harus tanya?”

“Tidak,” sangkalnya. “Seseorang memutuskan sesuatu itu seringnya karena diri mereka sudah terbiasa melakukannya. Sepertinya kamu juga—”

“Tidak!”

“Ya sudah kalau tidak, kenapa kamu marah? Aku hanya mengemukakan pendapat.”

Bibir memang bicara demikian, tapi mata biru Leon tak bisa berbohong bahwa sebenarnya ia sedang mengejek Brianna terang-terangan.

“Terima kasih untuk tumpangannya, Leon. Aku kembalikan mantelmu besok. Kamu bisa pergi.”

Brianna merapatkan pakaian hangat lengan panjang itu untuk menutupi bagian depan tubuhnya. Ia bergegas masuk ke dalam rumah yang dalam keadaan gelap. Aneh … seingatnya tadi Katie sudah menyalakan lampu.

Brianna mencoba menyalakannya, tapi tidak berhasil. Beberapa kali percobaan, masih tak bisa.

“Sial!” umpatnya seraya berlari kecil keluar. “Leon!” panggil Brianna dengan urgensi.

Menghampiri Leon yang hampir masuk ke dalam mobil. Ia tepis semua rasa malunya untuk meminta tolong sekali lagi.

“La-lampunya tidak mau nyala, b-bisa … tolong kamu perbaiki?”

“Kamu pikir aku tukang? Panggil saja pemilik rumahnya!”

“Yang punya rumah tinggalnya jauh dari sini. Please ini yang terakhir… aku takut kalau gelap.”

Pria itu tampak mempertimbangkan sebelum dengus napasnya terdengar kasar.

Ia memutar kedua bola matanya dengan malas kemudian menutup kembali pintu mobilnya dan berjalan melewati Brianna. “Kamu itu mau jadi bebanku atau bagaimana?”

“S-sepertinya di sekitar sini baru saja hujan,” kata Brianna seraya berjalan di belakangnya, “Apa listriknya mati karena kena petir?”

“Mana aku tahu, memangnya aku peramal cuaca!”

Brianna terkejut sewaktu kilatan putih menerangi malam di luar, gemuruh yang disertai suara petir menggelegar, menggetarkan kaca jendela. Ia tanpa sadar menarik kemeja di punggung Leon untuk mencari perlindungan dan—

“Akh!”

Heels yang ia kenakan tak bisa menopang tubuhnya dengan baik. Ia kehilangan keseimbangan dan terjerembab ke lantai jika Leon tak menangkap pinggangnya dengan cepat.

Kini mereka berdua berhadapan dalam jarak yang menghilang. Di bawah gelap selain hanya diterangi oleh cahaya dari luar, Brianna bisa melihat Leon yang menundukkan kepalanya.

“Jujur, kamu sengaja melakukan ini semua untuk menggodaku, ‘kan?” bisik Leon di depan wajahnya.

“A-apa maksudmu? Tidak—”

Brianna tersudut, ia melangkah ke belakang untuk menghindarinya, meletakkan tangan di dada Leon yang bidang untuk mencegahnya mendekat lebih jauh.

“Kalaupun iya, tidak apa-apa. Aku anggap itu sebagai imbalan yang tadi kamu janjikan.”

“Ahh—”

Tangan Leon berpindah dari pinggang Brianna. Sebagai gantinya, Leon mencengkeram pinggulnya dan menekan Brianna kepadanya.

Napas Brianna patah-patah, sesak merasakan sentuhan pucuk hidung Leon yang penuh godaan di dekat telinganya.

“Leon ….”

Brianna mencoba melepaskan diri, tetapi tidak bisa. Ia terperangkap, tak bisa bergerak.

Gaduhnya suara hujan yang ada di luar sama berisiknya dengan debar jantungnya yang berpacu gila-gilaan sewaktu ia sekuat tenaga mendorong Leon agar menyisih dari hadapannya.

‘Tidak boleh begini ….’ batin Brianna.

Tangan besar Leon menyusuri lekuk tubuhnya setelah menyelusup ke dalam coat yang ia kenakan. Akal sehatnya seperti menghilang sewaktu sentuhan itu beranjak naik, melewati dada Brianna, bergeser ke dagu dan pipinya.

“Leon—”

Serupa bisikan yang menggoda, bariton pria itu menyela, “Kita mulai dari mana, Brie?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Tyo Inginsetia
hemmm diiringi oleh suara hujan yang.....anu
goodnovel comment avatar
Christy Lino
Ceile,..mreka jadi jg ML nya,..si lellon udh gk sabar rupanya bwt unboxing
goodnovel comment avatar
Aya Melodi Agrifina
dimana aja boleh lah ya,tanggung soalnya wkwkwkwk ... ayo Brie tanggung jawab loh,itu si spion nagih janji hahahha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   6. Kegilaan di Meja CEO

    Brianna menahan napas, jantungnya bertalu keras sewaktu berpikir ia telah tertangkap basah oleh anak buahnya sendiri.Dalam ketegangan yang mencekik leher itu, mendadak anggota timnya yang lain menyela dengan mengatakan, “Kami hanya sebentar saja pergi ke sana dan pulang karena ada keributan.”“Aah iya, ada wanita gila yang jadi simpanan dan dilabrak istri sah.” Anak buah Brianna yang tadi menatapnya itu membenarkan.“Astaga, selain gila sepertinya wanita itu juga punya kebodohan yang menembus tulang!”“Kenapa dia mau-mau saja jadi simpanan?”Brianna sangat lega saat pandangan menelisik anak buahnya itu telah berpindah darinya.Tak apa meski ia harus disebut gila dan bodoh oleh mereka.Ia melirik Leon dan kebetulan pandangan mereka bersirobok. Intensitasnya dalam menahan senyuman meningkat, menikmati situasi saat Brianna jadi bahan olok-olokan anak buahnya sendiri.Sedetik kemudian, Leon berdeham dan berujar, “Saya memang ada di sana, tapi tidak melihat kalian.”“Apa Pak Leon juga per

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   5. Boleh di Atas, Boleh di Bawah

    Seseorang berdiri di ambang pintu sebelum terhuyung masuk ke dalam kamar.‘Katie?’“Ah, kenapa gelap sekali?” racau Katie, melemparkan tasnya ke lantai secara sembarangan.Aroma alkohol menguar saat Katie mendekat.‘Dia mabuk?’ gumam Brianna kemudian membungkam bibir Leon dengan telapak tangannya, mengisyaratkan agar ia diam.Brianna menarik Leon agar menyisih sewaktu Katie berjalan ke arah ranjang tanpa menghiraukan keberadaan mereka.Kegelapan yang membatasi jarak pandang dan ditambah Katie yang mabuk adalah perpaduan sempurna yang menyelamatkan Brianna agar tak tertangkap basah membawa masuk pria oleh temannya itu.Katie terlihat melepas sepatu yang ia kenakan lalu menghempaskan dirinya ke atas ranjang. Hanya dalam waktu singkat setelahnya, ia tak bergerak, jatuh dalam lelap.Brianna menoleh pada Leon saat tangannya yang ada di wajah pria itu diturunkan.“Sepertinya tidak bisa lanjut, Brie,” bisik Leon di dekat telinganya. “Tapi tenang, tawaranku tadi masih berlaku.”Leon mengusap

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   4. Ah, Sudah Terbakar Gairah

    “Lepaskan aku, Leon ….” pinta Brianna seraya menarik wajahnya menjauh.Tapi alih-alih pergi, Leon justru merenggut dagunya semakin erat. “Kamu tidak kedinginan?” tanyanya. “Bukannya kamu harus cepat ganti karena bajumu basah?”Brianna menelan kasar ludahnya sewaktu embusan hangat napas Leon dan wangi cocktail yang tadi diminumnya itu menyeruak. Ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri saat pria itu mengatakan, “Akan aku antar kamu ke kamar.”“Tidak perlu. Aku bisa sendiri,” tolak Brianna dengan cepat.“Artinya kamu tidak takut gelap? Yang tadi itu hanya alasan supaya aku masuk. Begitu?”Niat Brianna untuk meminta tolong kini telah berubah menjadi bumerang.Ini adalah pisau bermata dua. Jika Brianna tak mengizinkan Leon mengantarnya, artinya ia membenarkan pria itu bahwa ia memang tengah menggodanya. Tapi jika Brianna membiarkan Leon mengikutinya hingga ke kamar … entah apa yang akan terjadi.“Jadi kamu memang sengaja—”“Kamu bisa masuk,” potong Brianna agar prasangka Leon tidak menj

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   3. Godaan dalam Gelap

    Leon terlihat menyipitkan mata. Senyum tipis terlukis di bibirnya dan itu membuat Brianna lega karena sepertinya Leon akan bermurah hati membantunya.Tapi, ia salah. Brianna benar-benar putus harapan sewaktu Leon menepis tangannya.“Tidak!”Wanita yang ada di depannya itu tersenyum penuh ejekan dan melangkah mendekat pada Brianna.‘Here we go ….’ batinnya berpasrah.Niat hati ingin melepaskan lelah, kedatangannya ke tempat ini malah membuatnya mendapat label sebagai ‘penggoda suami orang.’Tapi, wanita itu tiba-tiba berhenti. Sepasang matanya melebar seperti halnya Brianna karena Leon mendadak merangkul bahunya.Tubuh mereka berbenturan saat Leon mengatakan, “Ya. Aku ke sini memang untuk bertemu dia.”Kebas, Brianna merasakan hentakan tak karuan di dalam rongga dadanya.“Bohong!” sangsi wanita itu, menatap curiga sewaktu Leon turun dari kursinya tanpa melepas rangkulannya.“Kalian berdua saling kenal?”“Mana ada perempuan gila yang sembarangan mengklaim pria asing jadi pacarnya, Nona?

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   2. Mantan yang Mendadak Jadi Pacar

    ‘Bodoh! Kenapa aku malah mengajak dia tidur?’ batin Brianna dalam kepanikan begitu ajakan itu lolos dari bibirnya.Wajahnya memanas, Brianna ingin menampar dirinya keras-keras.Menarik ucapan pun percuma karena Leon sudah mendengarnya dan memutar tubuhnya menghadap pada Brianna.“Katakan sekali lagi,” pinta Leon dengan nada bicara yang menuntut. Selangkah mendekat pada Brianna yang menelan ludah dan berusaha menjaga bahunya tetap tegak.Padahal Brianna hanya asal berucap dan ingin tahu bagaimana tanggapan Leon. Tapi sekarang, rasa percaya dirinya mendadak hilang.“A-aku tidak bermaksud—”Bibir Brianna terbungkam rapat, kalimat pembelaannya hanya sampai di tenggorokan saat Leon menundukkan kepalanya dan berbisik, “Tidak bermaksud apa?”“M-maksudnya aku salah bicara.”Salah satu alis lebat Leon menukik ke atas. “Salah bicara bagaimana?”Panas di wajahnya telah menjalar ke sekujur badan, sadar semakin bicara akan semakin salah kaprah, Brianna memilih untuk menjauh dari Leon.Melarikan di

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   1. Menantang Tidur Bersama

    “Tidak becus! Bawa timmu pergi dari sini dalam dua hari, Brianna Ellery!”Jari-jari Brianna mati rasa saat kalimat itu menghantam telinganya. Suara dingin yang membungkam seisi ruangan itu datang dari seorang CEO perusahaan developer, Leon Alejandro Ronan.Saat ini, mereka tengah bekerja sama dalam pembangunan sebuah rumah sakit. Banyaknya kelalaian yang dilakukan oleh project manager sebelumnya membuat Brianna dimutasi ke kota kecil ini. Kini, ia lah yang bertanggung jawab membersihkan ‘sampah’ yang ditinggalkan oleh rekannya itu.Meski sudah berusaha sebaik mungkin, tapi bagi Leon kehadirannya masih dianggap tidak bisa memperbaiki keadaan.Keterlambatan kedatangan bahan konstruksi dari pihak vendor dinilai Leon sebagai kelalaian yang menghambat, dan pria itu berakhir mengusir mereka.Berdiri di dekat layar proyektor, Brianna menelan ludah, darahnya berdesir panas sewaktu mengatakan, “Tolong, dengar—” “Rapat selesai,” potong Leon seraya menutup map di depannya.Leon berdiri, berjal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status